22 September 2009

KITA DAN ILMU PENGETAHUAN

Aku tak tahu mengapa, tetapi di dunia ini, semakin banyak yang aku tahu, rasanya semakin banyak pula yang aku tak pahami. Pengetahuan sering menjadi sumber informasi sekaligus menjadi sumber pertanyaan. Banyak hal misterius yang tersembunyi di balik ilmu dan pengetahuan kita. Contohnya, kita bisa tahu bagaimana menggunakan komputer dan berinteraksi di dunia maya, bagaimana komputer kita bisa hidup dan menjalankan tugas yang kita inginkan, tetapi bagaimana dengan bahan-bahan yang membuat komputer kita mampu melakukan tugas-tugas itu? Mengapa bahan itu bisa berfungsi demikian? Apa memang sudah dari takdirnya sehingga dia mampu dibentuk dan kemudian ditugasi untuk berfungsi demikian?

Dan semakin memikirkannya, semakin banyak kemungkinan jawaban yang bisa betul bisa tidak. Saat itu, keraguan muncul dan membuat pertanyaan lain kian menderas. Dunia yang semakin nyata dan transparan, ternyata adalah dunia yang semakin buram dan misterius pula. Coba tengok di kafe-kafe yang menyediakan fasilitas hot-spot itu. Kelompok-kelompok remaja duduk sambil menghadapi lap-topnya masing-masing, bersenda gurau dengan sobat-sobatnya di dunia maya, sobat-sobat yang jauh di di seberang, terasa akrab seakan di depan matanya. Sementara itu, sobat-sobat di sekitarnya, yang nyata dan jelas di depannya, terasa jauh entah dimana.

Tetapi mungkin demikianlah hidup. Kita ingin akrab dan merasa dekat dengan mereka yang jauh dari kita. Sementara kita mengambil jarak dan menjauh dari mereka yang ada di seputar kita, bahkan di samping kita. Mungkin karena mereka yang jauh tak mungkin menjangkau kita, tak mungkin mengenal dan mengetahui siapa kita secara pasti. Kita mengambil jarak sambil berinteraksi satu sama lain. Yang jauh menjadi dekat. Yang dekat menjauh. Kita menolak terlibat dalam kehidupan nyata karena mungkin akan mengganggu kepentingan kita, sementara sobat-sobat kita yang jauh tak mungkin masuk dalam kehidupan nyata kita.

Aku tak tahu apakah memang demikian harusnya. Sementara kita tidak merasa terasing karena memiliki banyak teman di dunia maya, senyatanya kita kian terasing dengan lingkungan kita sendiri. Setiap saat, setiap waktu, aku melihat banyak kumpulan manusia yang duduk dalam diam, sambil tertawa atau tersenyum sendiri, bukan kepada mereka yang ada di sampingnya, tetapi justru kepada layar monitor di hadapannya. Atau layar hand-phonenya. Tanpa jarak di dunia maya, ada jarak di dunia nyata. Kita duduk, merasa tidak sendirian, tetapi sungguhkah kita tidak sendirian? Suatu pertanyaan yang sulit terjawab.

Namun, semakin nyata pula betapa kita tidak lagi mengenal lingkungan seputar kita. Kita dengan cepat dapat mengetahui bencana dan musibah di tempat lain yang jauh di seberang, sementara bencana dan musibah yang terjadi pada tetangga kita sendiri amat lambat atau bahkan mungkin tak kita sadari telah terjadi. Kita menutup diri dan tidak mau peduli terhadap situasi yang langsung bisa mengusik kehidupan pribadi kita, tetapi amat terbuka terhadap apa yang terjadi jauh di luar kita. Bahkan, mungkin mereka yang jauh dari kita bisa lebih mengenal dan mengetahui perasaan kita daripada teman serumah kita sendiri. Sungguh terasa ganjil, namun nyata.

Semakin banyak aku tahu, semakin banyak aku kuasai pengetahuan, semakin terbentang pula samudra pertanyaan yang tak mampu kupahami. Kita ingin dikenal dan mengenal namun tak ingin secara langsung berkaitan dan bersentuhan dengan kehidupan nyata yang bisa mengusik kepentingan dan privasi kita. Kita ingin tahu dan mengetahui bagaimana keadaan teman-teman kita, tetapi menolak secara langsung terlibat dengan teman-teman kita dalam kenyataan hidup. Kita hanya senang mengetik, berbincang dan memberikan nasehat atau pandangan kita, tetapi tak mau berbuat sesuatu yang nyata karena akan membuat kesibukan yang tak menguntungkan kita sendiri. Kita terlalu sibuk untuk berbuat. Kita hanya sibuk untuk bertutur.

Apakah kemajuan hanya berarti demikian? Semakin dekat dunia ini, semakin jauh pula kita dari kenyataan. Maka belasan orang sahabat bisa duduk saling berhadapan di sebuah kafe yang sejuk sambil menikmati secangkir kopi, tanpa satu pun saling bertutur satu sama lain. Walau wajah mereka menyunggingkan senyum dan kadang tawa kecil, tetapi bukan karena perbincangan antara mereka sat sama lain melainkan kepada monitor yang diam di depan mereka. Mereka masing-masing sibuk bersama sahabatnya yang jauh entah dimana. Jauh entah dimana.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...