14 Desember 2009

HARTA DALAM HATI

Mengapakah setiap kali jika kita membayangkan kehidupan yang senang dan bahagia, kita selalu memikirkan segepok uang tunai dan harta yang berlimpah? Apakah memang, jika kita memiliki materi segudang, maka kita pasti akan merasa senang dan bahagia? Apakah memang demikian? Tetapi mengapa kita pernah mengenal orang-orang yang mempunyai harta yang berlimpah dengan masalah yang segudang pula? Dan kita pun mengenal orang-orang yang tidak memiliki banyak harta tetapi senyum kegembiraan selalu terbayang di wajahnya? Jadi, dimanakah letak perasaan senang dan bahagia itu?

Kekayaan memang tidak menjamin kebahagiaan seseorang, tetapi tanpa kekayaan kita mungkin tidak mampu berbuat apa-apa. Tetapi apakah kemampuan berbuat apa saja yang kita kehendaki lalu menjamin bahwa kita akan bahagia? Tidak, tidak begitu. Kekayaan yang terbesar sesungguhnya telah kita miliki. Harta dalam hati. Hati yang gembira dan bahagia merupakan satu-satunya harta yang peling bernilai yang mampu dimiliki oleh manusia. Tak peduli berapa banyak atau bahkan tak ada sama sekali sesuatu barang berharga yang kita miliki, selama kita sanggup untuk tersenyum dan tertawa gembira, kita telah memiliki hidup ini. Kitalah pemilik kehidupan.

Terkadang, kita merasakan betapa segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan. Sebagaimana yang kita dambakan. Kita merasa mampu, tetapi tidak punya kesanggupan untuk meraih apa yang kita ingin capai. Mengapa? Apakah rencana Sang Pencipta bagi kita? Mengapa segala sesuatu nampak kacau dan tak mampu tertata dengan baik dalam hidup ini? Apa yang diharapkan-NYA bagi kita? Apakah keberadaan kita hanya suatu kesia-siaan? Dan kehadiran kita hanya suatu kesalahan? Mengapa kita tak penah merasa bahagia? Mengapa kita selalu merasa gagal dan gagal? Mengapa kita selalu merasa kecewa dan dikecewakan? Mengapa kita tak lagi mampu untuk berbuat sesuatu? Mengapa?

Tetapi, bahkan saat kita tak punya sesuatu pun yang dapat kita banggakan, kita tetap memiliki satu harta yang tak mungkin lenyap, tak mungkin dicuri dari kita. Harta dalam hati. Kita memiliki kemampuan untuk merasakan, memikirkan dan menikmati hidup ini. Sesederhana dan seminim apa pun yang kita miliki. Kita memiliki hidup yang berharga untuk dijalani. Untuk dinikmati. Untuk ditempuh. Setiap saat kita bisa tersenyum, setiap saat kita mampu tertawa riang, saat itu pun dunia akan tertawa bahagia bersama kita. Apa yang perlu kita sadari hanyalah bahwa, kita memang tak harus berhasil menggapai segala keinginan, hasrat dan ambisi kita. Tak harus. Tetapi pikiran kita, hati kita, bisa tetap riang jika kita mensyukuri keberadaan kita di dunia ini. Mensyukuri hidup kita sendiri.

Maka segala kekayaan duniawi, segala ambisi dan hasrat manusiawi, hanya menjadi semangat pendorong untuk mencapai harapan kita. Sebagai pendorong, tetapi bukan sebagai satu-satunya hal yang harus kita miliki agar kita bisa bahagia. Tidak. Hidup hanya sederhana. Sadarilah harta terbesar dan satu-satunya yang kita punyai. Kebahagiaan tidak terletak pada apa yang telah kita miliki, tidak pada pada apa yang telah berhasil kita raih, tetapi kebahagiaan kita ada pada kesadaran bahwa kitalah pemilik kehidupan ini, pemilik yang mampu menguasai kebahagiaan kita sendiri. Jika tak memiliki apa-apa dan tak mampu berbuat apa-apa, setidaknya kita tetap memiliki hidup ini. Jika kita merasa kecewa dan tak bisa meraih segala impian kita, bagaimana pun kita masih punya waktu. Kehidupan ini, ada dalam jiwa kita. Ada dalam perasaan kita. Ada dalam cara bagaimana kita memikirkan apa yang kita sedang alami. Hidup bukan untuk dikeluhkan, tetapi untuk dinikmati. Harta yang paling utama ada dalam hati kita: kemampuan untuk menyadari bahwa kita adalah pemilik kehidupan kita sendiri.

Memang, hidup senantiasa ada dibawah bayang-bayang hasrat, ambisi, keinginan dan nafsu kita pada kekuasaan-kekuatan-kekayaan. Tetapi hidup bukanlah kekuasaan-kekuatan-kekayaan secara materi duniawi. Hidup kita ada dalam hati kita. Ada dalam cara kita berpikir mengenai makna keberadaan kita pada kenyataan duniawi. Sebab itu, semuanya itu semestinya dapat kita sesuaikan dengan kenyamanan dan kebahagiaan dalam hidup yang sedang kita jalani ini. Maka harta kita yang terutama, bukan pada apa yang kita miliki tetapi pada apa yang kita pikirkan, pada apa yang mau kita rasakan. Penderitaan, kekecewaan dan sakit hati terjadi karena kita sendiri yang mau merasakan, dan bukan sebab dia harus ada. Carilah harta dalam hatimu, dan pergunakanlah dengan semangat kegembiraan yang tulus. Tanpa mengharapkan imbal jasa. Tanpa menghasratkan balasan yang sesuai dengan keinginan kita. Harta kita ada dalam hati kita sendiri...

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...