Seringkali
kita merasa disalah-pahami. Seringkali kita merasa betapa orang-orang
tidak mampu untuk mengerti perasaan kita. Dan jika kita menginginkan
sesuatu yang tak mampu diwujudkan oleh mereka yang kita anggap harus
menjadikan nyata keinginan kita sebagai suatu keberhasilan bagi kita,
maka kita menjadi kecewa, sakit hati, frustrasi dan bahkan sering
membuat kita menjadi putus asa dan apatis. Tetapi pertanyaan penting
di balik kesalah-pahaman itu adalah, dapatkah kita memahami orang
lain?
Seringkali
memang kita merasa tidak dipahami. Tetapi jika kita mau jujur,
seringkali pula kita ternyata tidak mampu memahami orang lain.
Keterbatasan dan sifat-sifat pribadi orang lain yang mustahil serupa
dengan kita. Bahkan jika kita berani untuk merenung lebih dalam,
sesungguhnya bahkan kita sendiri sering tidak memahami diri kita.
Keinginan kita. Perbuatan kita. Jika demikian adanya, perlukah kita
mempersalahkan sesama kita? Dapatkah kita merasa kecewa dan sakit
hati karena keinginan kita gagal terwujud karena kepentingan kita
ternyata berbeda dengan kepentingan sesama?
Di dunia
ini, waktu yang terus bergerak maju beriringan dengan perubahan yang
mengikutinya. Situasi dan kondisi di era belasan atau bahkan puluhan
tahun lalu tidak akan bisa disamakan dengan situasi dan kondisi saat
ini. Demikian juga dengan pola pemikiran dan perasaan kita yang jelas
tak akan mungkin sama dengan pola pemikiran generasi sekarang.
Makassar di era 70-80an jelas sangat berbeda dengan Makassar saat
ini. Perubahan-perubahan yang terjadi, disadari atau tidak, pasti
membentuk pandangan dan pola pikir yang berbeda pula. Dan kita tak
mungkin dapat menyamakannya. Kita mustahil untuk mundur kembali ke
masa lalu. Seperti itulah pengalaman yang kita lalui setiap saat.
Jadi perlukah kita kecewa karenanya?
Sesungguhnya
banyak salah paham terjadi bukan karena sesuatu yang diragukan atau
sesuatu yang disengaja. Tetapi jauh lebih sering karena
ketidak-mampuan kita untuk memahami, baik terhadap sesama kita dan
bahkan juga terhadap diri kita sendiri. Sebab, jika kita sendiri
tidak memahami diri kita, dapatkah kita menyalahkan mereka yang tak
mampu untuk memahami kita? Bukankah hal itu justru membuat kita
sendiri ternyata tidak memahami kehidupan ini? Tidak menyadari
perubahan yang terjadi? Tidak mengerti bahwa waktu ternyata terus
melaju dengan membawa banyak hal yang tidak akan sama dengan kondisi
dan situasi waktu yang telah lewat?
Hidup
selalu berubah. Maka kita pun dituntut untuk mengubah diri. Kita
tidak perlu merasa kecewa karena segala impian dan harapan kita
ternyata gagal kita raih. Kita tidak perlu sesali jika apa yang kita
harapkan ternyata tak dapat kita wujudkan. Sebab bukankah kita hanya
mampu untuk memahami jika sadar akan keterbatasan diri kita dan
keterbatasan sesama kita? Dalam waktu yang sangat panjang, kita hanya
mengambil bagian terkecil saja di dalamnya. Dan sesungguhnya, kita
pun bukan inti dari kehidupan walau masing-masing dari kita selalu
mengira, dalam kesadaran dan pemikiran, bahwa kitalah yang sungguh
nyata karena kita hidup. Tetapi jika kita melihat ke segala penjuru,
kita akan menemukan kehidupan lain yang berbeda, sangat berbeda
dengan kehidupan kita. Demikianlah adanya manusia ini.
Seringkali
kita merasa tidak dipahami. Dan jelas bahwa seringkali pula kita
ternyata gagal untuk memahami. Dan itu sudah merupakan hal yang
lumrah sebab kerap kita pun ternyata tidak mampu memahami diri
sendiri. Tetapi sesungguhnya kita hidup dengan kodrat yang jauh lebih
luas dari hanya menyesali salah paham yang terjadi. Kita hidup tidak
untuk dipahami saja. Kita hidup untuk juga dapat memahami. Dan jika
kita mampu untuk melakukan hal itu, kita bisa sadar bahwa pemahaman
kita ternyata terbatas, sangat terbatas. Karena setiap orang hidup
dengan dan bersama rahasianya msing-masing. Rahasia yang sungguh tak
mudah terkuak bahkan oleh kita yang memilikinya sendiri. Tak mudah.
Maka
mari kita mencoba untuk tidak mudah menyesali kesalah-pahaman itu.
Mari kita berupaya untuk mencoba mengerti kelemahan-kelemahan diri
kita sendiri. Mari kita menjadi manusia yang sadar bahwa tidak semua
kenyataan dapat kita pahami. Bahwa hidup kita yang hanya selintas ini
sesungguhnya memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada hanya
saling menyalahkan. Salah paham adalah hal yang lumrah. Bersamanya,
kita justru harus mengerti bahwa kita hidup tidak seorang diri saja.
Dengan demikian, setiap kesalah-pahaman justru dapat membuat kita
lebih kuat dalam memahami diri kita. Mari kita memahami salah paham
itu.
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar