Saat ini kita hidup di dunia yang
seakan-akan tanpa batas tetapi sekaligus menjadi dunia yang demikian
sempit dan terbatas. Bayangkan, dengan daya tehnologi, kita dapat
menjelajah ke sudut-sudut semesta yang jauh, teramat jauh, sementara
kita duduk menyendiri di kamar kecil kita dan sering tanpa sadar
bahwa sesuatu terjadi di luar kamar ini. Sebuah ironi dimana kita
seakan-akan dapat mengetahui dan mengenal semua peristiwa yang sedang
terjadi sementara kita bahkan sama sekali tidak tahu apa yang sedang
berlangsung di sebelah kita.
Demikianlah, kita semakin mengetahui
semakin tidak mengenal dan memahami. Bahwa lintasan waktu yang sedang
kita jalani bergerak kian menjauh dari kenyataan hidup yang sungguh
kita jalani ini. Dalam banyak hal, kita terpojok di sudut yang kita
tidak sadari walau mungkin kita merasakannya. Mungkin. Begitulah
sebagian dari antara kita menjalani hidup sehari-hari ini, terfokus
pada apa yang terjadi jauh di luar diri kita dan melupakan apa yang
sedang terjadi di lingkungan kita sendiri. Keterasingan diri membuat
hidup menjadi nyaman karena kita hanya dapat mengetahui tetapi tidak
mengenal dan karena itu tidak perlu untuk peduli sehingga tidak perlu
merasa bertanggung-jawab untuk mengubah diri, untuk memahami situasi
dan kondisi kita sendiri.
Namun, walau kita sering alpa untuk
mengubah diri kita sendiri, alpa dalam memahami keseharian hidup
kita, kita sering bersikap seakan-akan memahami dunia di luar kita.
Kita bersikap seakan-akan tahu dan karena itu merasa mampu untuk
mengupayakan perubahan dunia. Padahal sadarkah kita, betapa dalam
satu lintasan waktu yang sama, jam dan detik yang sama, seberapa
banyakkah peristiwa yang terjadi tetapi luput dari pengetahuan kita?
Seberapa banyakkah dapat kita ketahui tentang kejadian-kejadian
sederhana yang tak muncul di penglihatan dan pemahaman kita? Tidakkah
hidup mengandung kemungkinan yang tak terkira dan tak dapat kita
rengkuh semua? Maka dalam kegagalan untuk memahami diri kita sendiri
serta juga ketidak-mungkinan untuk mengenal seluruh isi dunia ini,
kita tidak patut untuk mempertanyakan apalagi berkeinginan untuk
mengubahnya sejalan dengan pemikiran kita yang amat sangat terbatas
ini.
Memang, saat ini kita hidup dalam dunia
yang dengan perkembangan tehnologi seakan-akan dapat kita rengkuh
dengan sekali klik. Tetapi mengetahui dan mengalami sendiri sangatlah
berbeda. Bahkan tak mungkin dijembatani selain dialami sendiri.
Selain itu, kemampuan kita tehnologi secanggih apapun takkan mampu
untuk mencapai sudut hati kita sendiri juga tak mungkin mencapai
sudut-sudut terjauh di bumi ini. Maka hidup memang penuh dengan
segala kemungkinan dan tak dapat kita pastikan hanya dengan sebuah
pemikiran bahwa segalanya dapat kita ubah sesuai dengan keinginan
kita.
Tiba-tiba aku
merasa betapa sangat terasingnya kita sendiri kala dunia terbuka
lebih luas akibat perkembangan kemajuan tehnologi ini. Betapa semakin
banyak kita tahu semakin banyak pula kita kehilangan pemahaman.
Betapa semakin banyak peristiwa yang kita tahu semakin tak kita
sadari kehadiran diri kita sendiri. Dan ketika tiba pada satu titik
ketika kita jenuh dengan segala pengetahuan itu, kita lalu kehilangan
kepekaan atau malah menjadi sangat bersemangat untuk mengubahnya.
Kita lupakan segala kemungkinan yang membuat hidup ini indah. Ya,
hidup ini menyenangkan dan dapat kita nikmati karena dia penuh
kemungkinan yang tak terduga. Tak teramalkan. Tak terencanakan. Dunia
ini bukanlah mesin di saat kita merasa bahwa kita mengenal dia lewat
mesin-mesin ini. Dan karena itu tak mungkin kita kenali dengan pasti.
Bahkan sedetik ke depan pun tak mungkin kita pastikan apa yang dapat
terjadi. Nikmatilah kemungkinan itu sebagai sebuah kehidupan yang
pantas kita ada di dalamnya. Bersamanya. Tidak untuk mengubahnya.
Bukan dengan memaksanya berubah. Dan jika harus berubah, bukan dunia
tetapi kita sendirilah yang harus mengubah diri. Kita sendiri.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar