Kita semua bisa dan mungkin pernah
mengalami kekalahan dalam perjuangan mewujudkan harapan kita. Dan
bagaimana menerima kekalahan itu akan menentukan kwalitas kita
sebagai manusia. Jika kita menerimanya dengan besar hati lalu belajar
darinya, kita akan menjadi pemimpin yang jauh lebih baik, lebih kuat
dan lebih berhasil menempuh masa depan kelak. Tetapi bila kita
menerimanya dengan menyalahkan orang lain, tanpa usaha untuk
merenungkan kesalahan yang telah kita lakukan lalu belajar dari
kegagalan itu, kita hanya akan menjadi seorang pecundang, picik dan
hanya mementingkan diri sendiri.
Maka kekalahan tidak perlu membuat kita
sedih, kecewa dan sakit hati. Ya, bukan kekalahan yang menakutkan
kita tetapi sikap dan perilaku kita dalam menerima kekalahan itulah
yang patut membuat kita menyesal atau bangga pada diri sendiri.
Kwalitas seseorang bukan ditentukan dari hasil suatu usaha melainkan
dari sikap menjalani dan menerima apapun yang terjadi dari usaha itu.
Sebab jika kita percaya bahwa masih banyak kesempatan selama kita
memiliki waktu, kita tetap memiliki kesempatan untuk memulai kembali
perjuangan kita. Dengan mengubah diri. Dengan memperbaharui semangat.
Dengan menyadari bahwa selalu akan ada yang kalah dan menang. Hidup
memang demikian adanya.
Namun jika kekalahan kita terima dengan
menyalahkan orang lain, dengan menyalahkan keadaan atau bahkan
menyalahkan apa saja yang membuat kita gagal, apalagi bersikap
membohongi nurani kita dengan memaksakan kemenangan di saat kita
jelas kalah, kita telah bersikap tidak jujur dan menjadi sosok yang
penakut dalam menerima kegagalan itu. Ataukah kita punya kepentingan
tertentu demi untuk memaksakan konsesus agar kepentingan kita tidak
diusik? Sesungguhnya, jika kita bersikap demikian, tanyalah ke dalam
diri terdalam kita, pantaskah kita menjadi pemenang yang baik?
Bukankah mereka yang tidak mampu berbesar hati menerima kegagalan pun
tidak layak menjadi seorang pemimpin yang baik? Sebab tujuan
perjuangan hanya demi kepentingan diri atau kelompok kita sendiri
saja bukan demi kepentingan bersama.
Mereka yang mampu menerima kekalahan
dengan lapang dada, dan belajar dari kekalahan itu, adalah mereka
yang pantas untuk diperjuangkan kembali. Sebaliknya, mereka yang
menolak menerima kekalahan apalagi dengan memaksakan kemenangannya
sendiri – kalau perlu dengan mempersalahkan dan mengurbankan orang
lain – walau jelas bahwa dia telah kalah, sesungguhnya adalah
seorang pecundang yang berpikiran picik dan tidak pantas lagi
diperjuangkan. Sangat tidak pantas.
Oleh sebab itu, marilah memberi
keteladanan yang baik kepada masyarakat. Mari memberikan harapan
kepada masyarakat. Bahwa tujuan hidup ini bukan hanya soal kalah atau
menang. Tetapi sikap dan keberanian menghadapi yang terburuk demi
masa depan yang terbaik. Kita semua patut menyadari keterbatasan kita
dengan berani menerima kenyataan. Dengan jujur terhadap kebenaran.
Dengan demikian, kita dengan bangga mewujudkan harapan bersama bahwa
setiap kegagalan bukanlah akhir dari kehidupan ini. Melainkan sebuah
awal baru. Kesadaran baru. Bahwa kita dapat terkalahkan tetapi tidak
menjadi pengecut dan pecundang yang ingin lari dari kenyataan sambil
membohongi diri sendiri. Jujurlah pada kehidupan ini. Jujurlah kepada
kepada masyarakat dan dunia. Dan yakinlah, bahwa bukan hanya
kemenangan yang dapat membuat kita bangga. Kekalahan pun, jika
diterima dengan lapang dada membuat kita menjadi sosok yang patut
dibanggakan.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar