22 Maret 2013

DIRIKU


Nobody knows the trouble I’ve seen
Nobody knows my sorrow
(Nobody knows – Brothers Four)

Pernah ada masanya dulu, aku bertanya-tanya, mengapa seakan tak seorang pun dapat mengenal diri ini. Mengapa seakan tak seorang pun mampu memahami apa yang sedang kupikirkan. Ya, pernah dulu aku sering merasa sedih bahkan kadang putus asa saat merasa sendirian, tak dipahami bahkan disepelekan karena sesuatu yang aku pikirkan. Tetapi sekarang, aku berpikir, dapatkah seseorang dipahami? Bisakah seseorang dikenal hingga tuntas? Bukankah kita semua sungguh memiliki sesuatu yang tersembunyi di dalam diri dan pikiran kita masing-masing? Siapakah yang mampu untuk memahami kita sepenuh-penuhnya saat kita sendiri sering tidak bisa mengerti mengapa kita begini? Atau begitu? Siapakah?

Pada hakekatnya memang, tak seorang pun yang dapat memahami hingga sedalam-dalamnya satu sama lain. Seberapa dekatnya pun mereka itu. Tak seorang, bahkan kita sendiri pun kadang tak mampu untuk memahami diri kita. Jadi bagaimana bisa mereka yang diluar kita memahami kita jika kita sendiri tak mengenal siapa diri kita? Setiap orang memiliki kesedihan dan kesusahannya masing-masing. Dan beban itu, bagaimana miripnya pun, tak akan sama dalam pandangan masing-masing kita. Dan sungguh, sekarang aku berpikir, bahwa itulah anugerah terbesar yang kita miliki. Anugerah sekaligus tantangan bagi kita dalam menghadapi hidup ini. Hidup yang, sekaligus mengandung cobaan dan godaan, sebagai satu sarana untuk menikmati dan bersyukur karena kita ternyata ada dan sungguh nyata.

Tanpa tantangan dan cobaan hidup akan membosankan. Tanpa penderitaan kita tak mungkin mengenal kebahagiaan. Tanpa tangis, kita mustahil tahu artinya tertawa riang. Ya, jika hidup berupa terang terus menerus tanpa kegelapan, apalagikah artinya terang itu bagi kita? Maka bukankah dengan mengalami derita dan kesulitan, kita semua mampu mengetahui potensi diri dan talenta kita masing-masing? Bukankah dalam segala cobaan dan tantangan itulah hidup menjadi berarti bagi kita? Mereka yang tak pernah menderita sesungguhnya tak akan merasakan kebahagiaan. Dan itu berarti bahwa hidup baginya adalah satu kegagalan. Satu kehampaan.

Di dalam kesusahan inilah terletak harapan. Dan di dalam harapan inilah hidup akan berbuah perjuangan untuk melaluinya dengan sepenuh pengalaman diri. Maka siapapun kita, bagaimanapun kondisi kita dan apapun yang kita alami, percayalah, bahwa justru masa-masa kesedihan dan kesengsaraan itulah yang kelak dapat membimbing kita semua untuk menyadari makna hidup ini. Menyadari bahwa kita sungguh ada dan nyata ada. Percayalah, kesenangan yang tanpa akhir hanya hanya membuat kita lupa bahwa kita sesungguhnya hanya seorang manusia yang tidak kekal. Tidak akan kekal.

Maka kini, aku sadar bahwa memang tak seorang pun yang mampu untuk mengenal diri ini sepenuh-penuhnya. Tak seorang pun yang dapat mengetahui kegelapan kita. Tak seorang pun yang sanggup untuk memahami kita. Sebab memang demikianlah adanya agar kita sendiri mampu untuk memahami diri kita sendiri. Aku sendirian. Aku mutlak sendirian dengan pengalaman yang mungkin sama dengan kalian, tetapi pasti punya cara pandang yang berbeda. Di titik inilah aku berusaha untuk sadar bahwa memang tak seorang pun yang dapat mengenal aku sehingga aku tak mungkin memaksakan orang lain berbuat yang sama dengan apa yang aku pikirkan. Sebab apa aku merasa sungguh tahu mengapa aku memikirkan hal itu? Apa sungguh aku sadar mengapa aku mengalami hal itu? Jika tidak, mengapa orang lain harus mengenal kita? Mengapa harus memaksa orang lain memahami kita? Mengapa kita harus berkeras hati?

Tak seorang pun tahu kesulitanku. Tak seorang pun memahami kesusahanku” Sungguh benarlah lagu itu.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...