09 Desember 2009

DEMO

Jalanan dipenuhi massa yang menyebabkan terjadinya kemacetan panjang. Gelombang demi gelombang datang dengan menumpang di atas truk, melintas menentang arus jalan dan melanggar rambu lalu lintas. Teriakan gegap gempita dengan yel-yel yang nyaring menyuarakan tentangan terhadap pelanggaran hukum serta korupsi yang terjadi di negeri ini. Semuanya berbaur dan tak terarah. Semuanya nampak kusut tanpa satu kebersamaan.

Aku menyaksikan semua itu dari sisi jalan di depan fly over yang baru dibangun depan perasaan takjub dan bingung. Takjub, melihat betapa sedemikian tak teraturnya demonstrasi yang dinamakan demonstrasi damai itu. Bingung karena melihat betapa mereka menentang pelanggaran hukum yang terjadi justru dengan cara melanggar hukum itu sendiri. Dengan alasan moral apakah mereka menolak pelanggaran hukum jika mereka sendiri ternyata melakukan pelanggaran yang sama? Bagaimana mereka mau menegakkan keadilan dengan ketidak-adilan? Dan berseru untuk menegakkan kebenaran dengan sikap yang tidak benar? Luar biasa....

Kelompok demi kelompok massa itu bergerak menyusuri jalan raya di kota ini. Beberapa kelompok kecil nampak melakukan pelemparan, melakukan aksi-aksi meminta dana hampir dengan setengah memaksa, serta kemudian terlibat bentrok dengan aparat penegak hukum. Bagaimana caranya mereka dapat meminta penegakan hukum jika mereka sendiri ternyata tidak memperdulikan hukum yang ada? Dan Jika melakukan kesalahan, mereka selalu berlindung di balik hukum yang telah dilanggarnya. Mungkin, inilah sebabnya hukum di negara ini tak pernah bisa diberlakukan dengan benar. Mungkin.

Maka, berada di tengah kemacetan ini, di tengah sinar matahari yang sedemikian teriknya, aku menyaksikan suatu sandiwara kehidupan yang bersembunyi di balik topeng-topeng kebenaran, keadilan dan kejujuran tanpa sedikit pun menampakan perbuatan yang sama. Semua bisa dilakukan. Semua bisa dilanggar. Hanya berbekal jaket almamater dan predikat sebagai calon cendekiawan, ternyata sama sekali tak menampilkan sikap yang arif, bijak dan berakal sehat. Bahkan sering tanpa nurani sama sekali.

Dengan perasaan sedih, aku bertanya-tanya dalam hati. Inikah calon-calon pemimpin negara ini kelak? Inikah calon-calon pemikir dan ahli negara ini kelak? Akan kemanakah kita akhirnya jika hal-hal demikian terjadi dan terus terjadi? Mampukah kita merubah apa yang kita anggap buruk di negara ini dengan tindakan yang brutal dan rusuh ini? Mau kemanakah kita sebenarnya? Mau kemanakah? Sungguh bisakah kita membuat perubahan menuju keadaan yang lebih baik dengan melakukan tindakan-tindakan yang demikian kisruh ini? Aku tak tahu. Aku ragu...........

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...