03 Desember 2009

PANGGUNG SANDIWARA

Kata orang, hidup ini sebuah sandiwara. Kita berakting di atas panggung seakan-akan kita sendiri yang melakukan apa yang ditulis dalam skenario yang telah dicetak indah. Dan setelah usai, setelah layar diturunkan, kita menjadi sosok lain lagi, yang berbeda sama sekali. Kata orang, hidup ini dijalani dalam suatu skenario yang telah ditulis dengan indah untuk kita mainkan bersama. Namun, siapa yang tahu kebenaran apa yang telah perbuat? Siapa yang tahu apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan dan apa yang kita alami diluar panggung kehidupan ini, selain dari kita sendiri?

Hidup ini berjalan terus dalam waktu. Sebagaimana adanya. Sebagaimana harusnya. Tetapi pernahkah kita memikirkan bahwa kita, ya kita sendiri, sesungguhnya mampu untuk merubah skenario tersebut? Bahwa kita memiliki kesempatan untuk memilih jalan hidup kita sendiri? Bahwa setiap keputusan yang kita buat akan menentukan bagaimana kita akan hidup? Bahwa kita seharusnya bisa menolak ketergantungan kita terhadap apa yang ada saat ini jika kita mau berpikir, kita mau berusaha dan mau melakukan apa yang kita anggap sesuai dengan pilihan kita?

Apakah penderitaan itu, selain dari kekecewaan karena mengalami hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita? Yang tidak selaras dengan hasrat dan ambisi kita? Dan jika kita hanya duduk diam, menunggu tibanya suatu anugerah, suatu kesempatan yang kita inginkan, dan terus menerus berharap di depan situasi yang tidak memungkinkan ambisi dan hasrat kita terpenuhi, kita tak mampu lagi melihat kesempatan lain yang mungkin jauh lebih menarik dari apa yang dapat dijangkau oleh penalaran kita sendiri. Maka seringkali penderitaan itu kita alami bukan karena situasi atau kondisi yang tidak memungkinkan kita, tetapi karena ketak-mampuan kita untuk membuka diri bagi perubahan yang terjadi di seputar kita.

Sesungguhnya, hidup ini berjalan terus. Berubah terus. Dan kita pun seharusnya memahami dan menyadari perubahan-prubahan itu. Perubahan yang harus kita sadari dan bukannya ditolak karena tak sesuai dengan segala kemauan kita. Kita patut bersyukur karena kita bisa menikmati perubahan itu, dan bukannya menangisi perubahan itu. Waktu tidak menunggu kita. Kitalah yang harus mengikutinya. Kita ada sekarang karena hari kemarin namun kita hidup untuk hari esok. Bukan untuk hari kemarin. Masa lalu seringkali pahit, tetapi itu telah usai. Telah tenggelam dan tak mungkin kita kembalikan lagi. Tak mungkin kita ulangi lagi. Tak mungkin.

Barangkali hidup ini bukan sebuah sandiwara. Dan kita tidak berperan dalam skenario yang tetap. Karena kita hidup bersama banyak pilihan yang mampu kita lakukan. Dan setiap pilihan yang kita ambil, bisa merubah kehidupan kita, dan kehidupan dunia kita. Dan kelak, kita bertanggung-jawab, bukan karena penyesalan-penyesalan kita, tetapi karena kesempatan-kesempatan yang tidak kita ambil. Kesempatan-kesempatan yang kita lalaikan. Pilihan-pilihan yang tidak kita buat. Padahal, banyak jalan terbentang di depan kita. Padahal, banyak pilihan yang diberikan kepada kita. Dan kita tak perlu menunggu sedemikian lama untuk kemudian menyesali waktu yang telah lewat. Tak perlu menunggu dengan penyesalan yang tak berguna bagi siapapun.

Maka jalanilah hidupmu, sebagaimana kata hatimu. Putuskanlah apa yang harus kau lakukan tanpa menunggu terus waktu menelan masa sekarangmu. Apa yang telah terjadi di hari kemarin, biarkan lewat. Apa yang kau sesalkan saat ini, tinggalkanlah. Lihatlah, pagi ini matahari bersinar cerah. Ada banyak harapan yang menunggumu. Ada banyak kesempatan yang terbuka. Hidup ini nyata. Hidup ini bukan sandiwara. Kita memiliki kemampuan untuk memilih skenario apa yang kita inginkan. Dan sadarilah bahwa semakin kita larut dalam sesal dan kekecewaan, semakin kita ditinggalkan oleh waktu dan perubahan yang kita inginkan. Vita Brevis. Hidup ini singkat. Berbuatlah dan jangan tinggal menunggu tirai hidup kita diturunkan. Kesempatan tak pernah akan sama lagi. Tak pernah akan sama....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...