14 November 2009

MENJADI BARU

Mengapakah sering kesalahan, kecerobohan, kegagalan dan bahkan ketidak-tahuan sedemikian mengusik dan mengganggu hidup dan pikiran kita? Mengapa kita demikian sulit untuk lupa, untuk meninggalkan aib dan keperihan kita? Mengapa kita tak mampu untuk melaju ke depan tanpa diusik dengan apa yang telah terjadi sebelumnya? Mengapa kita tak bisa melupakan masa lalu? Tetapi dapatkah kita melupakan masa lalu? Dapatkah kita berubah menjadi seseorang yang baru sama sekali, dan meninggalkan semua yang telah terjadi dalam lupa? Ya, terkadang kita ingin berubah, kita ingin menjadi sosok yang berbeda, yang sama sekali baru. Dapatkah? Dan haruskah?

Langit malam yang memerah pertanda hari akan hujan. Tetapi jika kita saksikan langit malam menjadi merah, toh kita tahu, bahwa terkadang hujan tidak turun juga. Kegagalan, kecerobohan dan kealpaan sering menjadi batu sandungan kita menuju hari esok. Namun betapa banyaknya pelajaran yang kita terima, yang membuktikan bahwa kegagalan, kesalahan dan kecerobohan itu bukan berarti kita telah gagal dalam hidup. Bahkan, seringkali menjadi pelajaran yang baik untuk mencegah kegagalan yang sama di masa depan. Hidup memang begitu. Tak seorang pun, ya tak seorang pun, yang dapat membanggakan diri bahwa dia tak pernah merasa gagal, terkadang bahkan merasa putus asa dan merana berkepanjangan sebelum mampu untuk bangkit kembali dengan keberhasilan mereka.

Menjadi baru bukan berarti bahwa ada yang harus dilupakan. Menjadi baru berarti bahwa kita harus mengingat kesalahan kita tanpa rasa gamang, tanpa rasa putus asa dan pasrah menerima kehidupan yang sulit ini. Menjadi baru berarti kita harus belajar untuk berubah, dengan tidak mengulangi kesalahan, kecerobohan dan kegagalan yang sama. Menjadi baru tidak harus kita mesti mampu melupakan aib dan keperihan kita, tetapi bagaimana kita mengubah aib dan rasa nyeri kita sedemikian rupa sehingga kelak kita menuai keberhasilan dan kegembiraan yang kita harapkan seperti semula.

Hidup berkembang dari waktu ke waktu. Berjalan dari detik ke detik, menuju menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun yang terus melaju. Kita jangan terpaku di tempat yang sama, karena waktu tak pernah menunggu kita. Kita jangan menjadikan kegagalan, aib dan noda kita sebagai alasan sehingga kita menjadi tak berdaya, pasrah dan putus asa sehingga gagal mengikuti perjalanan waktu dan hidup ini. Kita manusia yang diberikan kekuatan akal dan intuisi oleh Sang Pencipta untuk dipergunakan, bukan untuk dipendam sehingga menjadi sia tak berguna. Hidup ini suatu perjuangan. Hidup ini memang suatu perjuangan. Kita berjuang untuk hidup. Sering terasa keras dan menyakitkan. Sering bahkan tak tertahankan. Namun, siapa yang mampu luput dari perasaan demikian? Siapa?

Toh, kita telah diberikan kemampuan untuk berpikir. Kemampuan untuk memilih. Kemampuan untuk mempertimbangkan pilihan-pilihan kita. Kita bukan benda mati yang hanya mampu untuk pasrah menerima keberadaannya tanpa mampu berbuat apa-apa. Kita bisa dan dapat mengubah hidup kita jika kita mau. Jika kita mau. Maka segala perubahan yang kita harapkan, segala pembaruan yang kita idamkan, hanya dapat kita laksanakan jika kita mau. Kita semua sanggup untuk berubah, tetapi itu jika kita memang mau untuk berubah. Apa yang telah terjadi sebelumnya, segala noda, aib dan kegagalan kita kita tinggalkan bukan dalam lupa, tetapi justru dengan mengingatnya sehingga kita tak mengulangi kegagalan yang sama di saat-saat ini sehingga hari esok dapat menjadi baik. Jauh lebih baik dari saat ini. Mampukah kita melakukan yang demikian? Mampukah kita?

Maka sekali lagi, perlukah kita melupakan masa lalu? Atau haruskah kita mengenang masa lalu selalu dengan perasaan perih, sakit hati, jengkel sehingga membuat kita merasa putus asa menghadapi hari ini? Saat ini? Jika itu yang kita lakukan, lalu dimanakah anugerah Sang Pencipta yang telah memberikan kita tenaga, nalar dan kesempatan terus menerus bagi kita semua? Hidup adalah pilihan. Dan sungguh ada banyak pilihan yang terbentang di depan kita. Sayang, seringkali kita hanya terpaku di depan pilihan yang gagal kita raih sambil membelakangi masa depan sehingga kita tak mampu melihat kesempatan lain yang terbuka, banyak kesempatan lain, karena kita selalu menghadap ke masa lalu.

Menjadi barulah kita mulai saat ini, hari ini, detik ini. Menjadi baru dan berbalik dengan membelakangi masa lalu. Dan menghadapi dengan berani dan pantang menyerah kehidupan kita sekarang, saat ini. Kita tidak perlu melupakan masa lalu. Kita justru belajar dari masa lalu. Dengan demikian kita berharap, hari esok kita dapat menjadi baik, jauh lebih baik dari hari ini. Sebab, bukankah hidup sendiri merupakan sebuah proses pembelajaran yang amat menarik, walau terkadang teramat sulit dan dipenuhi onak duri? Jalan tak pernah lurus dan datar. Jika itu yang terjadi, percayalah, kita dapat menjadi bosan dan enggan untuk menikmatinya lagi. Namun, hidup itu indah justru karena dipenuhi tantangan yang setiap saat berbeda sehingga menarik untuk dihadapi. Mari menjadi manusia yang baru dan menjadikan kesalahan yang telah terjadi sebagai bahan dasarnya....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...