13 September 2009

PERTANYAAN TENTANG HIDUP DAN PENDERITAAN

Buat seseorang yang merasa putus asa pada hidupnya sendiri

Kita hidup bersama hujan pertanyaan yang menderas dalam hati. Kita hidup bersama ribuan keingin-tahuan yang seringkali tak mampu kita pahami. Kita hidup bersama kemungkinan-kemungkinan yang seringkali tak tertebak. Kita hidup, kita ada, kita berpikir dan berbuat, namun berapa banyak dari apa yang kita pikirkan, lakukan dan hasilkan, berjalan sesuai dengan rencana dan harapan kita? Adakah seseorang yang bisa dengan yakin mengatakan bahwa semua harapan dan rencana telah berjalan dengan baik, dan hasilnya sesuai yang dia ingini? Dalam sepanjang perjalanan hidup kita ini, hitunglah segala keinginan dan rencana kita, lalu pikirkanlah, apakah semuanya telah berjalan dengan baik dan sesuai harapan kita? Bukankah seringkali kita menemukan kegundahan dalam hati ini? Dan tak seorang pun luput dari kenyataan hidup itu. Tak satu pun. Bukankah demikian?

Pada akhirnya, kita sadar, betapa banyaknya keinginan dan rencana kita, sesungguhnya hanya memiliki harapan yang samar. Dan tak teraih. Demikianlah hidup. Bahkan kesedihan dan kekecewaan kita pun tak akan menghasilkan apa-apa. Kegundahan kita hanya membuat kita terpaku di tempat semula, sementara waktu terus mengalir deras. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Mengapa kita tak mudah melepaskan segala perasaan sakit hati, kesedihan, kekecewaan bahkan rasa putus asa kita sendiri? Mengapa tak jarang kita memikirkan untuk dapat sesegera mungkin mengakhiri semuanya ini? Bahkan terkadang ada yang lalu mengambil jalan pintas, dan berpikir bahwa segalanya telah selesai jika tubuhnya berakhir di dunia fana ini. Namun, sungguh berakhirkah pikiran kita? Apa yang akan kita rasakan, apa yang akan kita pikirkan di saat itu? Bisakah kita dengan yakin menjawabnya? Bisakah?

Kita hidup bersama hujan pertanyaan yang menderas dalam hati. Hujan pertanyaan, hujan harapan dan hujan kekecewaan. Siapa yang tidak? Tetapi tak sepantasnya kita menjadi insan yang pengecut, yang ingin mencari mudahnya saja, yang dengan keyakinanan penuh percaya bahwa semuanya akan berakhir setelah raga kita, ya raga yang hanya terdiri dari jutaan sel-sel mini ini, telah berhenti berfungsi. Tidak. Hidup nyatanya tidak sesederhana itu. Mari rasakan, ya rasakanlah denyut-denyut kehidupanmu sendiri. Dan renungkan, ya renungkanlah dengan dalam keberadaanmu saat ini. Raga kita mungkin didera derita, nama kita mungkin diejek habis, perasaan sunyi mungkin membuat kita lemah dan tak berdaya. Tapi kita hidup. Kita ada. Kita tak pernah bisa yakin, bahwa segalanya akan usai dengan penuh kesia-siaan. Kita pernah bisa yakin.....

Jadi mengapa takut menghadapi hidupmu? Mengapa malu dan putus asa menerima kenyataan? Yang terjadi telah terjadi. Apapun juga, waktu tak mungkin bisa kita kembalikan. Tak pernah ada jalan mundur. Tak pernah. Namun, ada suatu hal penting yang kita miliki, mungkin jarang kita sadari sendiri. Yaitu kemampuan kita untuk berubah. Kita memiliki daya yang tak terbatas, asal kita lakukan dengan yakin dan penuh daya. Kita adalah insan yang memiliki dan dapat melakukan serta mengalami mujizat. Waktu bergerak terus ke depan, dan siapa yang mampu menebak apa yang akan kita hadapi di depan? Nanti? Ada mereka yang kita anggap memiliki kemampuan untuk meramal, tetapi percayakah mereka sendiri pada ramalan yang mereka berikan? Percayakah mereka? Jangan bertanya kepada diri kita yang menerima ramalan itu, tetapi bertanyalah kepada mereka yang memberikan ramalan itu. Percayakah mereka dengan yakin? Dari sanubari mereka sendiri. Percayakah?

Kita hidup bersama hujan pertanyaan yang menderas dalam hati. Siapa yang tidak? Justru kekuatan kita terletak pada pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kekuatan kita adalah pertanyaan kita. Karena darinyalah kita akan menemukan hujan kemungkinan pula yang sering bahkan pasti saling bertentangan. Dengan segala kemungkinan itulah kita bisa dan mampu untuk merubah diri kita. Untuk merubah kenyataan yang ada saat ini. Merubah hidup kita sendiri, Jadi untuk apa takut, malu atau bahkan merasa putus asa? Untuk apa? Raga kita ini tidaklah abadi, tetapi percayalah bahwa kita abadi. Kita ada dan telah ada, maka tak seorang pun bisa mengatakan bahwa kita tak ada. Tak seorang pun. Kecuali kita sendiri yang berpikir demikian. Kecuali kita sendiri. Untuk apa kita lalu membohongi diri sendiri? Untuk apa kita melalaikan hidup kita sendiri? Untuk apa?

Maka teruslah berjalan. Teruslah maju ke depan. Sambil berjuang merubah diri dan kenyataan yang sedang kita hadapi. Sambil bertarung untuk mencari dan menemukan makna keberadaan kita di dunia ini. Kita ada dan telah ada, siapakah yang mampu untuk meniadakannya kembali? Tak seorang pun. Tidak juga kau sendiri. Dan percayalah bahwa, selama masih ada hidup, masih ada harapan. Selama masih ada waktu, masih ada kesempatan. Dan jika saatnya tiba, kelak, dan itu pasti terjadi, kita dapat dengan bangga menyatakan bahwa kita ada dan telah ada. Tak seorang pun yang mampu menaklukkan jiwa kita, walau raga kita mungkin dapat dikalahkannya. Dan kepada Sang Pencipta, kita dapat dengan bangga menyatakan bahwa talenta yang telah diberikannya kepada kita, kini kita kembalikan beberapa kali lipat. Beberapa kali lipat. Sebab untuk itulah kita diciptakan. Untuk itulah kita ada. Di sini. Sekarang. Saat ini. Ayo, bangkit!

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...