21 Februari 2013

MENCUKUPKAN


Suatu pagi, saat aku sedang menjaga stand kue, datanglah seorang bapak bersama putranya. Nampaknya bapak itu sedang dalam perjalanan mengantar putranya ke sekolah, tetapi mampir dulu untuk membeli makanan buat putranya yang masih sekolah dasar. Sang bapak mengambil sebuah tempat kue dari dalam tas putranya lalu meminta putranya untuk memilih kue yang diinginkannya. Anak itu lalu memilih beberapa kue yang disenanginya, tetapi kemudian muncul satu masalah, ternyata ada kue pilihan anak itu yang tidak bisa ke dalam tempat kue itu. Dengan tenang, bapak itu menunjuk kue lain yang lebih kecil, mengambilnya, lalu berkata kepada putranya: “Kue ini saja, nak. Kau mau khan. Ini enak juga...” Anak itu memandang ayahnya sejenak dengan raut wajah sedikit kecewa, tetapi kemudian menganggukkan kepalanya. Maka sang bapak lalu memasukkan kue tersebut ke dalam tempatnya, membayar lalu kemudian mereka pun pergi.

Aku menyaksikan kejadian itu dengan sambil memikirkan betapa kehidupan kita pun sering berlangsung seperti itu. Kita sering mengalami peristiwa dalam hidup ini berlangsung tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Apa yang terjadi sering sama sekali tidak kita harapkan. Dan saya tidak tahu, apakah kekecewaan anak kecil itu nantinya mengganggu seleranya terhadap kue yang bukan pilihannya sendiri, tetapi bagaimana pun, sang bapak juga mengalami dilema jika kue pilihan putranya dia ambil, dia tidak tahu akan disimpan dimana karena tempat yang disiapkan tidak mampu menampung kue itu. Jadi masing-masing memiliki kesulitannya sendiri. Bagi sang anak, pilihannya sesuai dengan selera yang diinginkannya. Bagi sang bapak, pilihannya sesuai dengan tempat yang telah disediakan bagi putranya.

Tetapi barangkali inti peristiwa itu bukan pada apakah kue itu sesuai atau tidak dengan selera sang putra. Tetapi pada saat anak itu kemudian diminta untuk menyetujui apakah dapat menerima keinginan sang bapak. Dan saat aku melihat ke deretan kue-kue yang tersaji di depanku, aku tahu bahwa ternyata masih banyak jenis kue yang bisa memenuhi tempat kue yang dibawa anak itu. Jadi sesungguhnya, jika anak itu mau, dia masih punya pilihan lain selain daripada yang ditawarkan ayahnya kepadanya. Tetapi toh, dia tetap mengangguk menyetujui keputusan ayahnya. Dan aku merenungkan bahwa dalam banyak hal dalam hidup kita ini, pada akhirnya kita tetap punya pilihan lain, tetapi bagi yang percaya, keyakinan pada apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita dapat membuat kita mampu untuk menerima apa saja yang sedang kita alami.

Memang, kadang kita kecewa dan merasa pahit atas apa yang kita alami. Tetapi kekecewaan itu janganlah membuat hidup kita menjadi penuh penyesalan karena jika kita mau, kita tetap masih memiliki banyak pilihan lain. Dan jika kita percaya kepada segala yang diinginkan Bapa buat kita, mari kita jalani dan nikmati hidup ini apa adanya. Sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Bukankah putra bapak tadi tetap bisa menikmati kue pilihan ayahnya sendiri? Bukankah sang anak tetap bisa menghilangkan lapar yang nanti dialaminya dengan kue yang berbeda bentuk, rasa dan jenisnya jika dia tidak larut dalam sesal dan kecewa karena hasrat, selera dan keinginannya tidak terpenuhi? Dan bukankah initinya adalah, jika kita percaya, kita dapat menerima apapun juga yang kita alami tanpa merasa sesal dan sakit hati atau bahkan putus asa karenanya?

Demikianlah, peristiwa sederhana di pagi hari itu telah mengajarkan kepadaku sendiri, bahwa selain dari segala keinginan yang dimiliki seorang anak, semuanya juga tergantung pada tempat dan kesempatan yang telah disiapkan oleh Bapa kepada kita. Dan bila kita percaya, maka apapun yang akan terjadi, kita tetap bisa menikmati hidup ini. Dengan mencukupkan diri dengan apa yang dapat kita terima. Dengan menerima apa saja yang akan diberikan Tuhan kepada kita. Dengan menjalani hidup apa adanya. Sebab ternyata, hidup bukan hanya tergantung pada selera, keinginan dan hasrat kita saja, tetapi juga pada berapa besar pemberian Tuhan kepada kita. Dan bagaimana pun juga, sama seperti anak itu, kita tetap punya pilihan lain, jika kita mau tetapi kepercayaan kepada ayahnya membuatnya lebih mudah dalam menerima segala apa yang akan diberikan kepadanya. Tidakkah demikian dengan hidup kita ini?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...