22 Februari 2013

AKU, RENUNGAN DAN SAJAKKU


Suatu hari, seseorang bertanya kepadaku, apa bedanya antara menulis renungan dan menulis sajak? Ya, apa bedanya bagiku antara menulis renungan dan menulis sajak? Bagiku, sajak adalah refleksi diri, sebuah sajak bisa jauh lebih jujur menampilkan perasaanku sedangkan renungan lebih banyak menampilkan pemikiranku. Sajak, yang ditulis dengan singkat, padat dan umumnya, secara otomatis, kutulis nyaris tanpa perubahan berarti. Tetapi renungan yang jauh lebih panjang, kuolah dan kuperbaiki berkali-kali.

Maka sajak adalah nyanyian jiwaku sedang renungan adalah pemikiran tentang pengalaman hidupku sendiri. Setiap hari, setiap saat yang kujalani dan kualami selalu membuat aku berpikir tentang apa sesungguhnya makna keberadaanku di dunia ini. Mengapa aku harus hidup. Dan untuk apa aku mesti melakukan apa yang sedang kulaksanakan sekarang. Dan di baliknya timbullah percik-percik perenungan, suasana hati serta sesekali timbul nuansa rasa yang sedemikian menyentuh kalbuku. Maka untuk itulah aku menulis. Puisi lebih menggambarkan kejujuran dan kejernihan jiwa sedangkan renungan lebih pada suasana pemikiranku saat menghadapi dan menerima situasi tertentu.

Begitulah perbedaan antara puisi dan renunganku di blog ini. Dan sejujurnya, puisi, karena lebih menggambarkan suasana jiwaku dengan jujur, banyak yang tidak kumuat disini. Rahasia perasaan yang hanya kusimpan demi kebebasanku dalam berekspresi yang mirip dengan buku harian yang jauh lebih murni tentang suasana hidupku. Entah merasa cemas, malu atau pun kekhawatiran bahwa semua hanya akan membosankan bagi yang membacanya karena lebih mirip keluh kesah atau curhat. Sedang renungan bagiku adalah ide dan pemikiran menghadapi serta menerima kehidupan yang pada umumnya tak pernah kusimpan dalam kotak.

Maka inilah pikiran-pikiran yang meloncat, kadang beraturan kadang tidak, tetapi bagaimana pun membuat beban yang kuhadapi menjadi ringan. Jauh lebih ringan. Dengan menulis, dengan mengutarakan apa yang kupikirkan. Dengan menyampaikan apa yang mengusik pemikiranku. Dengan menuturkan perasaanku tentang jalannya hidup ini. Untuk apakah keberadaan kita di dunia ini jika kita tidak nyata? Jika kita lebih suka menyembunyikan diri di balik tembok privasi kita? Dan bukankah dalam setiap pengalaman yang kita hadapi, setiap penglihatan yang kita alami, setiap perasaan atas situasi yang terjadi, selalu dapat membuat kita untuk memikirkan makna kehidupan kita?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...