28 Januari 2013

KALAH


Kita semua bisa dan mungkin pernah mengalami kekalahan dalam perjuangan mewujudkan harapan kita. Dan bagaimana menerima kekalahan itu akan menentukan kwalitas kita sebagai manusia. Jika kita menerimanya dengan besar hati lalu belajar darinya, kita akan menjadi pemimpin yang jauh lebih baik, lebih kuat dan lebih berhasil menempuh masa depan kelak. Tetapi bila kita menerimanya dengan menyalahkan orang lain, tanpa usaha untuk merenungkan kesalahan yang telah kita lakukan lalu belajar dari kegagalan itu, kita hanya akan menjadi seorang pecundang, picik dan hanya mementingkan diri sendiri.

Maka kekalahan tidak perlu membuat kita sedih, kecewa dan sakit hati. Ya, bukan kekalahan yang menakutkan kita tetapi sikap dan perilaku kita dalam menerima kekalahan itulah yang patut membuat kita menyesal atau bangga pada diri sendiri. Kwalitas seseorang bukan ditentukan dari hasil suatu usaha melainkan dari sikap menjalani dan menerima apapun yang terjadi dari usaha itu. Sebab jika kita percaya bahwa masih banyak kesempatan selama kita memiliki waktu, kita tetap memiliki kesempatan untuk memulai kembali perjuangan kita. Dengan mengubah diri. Dengan memperbaharui semangat. Dengan menyadari bahwa selalu akan ada yang kalah dan menang. Hidup memang demikian adanya.

Namun jika kekalahan kita terima dengan menyalahkan orang lain, dengan menyalahkan keadaan atau bahkan menyalahkan apa saja yang membuat kita gagal, apalagi bersikap membohongi nurani kita dengan memaksakan kemenangan di saat kita jelas kalah, kita telah bersikap tidak jujur dan menjadi sosok yang penakut dalam menerima kegagalan itu. Ataukah kita punya kepentingan tertentu demi untuk memaksakan konsesus agar kepentingan kita tidak diusik? Sesungguhnya, jika kita bersikap demikian, tanyalah ke dalam diri terdalam kita, pantaskah kita menjadi pemenang yang baik? Bukankah mereka yang tidak mampu berbesar hati menerima kegagalan pun tidak layak menjadi seorang pemimpin yang baik? Sebab tujuan perjuangan hanya demi kepentingan diri atau kelompok kita sendiri saja bukan demi kepentingan bersama.

Mereka yang mampu menerima kekalahan dengan lapang dada, dan belajar dari kekalahan itu, adalah mereka yang pantas untuk diperjuangkan kembali. Sebaliknya, mereka yang menolak menerima kekalahan apalagi dengan memaksakan kemenangannya sendiri – kalau perlu dengan mempersalahkan dan mengurbankan orang lain – walau jelas bahwa dia telah kalah, sesungguhnya adalah seorang pecundang yang berpikiran picik dan tidak pantas lagi diperjuangkan. Sangat tidak pantas.

Oleh sebab itu, marilah memberi keteladanan yang baik kepada masyarakat. Mari memberikan harapan kepada masyarakat. Bahwa tujuan hidup ini bukan hanya soal kalah atau menang. Tetapi sikap dan keberanian menghadapi yang terburuk demi masa depan yang terbaik. Kita semua patut menyadari keterbatasan kita dengan berani menerima kenyataan. Dengan jujur terhadap kebenaran. Dengan demikian, kita dengan bangga mewujudkan harapan bersama bahwa setiap kegagalan bukanlah akhir dari kehidupan ini. Melainkan sebuah awal baru. Kesadaran baru. Bahwa kita dapat terkalahkan tetapi tidak menjadi pengecut dan pecundang yang ingin lari dari kenyataan sambil membohongi diri sendiri. Jujurlah pada kehidupan ini. Jujurlah kepada kepada masyarakat dan dunia. Dan yakinlah, bahwa bukan hanya kemenangan yang dapat membuat kita bangga. Kekalahan pun, jika diterima dengan lapang dada membuat kita menjadi sosok yang patut dibanggakan.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...