10 September 2009

11 SEPTEMBER 2009

Siang hari. Udara sedang panas menyengat. Tak ada orang yang lalu lalang di jalan. Sepi dan hening. Dedaunan pohon palem depan halamanku nampak menunduk bisu. Dua ekor burung kecil, tak kutahu namanya, nampak bertengger di atas besi pagar sambil sesekali mengepakkan sayap mereka yang mungil. Tak ada apapun yang mampu mengusik mereka. Tiga ekor anak kucing, seekor berwarna belang kuning keemasan dan dua ekor belang abu-abu kelabu, nampak tertidur sambil melingkarkan tubuh mereka di bawah naungan bayangan tembok samping. Suasana nampak demikian tenang. Aman. Damai.

Aku memperhatikan hal-hal sederhana itu sambil sedikit mengeluh. Betapa sepinya. Betapa panasnya. Tapi juga ada bisikan dalam diriku, betapa tenangnya siang ini. Suasana nampak demikian tenteram. Sayup-sayup ada suara musik yang mendengung dari tetangga sebelahku. Langit di atas nampak biru jernih. Nyaris tanpa awan. Tiba-tiba aku ingin bernyanyi. Sebuah lagu teringat demikian lekat dalam ingatanku saat ini. Sebuah nada yang telah lama terlupakan. Sedemikian lama, sehingga aku sendiri heran karenanya. Otak ini, demikian hebatnya dia, sehingga dalam suatu situasi tertentu, dapat memunculkan kembali hal-hal yang telah lama terbenam dalam waktu. Dan telah lama kulupakan.

Kehidupan ini seringkali mengandung ironi. Dimana hal-hal yang indah seringkali mengandung kesedihan. Dan sebaliknya. Kita berjalan menyelusuri panjang waktu. Peristiwa datang dan pergi. Silih berganti. Dan apa yang pada suatu saat sangat menarik perhatian dan hasrat kita, suatu saat kelak mungkin akan lenyap dan terlupakan dalam ingatan. Kita belajar dari sejarah, tetapi sejarah seringkali hanya menjadi kalimat-kalimat yang, bagi kita, nampak seakan tak berguna dan tak punya makna sama sekali. Kita belajar dari pengalaman, tetapi kemudian, pengalaman itu akan mengendap jauh ke dalam jiwa kita dan terlupakan. Terlupakan karena kerasnya kehidupan kita. Terlupakan karena kesibukan kita dalam membangun dan mengelola hasrat dan ambisi kita. Lalu sirna.

Namun suatu ketika yang tak tentu waktunya, bisa tiba-tiba muncul dari ingatan dan demikian menggugah kenangan kita. Darimana dia datang? Apakah dari dalam jiwa kita sendiri? Mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa kesedihan-kesedihan yang telah lama lenyap seakan mendadak timbul kembali? Mengapa suasana yang telah lama tak hinggap dalam mimpi kita sekali pun, bisa mendadak muncul dalam kenangan? Mengapa?

Siang hari. Di tengah suasana sepi dan gerah ini, aku menikmati suatu kedamaian sambil sedikit mengenang masa lampau. Dan ada musik dalam hatiku. Ada lagu dalam jiwaku. Ternyata, dalam kegersangan pun, selalu ada keindahan yang tersembunyi. Ternyata, dalam kesepian pun, selalu ada kenyamanan yang tak bisa kurasakan dalam keramaian. Hidup itu indah, jika kita mau menikmati dengan apa adanya. Tanpa sesal. Tanpa sakit hati. Tanpa dendam. Dan membiarkannya mengalir dalam waktunya sendiri. Dalam waktunya sendiri.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...