19 April 2008

LANGIT

Kebanyakan ilmuwan terlalu sibuk mengembangkan teori baru yang menguraikan apakah jagat raya itu sehingga tidak sempat bertanya mengapa. (Stephen Hawking – A Brief History of Time)

Ke Langit tak sampai, ke Bumi tak terjejak (Peribahasa)

Langit menyembunyikan rahasianya sendiri. Berapa panjangkah waktu yang sungguh telah dilaluinya? Bukankah apa yang kita nampakkan saat ini, sungguh adalah saat ini juga? Tetapi tidak, kata para ahli, apa yang kita lihat saat ini sesungguhnya adalah masa lampau, sementara masa kini, sekarang dan saat ini, masih dalam perjalanan menuju ke penglihatan kita. Maka saat sekarang ini baru akan kita lihat di masa depan kelak. Cahaya merambat dalam kecepatan 299.700 km per detik. Dan cahaya galaksi dan bintang-bintang yang kita lihat sekarang sebenarnya adalah cahayanya puluhan, ratusan atau malah ribuan tahun yang lalu. Dan mungkin pula cahaya yang saat ini kita lihat sebenarnya telah padam sekarang. Ya, bintang dan galaksi yang kita lihat sekarang di langit malam sedang bercahaya dengan indahnya, mungkin sudah tidak eksis lagi.

Maka waktu sekarang, dahulu, kelak, semuanya satu dalam gelombang waktu. Waktu, yang bahkan bisa jadi berjalan melengkung sehingga jika kita dapat berlari berlawanan waktu dan dengan kecepatan yang lebih cepat dari cahaya, maka kita bisa kembali ke masa lalu. Atau menuju masa depan. Lalu apa artinya usia kita ini? Apa artinya kehidupan kita sekarang? Hanya sebuah atom terkecil, sebuah noktah tak berarti dalam suatu kemahakaryaan semesta alam. Jarak, semakin asing bagi dunia modern. Kita semua berlomba-lomba mengejar waktu dengan kecepatan yang kian dioptimalkan. Cepat! Cepat! Ayo, bergegaslah! Hidup tak pernah menunggu kita. Tetapi ah, siapa bilang waktu tak bisa menunggu. Bukankah kita bisa dan mampu menuju masa lalu? Siapakah yang telah mencuri semua mimpi-mimpi kita di dunia ini?

Langit memang selalu menyimpan rahasianya sendiri. Upaya kita untuk menguaknya sedikit demi sedikit, selalu membuka selapis pintu dan kita lalu memasuki ruang berisi ribuan pintu lagi yang tertutup rapat. Lalu apakah rahasia itu? Ya, kita berjalan dengan meraba sesuai asumsi yang kita tetapkan sendiri. Kita berjalan dengan keyakinan sesuai dengan teori yang kita susun sendiri. Lalu, bagaimana jika ternyata bahwa segala asumsi dan teori yang kita pakai itu ternyata salah? Siapa yang bisa tahu? Siapa yang bisa memastikan suatu kebenaran? Bukankah dengan memastikan suatu hal berarti bahwa kita mematikan asumsi dan teori lain yang kelihatan tidak masuk akal, tetapi boleh jadi lebih mendekati kenyataan. Ya, siapa tahu Tuhan saat ini memandang kita sambil tersenyum. Dia mungkin tersenyum saat kita, dengan bangganya mengakui bahwa kita bisa tahu pikiranNya. Tetapi ternyata yang kita temukan hanya rembesan kecil air dari samudera yang luasnya tak terkira. Sama seperti saat kita memandang langit yang kelam di malam hari sambil menikmati masa lalunya sekarang. Apa yang ada sekarang dan saat ini bahkan dalam mimpi pun tak pernah bisa kita pikirkan. Sungguh, inilah kehidupan kita.

Malam ini aku menatap langit. Ada ribuan cahaya berkelap-kelip di atas sana. Dan ada pula awan-awan putih yang membias bagaikan suatu gugus cahaya yang kabur. Anehnya, aku langsung teringat pada ribuan wajah yang kutemukan hari ini. Wajah-wajah yang masing-masing menyimpan ekspresinya sendiri secara unik dan tak tergantikan. Wajah-wajah yang menyembunyikan rahasia perjalanan hidup mereka masing-masing. Hidup. Inilah realitas itu. Wajah seorang gadis kecil yang nampak tersenyum tersipu-sipu. Wajah seorang oma tua yang murung. Wajah seorang dara cantik yang ceria. Wajah seorang kakek yang memantulkan keangkuhannya karena telah menaklukkan sang waktu sejauh usianya. Wajah-wajah kita semua. Wajah-wajah asing tetapi nyata. Wajah-wajah hidup. Ah langit, bisakah kau mengisahkan padaku alasan keberadaan kami semua di dunia yang beraneka ragam ini? Mungkin disinilah kita akan dapat menemukan senyuman Tuhan. Senyuman pada kemanusiaan kita. Dan pikiran Tuhan pada pikiran setiap pribadi yang berbeda-beda. Intinya, di dalam mencari aneka solusi dalam menghadapi aneka macam persoalan kehidupan yang sedang kita alami sekarang, kita semua sedang dan akan menuju pada satu Tuhan Sang Maha Pencipta. Inilah kepastian itu, teman. Inilah kepastian itu. Bukankah demikian?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...