16 November 2009

HARAPAN DALAM CAHAYA

Ada yang datang, ada yang pergi. Demikian adanya hidup ini. Segala sesuatu berubah. Dan tak ada yang kekal selain perubahan itu sendiri. Kita lahir, hidup dan berkembang, lalu menua dan pada akhirnya akan lenyap kembali. Dari detik ke menit. Dari menit ke jam. Dari jam ke hari. Dari hari ke minggu. Dari minggu ke bulan dan tahun. Waktu akan menembus batas-batas yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Dan punya daya apakah kita selain dari menerima perubahan itu dengan sepantasnya? Bahkan jika pun kita menyayangkan perubahan yang terjadi, sanggupkah kita menghentikan jalannya peristiwa?

Kita hadir dengan harapan. Harapan terhadap perubahan. Harapan akan perubahan. Terkadang kita mampu untuk merubah apa yang terasa mandek dan beku. Terkadang kita menjadi bagian dari kemandekan dan kebekuan itu. Kita hidup bersama pilihan-pilihan yang harus kita putuskan sendiri. Apa pun yang kita perbuat, bertahan, menyendiri dan menghindar, atau ikut arus perubahan itu, kita selalu punya kesempatan untuk berkembang. Kita selalu mampu untuk berbuat sesuatu, jika kita mau dan tak tinggal pasrah saja menerima kehidupan saat ini.

Kita lahir bersama harapan. Dan itulah esensi kehidupan kita. Tak seorang pun yang dapat mengatakan bahwa dia tak punya harapan. Tak seorang pun. Sebab harapan selalu ada. Hanya sering kita tak memperhatikannya. Karena kita hanya terpaku pada diri kita. Terpaku pada apa yang ada dan kita miliki sekarang. Terpaku pada apa yang sedang kita alami saat ini saja. Tetapi lihatlah keluar. Sungguh indah dunia yang membentang di hadapan kita. Kesederhanaan yang sering tak kita perhatikan. Sementara pikiran kita bergolak dalam kerumitan yang sering hanya ada dalam keraguan kita terhadapnya, hidup menyajikan keindahannya sendiri secara pasti dan tak pernah bosan menganugerahkannya kepada kita. Kita semua.

Matahari fajar yang memberikan cahayanya kepada bumi, seakan membelai kehidupan ini. Warna jingga yang memantul pada lautan awan yang berarak. Sayup-sayup seakan muncul dari balik ufuk yang kelam, mengusir kegelapan malam secara pasti dan tak terkalahkan. Demikian pula kita. Sesungguhnya hidup kita adalah cahaya bagi kehidupan yang luas, cahaya bagi sesama, cahaya bagi dunia. Dan kita mampu membagikannya kepada siapa saja jika kita mau. Dan pada kemauan kitalah semua makna berada. Apakah kita mau untuk mengubah diri? Apakah kita rela untuk meninggalkan sudut sempit kepentingan kita? Apakah kita berani untuk melepaskan rasa nyaman dan nikmat yang kita alami sekarang? Apakah kita mampu teguh berjuang melepaskan belenggu kesedihan dan dukacita kita? Apakah kita sungguh berupaya untuk melupakan kekelaman masa lalu kita dan memberikan cahaya baru bagi kehidupan ini?

Siapakah kita, selain dari insan yang selalu memiliki harapan? Kita selalu berguna bagi sesama dan dunia. Dan memang, kita lahir untuk berguna, bukan menjadi beban tetapi menjadi berkah bagi semesta alam. Kita ada dan telah ada. Keberadaan kita bukan semata terletak dalam pikiran kita sendiri, tetapi juga, dan terutama pada pikiran sesama dan dunia. Jadilah cahaya. Jadilah terang yang membawa harapan. Kita adalah cahaya yang selalu memiliki harapan dalam hidup. Dan tak seorang pun yang mampu memadamkan cahaya itu, selain dari perasaan kita saja. Perasaan kita saja.

Ada yang datang, ada yang pergi. Kehidupan ini tak pernah abadi. Demikian pula kerumitan, kesedihan, kesendirian, kesepian, kemiskinan, noda, aib, keputus-asaan dan kehilangan yang kita rasakan sekarang. Semua akan berubah. Dan semua akan indah pada waktunya. Jika saja kita mau mengubah diri. Jika saja kita pantang untuk menyerah kalah. Matahari fajar baru saja terbit. Dengan sukarela dia memberikan cahayanya kepada dunia. Dengan riang dia mengatakan kepada kita semua. Bahwa harapan selalu ada. Bahwa perubahan selalu terjadi. Hidup ini adalah suatu mujizat. Dan kita hadir untuk menyentuhnya. Menyentuhnya. Tersenyumlah bersama dia.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...