Bagaimanakah kepercayaan kita dapat
bertahan? Bagaimanakah keyakinan kita bisa tetap teguh? Di tengah
gelombang perubahan, di tengah keserakahan dan godaan kenikmatan
duniawi mampukah kita untuk tetap berdiri kukuh dengan iman kita?
Seandainya kita bekerja dalam satu biro yang hampir keseluruhan
kolega kita menganggap bahwa korupsi dan suap adalah sebuah hal yang
lumrah, tidakkah kita nampak menjadi aneh? Seandainya kita seorang
guru yang melihat rekan kita dengan ringan meraup pendapatan dari
menjual buku dan menerima uang sekedar untuk menaikkan nilai murid,
bukankah kita yang kukuh pada kejujuran akan menjadi terasing? Dan
bilamana ada seseorang yang kemudian tertangkap tangan karena korup dan
suap, dapat dengan mudah lolos dari hukuman berat karena mampu
membayar dari hasil yang telah diperolehnya, dan bahkan masih dipuja
dan dihormati masyarakat karena sumbangannya yang besar, tidakkah
semua itu menjadi satu iming-iming yang luar biasa terhadap idealisme
kita?
Ternyata hidup tidak gampang. Sebab
itu, menuduh seseorang pun tidaklah mudah juga. Sungguh, ada banyak
hal terkait dengan keadaan seseorang sehingga dia kehilangan
kepercayaan, kehilangan keyakinan bahkan iman di tengah segala
gejolak kondisi dan situasi yang dialaminya. Maka siapa pun yang
sadar akan kenyataan sekarang, patut memaklumi hebatnya guncangan dan
tantangan yang dialami di tengah masyarakat jaman ini. Kita mungkin
merasa sedih karena hal itu. Kita bahkan bisa menjadi pahit dan pedih
mengalami situasi itu. Tetapi jika kita mau untuk merenung sedikit
dalam hati kita, mungkin kita sanggup untuk memahami apa yang telah
terjadi. Mungkin bahkan kita sendiri pun dapat memikirkan hal yang
sama jika kita berada dalam situasi dan kondisi yang sama. Jadi
bagaimana kita dapat dengan mudah menuduh dan mendakwa seseorang yang
telah terperangkap dalam kondisi demikian? Jika kita mau jujur, kita
mungkin akan merasa betapa munafiknya kita. Betapa seringnya kita
punya dualisme ini: salah jika orang lain melakukan, tetapi benar
jika kita atau sahabat atau kelompok kita melakukan hal yang sama.
Suatu kecenderungan yang tidak asing lagi sekarang. Saat ini.
Bagaimana kepercayaan kita dapat
bertahan? Bagaimana keyakinan kita bisa tetap teguh? Dan iman kita
tidak bergeming sedikit pun di tengah segala perubahan ini? Bagaimana
kita harus hidup dan menghadapi kenyataan ini? Bagaimana? Kejujuran,
walau terasa telah luntur di tengah kehidupan yang makin mengutamakan
materi ini, toh seharusnya masih kita miliki dalam hati kita sendiri.
Jadi mari bertanya kepada diri sendiri dan menjawab dengan jujur
pertanyaan-pertanyaan itu. Dengan demikian, kita akan menemukan diri
kita dan menyadari kenyataan kita sendiri. Sulit? Tidak. Asal tidak
kita nyatakan secara terbuka. Asal jawaban itu hanya tinggal di dalam
pikiran kita saja. Namun jika jawaban-jawaban itu dapat mengubah
sikap kita terhadap hidup ini, bersyukurlah. Ya, bersyukurlah. Sebab
perubahan hanya dapat dimulai dari diri sendiri. Dari kita. Dari
saya.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar