21 September 2009

MANUSIA – MANUSIA KECIL

"Manusia melompat ke dalam kereta cepat" kata Pangeran cilik, "tetapi mereka tak tahu lagi apa yang mereka cari. Jadi mereka pun gelisah dan berputar-putar" (The Little Prince oleh Antoine de Saint-Exupéry)

Belasan anak-anak berlarian sambil bersenda gurau dan bermain di halaman sekolah itu. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil. Ada kelompok yang dengan riang sibuk berdiskusi. Ada pula yang bermain sambil saling menepuk-nepuk tangan. Sebagian lain saling kejar mengejar, berlarian mengelilingi halaman yang cukup luas itu. Suasananya demikian riuh. Demikian penuh gelak tawa dan senda gurau. Aku menyaksikan mereka, melihat betapa mereka tak peduli teriknya matahari yang mulai menusuk kulitku. Dipenuhi kegembiraan, mereka hidup di alam kekanak-kanakan yang demikian indah dan mempesona.

"Anak-anak mengumpulkan batu-batu kerikil dan menebarkannya kembali". Demikian tulis Tagore dengan indahnya dalam GITANJALI. Anak selalu memiliki mimpi mereka sendiri. Mimpi yang seringkali luput atau telah dilupakan oleh manusia-manusia dewasa. Anak-anak bertengkar lalu berangkulan kembali. Bagi mereka, hidup adalah sebuah permainan yang tak punya ambisi. Bagi mereka, kepemilikan bukanlah hasrat untuk menguasai, karena "dengan menyentuh engkau mungkin bisa membunuh, dengan tetap membiarkannya engkau bahkan dapat memilikinya" lanjut Tagore dalam satu sajak indahnya yang lain, melainkan hanya hasrat untuk saling berbagi dan bersenda gurau.

Tetapi waktu berlalu. Dan kedewasaan tiba sering tanpa terasakan sama sekali. Hidup pun berubah. Kedewasaan membuat pemikiran kita menjadi sempit, dan hasrat kita untuk memiliki sesuatu menjadi kian kuat. Kita ingin lebih, lebih dan lebih lagi tanpa mampu menyadari atau bahkan tanpa tahu dimana batasan yang mampu kita raih. Dan saat materi menguasai kehidupan kita, saat ambisi menjadi yang terbaik, terkuat, terbesar, terkaya dan terkuasa kita, hidup pun menjadi sulit, keras dan mengandung banyak kekecewaan dan sakit hati.

"Mereka tak tahu lagi apa yang mereka cari. Jadi mereka pun gelisah dan berputar-putar" kata sang Pangeran Kecil dalam buku tipis namun indah dari Antoine de Saint-Exupéry. Ya, semakin dewasa kita, semakin memilki banyak hasrat dan ambisi. Semakin berkembang pemikiran kita untuk membuktikan kemampuan kita, semakin kehilangan pula kesenangan dan keceriaan kita menghadapi hidup. Kita menjadi sulit untuk saling berbagi, menjadi demikian menghargai nilai materi, menjadi terobsesi oleh kekuasaan-kekayaan-kekuatan dan makin tak tahu pula arah mana yang akan kita tuju. Kita menjadi gelisah dan berputar-putar tanpa arah dan pegangan lagi.

"Orang dewasa jelas sangat aneh" kata Pangeran Kecil itu. Semakin berkembang pemikiran kita, semakin mudah pula kita untuk larut dalam kekuatan keinginan dan hasrat raga kita. Semakin jauh pula kita dari gelak tawa dan senda gurau masa kecil kita. Sebab sekarang, semua hal harus bisa terukur dengan timbangan dan norma yang telah tertanam dalam pikiran kita. Norma dan timbangan yang diberikan oleh orang-orang dewasa mulai sejak masa kanak hingga kedewasaan menjelang dalam hidup. Norma dan ukuran yang kelihatan sangat logis dan masuk akal, tetapi bukankah kita berpikir sesuai dengan apa yang telah ditanamkan dalam diri kita oleh mereka-mereka yang dewasa sebelumnya?

Demikianlah aku merenungkan semuanya itu saat melihat belasan anak-anak yang sedang bermain dan berlarian di halaman sekolah itu. Sinar matahari mulai menyengat kulit tetapi anak-anak itu seakan tak peduli. Ada sekelompok anak yang mencoba untuk memanjat pohon mangga di samping halaman, yang kemudian ditegur dan dibentak oleh bapak tua penjaga sekolah. Mereka berlarian bubar sambil meliuk-liukkan tangan mereka, bergaya bagaikan seorang pemain sepak bola yang terkenal yang telah berhasil membobol gawang. Toh, tak ada artinya bagi mereka, apakah mangga itu berhasil dipetik atau tidak. Yang penting mereka telah dan sedang bergembira. Mereka sungguh menikmati proses permainan itu, bukan tujuan dan hasilnya. Bukan tujuan dan hasilnya.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...