12 Desember 2009

NATAL DI MALL

Silent night. Holy night

All is calm. All is bright


 

Lagu-lagu natal bersenandung indah di tengah keriuhan lalu lalang manusia. Dan para penjaga dan pramuniaga toko nampak berjejer dengan apik sambil mengenakan pakaian santa klaus. Merah dan putih mendominasi ruang-ruang toko yang gemerlap dengan aneka macam perhiasan yang melambangkan natal dan tahun baru. Udara sejuk berhembus memenuhi ruang raksasa ini dari pendingin udara. Aku berdiri menyaksikan semua itu dari tepian void lantai tiga sebuah mall, bebas dari pergerakan kerumunan manusia yang terus mengalir, berputar-putar tanpa arah. Natal telah tiba. Sebuah pohon cemara raksasa nampak menjulang tinggi di lantai dasar Mall ini, hijau berselimut putih dari kapas yang dibuat melingkar dengan aneka cahaya yang kerlap kerlip mengelilinginya. Di puncaknya, sebuah bentuk bintang besar, berwarna kuning bersinar cemerlang. Tinggi sendirian.

Lagu natal. Pohon terang. Keramaian. Aku melihat sekelompok gadis-gadis berdiri di depan pohon cemara raksasa itu, sambil menengadah menatap dengan takjub. Seorang nampak berbicara kepada teman-temannya. Entah apa. Dan mereka tertawa riang. Kegembiraan. Ketakjuban. Ruang yang lapang dan terang benderang. Toko-toko yang menjajakan aneka jenis barang untuk aneka jenis kebutuhan, baik diperlukan atau pun tidak. Dan di depan etalase sebuah toko yang menjual permainan anak, seorang gadis cilik berpakaian sederhana, nampak terbelalak melihat sebuah boneka barbie seukuran tubuhnya sendiri, boneka yang menawan dengan pakaian yang amat indah. Tangan gadis cilik itu kulihat mengelus kaca etalase seakan ingin menyentuh boneka itu. Tetapi ada batas yang tak mampu diraihnya. Ada batas antara dia dan boneka barbie yang indah itu. Dan lagu-lagu natal terus mengalun. Lembut di tengah keriuhan bagaikan membawa mimpi ke tengah kenyataan hidup. Mimpi di tengah kenyataan.

Tiba-tiba aku teringat sebuah dongeng indah dari Hans Christian Andersen, Gadis Penjaja Korek Api. Seorang gadis yang menjajakan korek apinya di tengah suasana natal, di tengah udara dingin membekukan dengan salju yang melayang indah bagaikan kapas. Di tengah dunia yang hening dan terasa damai, gadis itu meringkuk di sudut sendirian dan kesepian. Saat orang-orang bergembira bersama sanak keluarganya, dia terkucil tanpa teman. Dia menyalakan dan menghabiskan satu per satu korek api dagangannya untuk mengusir gigilan tubuhnya. Untuk bisa bertahan hidup. Sambil menikmati impian yang indah. Sambil terus berharap. Hingga akhir tiba. Hingga akhir tiba. Ah, tidakkah banyak di antara kita yang sedang dan masih senasib dengan gadis cilik itu? Di sini, di mall yang megah dan cemerlang ini, di mall yang terasa sejuk dan mewah ini, hidup terasa bagaikan mimpi, yang dekat namun tak teraih. Bagaikan gadis cilik yang memandang dengan takjub boneka barbie itu, namun tak bisa dielusnya. Tak mampu diraihnya.

Natal telah tiba. Tetapi dimanakah kesunyiannya? Dimanakah kekudusannya? Dimanakah keheningannya? Dimanakah kecemerlangannya? Di mall yang indah dan mewah ini, aku menyaksikan manusia datang dan pergi, lewat memintas waktu, tak menghiraukan dan tak dihiraukan. Semua sibuk, bergegas dengan tujuan masing-masing. Tujuan yang sering tak punya kepastian. Tanpa ujung. Dan hidup yang tenggelam dalam keramaian adalah hidup yang sepi. Namun tidak hening. Manusia yang terkucil dalam keramaian. Manusia yang tak tahu entah kemana. Tak tahu untuk apa hidup ini. Semua mengalir lepas begitu saja. Namun tak kemana-mana. Dan gadis cilik di depan etalase toko dengan boneka barbie yang terpajang di balik kaca tebal itu menatap dengan penuh kerinduan, berharap tetapi sadar bahwa ada yang tak bisa diraihnya. Ada yang tak mampu diraihnya. Hidup sekedar hanya mimpi indah seorang gadis penjaja korek api yang mengurbankan dagangannya sekedar untuk mencoba bertahan. Sekedar untuk bisa menikmati impian indahnya, saat satu per satu korek apinya dinyalakan. Hingga habis. Hingga tuntas.

Aku menyaksikan manusia yang terus menerus mengalir di dalam mall terbesar di kotaku. Aku melihat lautan wajah-wajah asing yang lalu lalang di depanku. Aku menyaksikan para pembeli yang sedang tawar menawar dengan pramuniaga dan pegawai toko. Aku memikirkan kehidupan yang ada pada mereka. Dan aku ingin mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan saat itu. Adakah natal di hati mereka? Adakah kerinduan akan kelahiran Sang Penebus sempat teringat oleh mereka? Ataukah hanya keinginan untuk membeli sesuatu demi untuk menikmati sebuah hari dimana kita bebas dari pekerjaan rutin kita dan menikmati pesta dan acara yang mengagumkan namun tak bermakna? Dan sama seperti hari-hari pesta lain, akan diisi dengan perayaan dan pesta pora belaka? Ah, tiba-tiba aku teringat pada gadis penjaja korek api itu, gadis yang tubuhnya meringkuk tak berdaya di tengah kemilau keindahan salju yang melayang bagaikan kapas. Bagaikan kapas.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...