04 April 2008

SIAPAKAH AKU?

Andai kutahu

Kapan tiba waktuku...

(Andai KutahuUngu)


 

Ya, andai kita tahu kapan tiba waktu akhir kita, apakah yang akan kita lakukan? Mungkin kita akan bersujud, menangis dan menyesali segala kesia-siaan hidup kita. Atau mungkin pula kita lalu bangkit dan menikmati segala kesenangan duniawi yang belum kita kecap sebelum akhir tiba. Atau bahkan mungkin pula kita tak peduli dan tetap hidup dalam rutinitas sehari-hari. Andai saja kita tahu kapan waktu kita tiba.....

Hidup selalu menyimpan suka dan duka kita jauh di dalam hati. Dan terkadang kita lalu bertanya-tanya, siapakah aku? Siapakah diriku ini? Mengapa seringkali tak kita kenali dia? Kadang kita heran, mengapa kita harus melakukan hal itu, dan bukan hal yang lain saja. Kadang kita bingung, mengapa apa yang kita dapatkan tak sesuai dengan apa yang kita ingini. Padahal selama ini kita telah melangkah sesuai dengan program yang telah kita atur sendiri. Kita telah hidup dengan cara yang kita ingini sendiri. Tetapi mengapa pengalaman kita ternyata lain dari keinginan kita sendiri? Siapakah sebenarnya diri ini?

Ada banyak pertanyaan filosofis yang seringkali mengusik perasaan kita. Saat kita sendirian, duduk sambil memikirkan kembali diri ini. Saat kita tercekam dalam rasa ketidak-tahuan, dalam rasa hampa luar biasa, saat rasa sepi dan sunyi menggigit jiwa. Saat kita merasa ditinggalkan seorang diri tanpa seorangpun yang, bagi kita, mampu untuk memahami diri dan pemikiran kita. Kita seakan-akan tercerabut dari keberadaan kita dan tenggelam dalam kehampaan, ketidak-bermaknaan dan bahkan kesia-siaan. Hidup, ya hidup, mengapakah seringkali terasa demikian asingnya? Mengapakah keraguan seringakali demikian tajam menikam pemikiran kita?

"...bagiku, kesepian dan kekosongan itu sedemikian dalam sehingga aku memandang, tetapi tidak melihat-Nya, aku menyimak, tetapi tidak mendengar-Nya. Lidahku bergerak begitu saja dalam doa-doa, tetapi sesungguhnya tidak mengatakan apa-apa. Kegelapan menyelimutiku seakan semuanya telah mati...." demikian tulis Bunda Teresa dalam sebuah suratnya yang telah dibukukan (Mother Teresa: Come Be My Light). Tiba-tiba aku menemukan suatu sikap kejujuran dari seorang yang selama ini terkenal dengan keteladanan, keberanian dan ketabahannya menghadapi nasib buruk manusia. Ah, hidup ternyata tidak seperti apa yang nampak.

Tetapi, disitulah juga terletak sumber kekuatan kita. Ya, dalam keragu-raguan, dalam rasa putus asa dan keterasingan diri, dalam rasa rindu pada Sang Pencipta yang seakan-akan tidak pernah hadir dalam hidup kita, kita ditantang untuk percaya. Percaya bahwa keragu-raguan kita sesungguhnya sumber dari kekuatan kepercayaan. Tanpa keragu-raguan, tanpa rasa hampa dan tak berarti, kita menjadi semacam Tuhan yang bisa menentukan kebenaran dan, karena itu, dengan mudah memastikan kebenaran kita sendiri sebagai kebenaran Tuhan. Manusia sesungguhnya tidak pernah akan mampu untuk menebak apa yang menjadi keinginan Dia. Dan bila seseorang merasa tahu pasti apa keinginan Sang Pencipta-dia akan gagal untuk menemukan kemuliaan ciptaanNya. Bahkan Yesus sendiri, pernah mengeluh, "Allahku ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" lalu mengapa kita sendiri merasa harus kuat, tegar dan tak terkalahkan dalam mempertahankan, apa yang kita mungkin sebut kebenaran Tuhan, namun mungkin itu hanya kebenaran menurut perasaan kita saja?

Andai saja kita tahu kapan waktu kita akan tiba. Ya, andai saja kita tahu, lalu apa yang akan kita lakukan?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...