12 November 2009

DILEMA HIDUP

"Bagaimana aku tidak jengkel" kata pria itu. "Letih setelah pulang dari kerja, setelah menghadapi tekanan di kantor, bukan hanya karena tumpukan persoalan namun juga akibat tekanan dari pimpinan dan teman sekerja, setelah menembus kemacetan lalu lintas yang menjengkelkan dan setelah sepanjang hari bergulat dengan berbagai macam masalah yang tak diketahuinya, kembali aku mesti mendengarkan celotehan dan keluhan yang bukan urusanku dan bukan karena aku...."

"Ah, dia tidak memahami aku" kata wanita itu. "Seharian aku mesti menghadapi berbagai macam rutinitas rumah tangga, anak-anak yang bandel, pembantu yang bodoh, tetangga yang usil tanpa tahu harus mengadu kemana. Maka kepada siapa lagi aku mengeluh selain kepada suamiku sendiri? Seharian aku harus berdiam diri, sabar menerima semuanya, padahal hati ini seakan mau meledak karena bosan dan jengkel. Tapi dia tak mau peduli. Dia tak mau mendengarkan kesulitanku...."

Seberapa seringkah kita mengalami hal yang demikian dalam kehidupan berumah tangga kita? Konflik terjadi, bukan karena ada persoalan, tetapi hanya karena kekurang-pahaman satu sama lain. Demikianlah, aku teringat hal itu, saat seorang teman yang saat sedang melakukan chat tiba-tiba harus melayani seorang pembeli. "Pembeli yang bawel" katanya kemudian kepada teman mengobrolnya itu. Betulkah pembeli itu bawel? Bagaimana jika dia yang menjadi pembeli? Dan tidakkah, jika dalam situasi yang lain, saat dia hanya duduk menunggu dan tak melakukan apapun, pembeli yang sama datang untuk membeli. Apakah pembeli tersebut tetap dianggapnya bawel? Atau dia malah merasa senang karena ada yang dia layani?

Maka demikian pula kehidupan kita ini. Banyak masalah yang terjadi, yang kita anggap akibat orang lain, sesungguhnya justru karena suasana hati kita sendiri saat itu. Memang, jauh lebih mudah untuk menyalahkan orang lain. Jauh lebih mudah untuk menganggap persoalan terjadi karena orang lain. Tetapi bila kita mampu untuk berpikir kembali, apa yang terjadi sesungguhnya karena kondisi kita sendiri yang membuat masalah terjadi. Dan dari persoalan yang sederhana, dari masalah yang sama sekali tidak terkait langsung dengan diri suami istri tadi, pertengkaran terjadi. Dari ketidak-sabaran teman yang sedang asyik ngobrol untuk melanjutkan perbincangannya, sang pembeli itupun menjadi sasaran omelannya.

Hidup memang penuh dilema. Dilema karena, kita senatiasa hanya melihat satu kejadian dari anggapan kita saja yang belum tentu sama dengan anggapan orang lain. Memang tidak mudah untuk melihat satu persoalan dari dua sisi, dari dua sudut pandang yang berbeda, terutama jika kita sendiri yang mengalaminya. Ada perasaan yang dominan bermain sehingga menutupi pikiran jernih kita. Tetapi percayalah, jika kita bersedia untuk mundur sejenak, meninjau kondisi dan situasi kita saat itu, mungkin kita bisa mencegah banyak persoalan yang seharusnya memang tidak terjadi. Seharusnya tidak terjadi.

Tonny Sutedja

1 komentar:

Pulau kawe mengatakan...

gak dilema ah bos, hidup masalah pilihan aja :D
inspiring note. thanks. salamku buat teman chat yang suka ngeluh itu

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...