Masih jauhkah rumah kita ma?
Lihat, kakiku telah lepuh
Dan kulitku yang putih susu
Kini legam terbakar surya
Masih jauhkah rumah kita ma?
Tubuhku telah letih
Dan semangat pun enggan bangkit
Sementara kita berjalan melaju
Tak tahu arah ke mana
Masih jauhkah rumah kita ma?
Tidak nak, tidak!
Lihat langit di atas kepalamu
Indah birunya
Anugerah Tuhan buat atap rumah kita
Dan tanah di tapak kakimu
Sungguh luas dan hangat
Lantai alas ciptaan-Nya
Inilah rumah kita anakku
Setelah penggusuran
Kita berumah di alam-Nya
Ma, peganglah perutku ini
Keletihan mendera laparku
Terasa pedih terasa dingin
Ma, dengar dia menjerit
Minta diisi minta dikenyangkan
Dahaga pun menyusul
Pada kerongkongan kering ini
Ma, aku lapar ma!
Ma, aku haus ma!
Sabar nak, sabar
Lihat betapa ramahnya mereka
Yang telah menyediakan kita santapan
Di dalam tong sampah itu
Mari kita lihat nak
‘Tu ada paha ayam kesukaanmu
Tadi tentunya masih nikmat
Dan hanya karena keterlambatan kita saja
Kini sisa tulang dengan daging secuil
Tapi tak apa nak
Orang yang sabar dikasihani Tuhan
Mari kita nikmati apa yang ada
Dan bila kau dahaga nak
Teguklah air dari kali kecil itu
Lihat betapa segarnya dia
Menjadi berkah Tuhan sendiri
Sumber kehidupan bagi kita
Yang papa ini
Ma, aku ingin pulang ma
Cuaca panas menyiksa tubuhku
Keletihan memberati langkahku
Ma, aku ingin tidur ma
Kepalaku berat mataku perih
Rindukan tilam lunak di kamar kita
Ma, aku ingin istirahat ma
Pandangku nanar dayaku pudar
Jiwa pun lumpuh dalam letih
Enggan melaju untuk hidup
Kakiku tertatih melangkah penuh luka
Kapankah kita berhenti ma?
Mari nak, mari
Tidurlah di pangkuan mama
Udara memang gerah
Tetapi takkan meluluhkan kita
Tilam memang lunak
Tetapi tak seempuk pangkuan mama
Mari nak, mari
Tidurlah di pangkuan mama
Dan impikanlah burung-burung terbang melayang
Sebagaimana hidup kita kini
Mereka pun berumah di jagat Tuhan
(Maka lelaplah gadis kecil itu
Terbenam di pangkuan sang ibu
Yang memandangnya dengan nanar
Dengan mata berkaca-kaca)
Aku lewat dan melihat mereka
Aku lewat dan menemukan puisi
Aku lewat dan merasai duka
Aku lewat tetapi tak mampu berhenti
A. Tonny Sutedja
Vita Brevis. Hidup itu singkat. Maka jangan pernah berputus harap. Dum Spiro, Spero. Selama aku bernafas, aku berpengharapan. Tetaplah berjuang!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
WAKTU
Sering, saat malam kelam, aku menatap puluhan, ratusan bahkan ribuan bintang yang kelap-kelip di langit di atas kepalaku. Panorama yang ha...
-
Kita tahu bahwa kita ini hanya setitik debu di lautan sejarah yang tak terbatas Kita tahu bahwa rasa sering tak bisa kita sampaikan ...
-
Adalah menakjubkan, hanya dengan 26 huruf, begitu banyak kata dan kalimat tersusun, begitu banyak buku tercipta, begitu banyak kata terpaha...
-
Perlahan-lahan kendaraan yang kami tumpangi melewati jalanan yang berliku, rusak parah dan dipenuhi dengan lumpur kecoklatan. Di sebelah kir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar