06 November 2009

HIDUPKU

Aku tidak sempurna. Aku tahu itu. Dan, siapakah yang bisa memastikan kesempurnaan-nya? Ada atau tidak ada aku, dunia akan berjalan seperti biasanya. Hidup memang tak pernah terikat dengan diri kita. Kitalah yang terikat dengan dunia ini. Namun, tanpa aku, juga dunia ini tak akan pernah ada. Bagiku. Sebab itu, haruskah aku sesali ketidak-sempurnaanku? Haruskah aku sesali kelemahan dan kegagalanku? Haruskah aku kecewa karena tak berhasil mendapatkan apa yang kuingini? Tidak, sebab aku sadar bahwa aku tidak sempurna, sama seperti kalian tidak sempurna. Jika begitu, aku akan menerima apa adanya. Menangisi apa yang pantas ditangisi. Menertawai apa yang layak ditertawai. Menikmati apa yang ada padaku.

Sebab, mengalir bersama waktu, aku hidup dan ada. Sekarang. Saat ini. Dan ketika banyak hal yang terasa sia-sia, bukankah kesia-siaan itu hanya dalam perasaanku saja? Tahukah aku pada perasaan orang lain? Pahamkah aku pada pikiran dan pendapat mereka? Hidup adalah, bagaimana kita memandang suatu peristiwa, tidak hanya dari sudut mataku tetapi juga dari sudut mata banyak orang lain yang berada di sekelilingku. Perbuatanku adalah tanggung jawabku sebagai pribadi yang mandiri, namun bukankah selalu ada akibat-akibat yang, baik langsung maupun tak langsung, pasti bersangkut paut dengan keberadaan sesama kita? Dengan keberadaan semesta alam ini. Maka siapakah aku, selain daripada hanya sesosok mahluk yang tidak sempurna dan karena itu saling terkait dengan sesama dan alam semesta untuk menciptakan satu kesempurnaan Sang Pembentuk Hidup?

Dimanakah kau

Makna pembungkus kata

Dimanakah kau

Laku pembungkus Hidup


 

Lihat, lihatlah

Tetesan embun di pucuk kembang

Dan semburat jingga di timur fajar

Ada aku, ada kau, ada kita


 

Dalam bias suara pagi

Hening membentuk lorong waktu

Dan tinggal dalam diam beku

Dimanakah kau?


 

Ada lirih angin kudengar sayup

Ada larik nada indah mengalun

Dan terkapar dalam benak hari

Aku, Kau, Kita merayapi waktu


 

Aku tidak sempurna. Aku sadari itu. Selalu, kita hidup berkelana meniti waktu yang mengalir ke muara akhirnya. Saat mana, kekecewaan, keperihan, kedukaan, kekesalan dan sakit hati kita akan berakhir di samudera keheningan abadi. Lanskap merah muda di lautan kebiruan. Dan kebisuan kita akan menyuarakan perasaan yang terdalam. Betapa heningnya. Betapa damainya. Kelak. Titik-titik embun yang melayang di antara langit dan bumi, kini mencari kita. Kini mencari kita......

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...