“Apa
artinya hebat?” tanya seorang temanku yang cukup terkenal piawai
dalam membantu kepanitiaan acara-acara besar. “Apa artinya
berhasil?” tanyanya. “Jika kita tahu bahwa sesungguhnya kita bisa
berbuat lebih dan lebih lagi jika saja kita tidak terbentur pada
masalah dana, pada sumber daya manusia dan sikap pimpinan yang hanya
mementingkan tampil diri tanpa mau peduli dengan kondisi yang nyata.
Apa artinya menjadi terkenal bila kita tahu bahwa ada banyak
kelemahan yang kita miliki?”. Wajahnya muram. Dan nampak demikian
tak berdaya dan putus asa.
Aku
terhenyak. Dan memahami betapa sikapnya itu mengandung kebenaran.
Pemikiran yang sering sama kualami juga. Dalam rapat-rapat
perencanaan, betapa banyaknya keputusan yang dibuat oleh para
pimpinan demi membuat sebuah acara yang memukau. Tetapi nyatanya, di
lapangan, saat pelaksanaan, dimanakah mereka semua? Hanya beberapa
orang yang mau dan rela untuk bertarung agar rencana-rencana itu
dapat berjalan dengan baik. Dengan mengorbankan waktu, dana dan
tenaga hingga tuntas. Tetapi saat acara puncak berlangsung, mereka
yang bekerja secara tak terputus surut ke belakang karena yang tampil
kemudian adalah para pimpinan yang dengan membanggakan diri
mengatakan bahwa itu semua adalah hasil karya mereka. Tanpa rasa
bersalah. Tanpa rasa sesal. Tetapi bukankah itu sudah jamak? Mereka
adalah pimpinan dan yang lain hanya pekerja?
Maka
barangkali soalnya bukan pada kenyataan di lapangan apakah sesuai
hasil perencanaan, tetapi pada perbedaan antara ide dan kerja. Sebab
dalam pengalaman, memang ada yang mampu memikirkan rencana yang bagus
tetapi belum tentu dapat menjalankannya sendiri, dan ada pula yang
piawai bekerja untuk menghasilkan sebuah karya yang bagus tetapi
mungkin tidak mampu memikirkan dan merencanakan karya itu sendiri.
Setiap orang pada akhirnya memiliki prestasi yang sesuai dengan
talenta mereka masing-masing. Dan jelas kita tidak dapat menyalahkan
mereka. Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kemampuan yang
memang berbeda maka tugas kita hanyalah melaksanakan apa yang kita
mampu. Bukan saling menyalahkan. Bukan pula saling melempar
tanggung-jawab.
“Apa
artinya hebat? Apa artinya prestasi?” Tidak, menurutku semuanya
tidak ada artinya selain dari hanya menjalankan apa yang dapat kita
lakukan. Kita masing-masing. Sehingga secara bersama semuanya dapat
berjalan dengan baik dan berhasil. Maka prestasi sesungguhnya tidak
tergantung pada orang per orang melainkan hasil dari kerjasama yang
baik sesuai dengan apa yang dapat dilakukan masing-masing kita yang
terlibat. Sesuai dengan kemampuan diri. Sebab, bukankah walau tidak
bisa memegang seperti tangan, tetapi kaki dapat berjalan yang tidak
bisa dilakukan oleh tangan? Dan walau tak bisa mendengar, mata dapat
melihat hal yang tak dapat dilakukan oleh telinga? Dengan demikian,
seluruh tubuh bermanfaat sesuai dengan fungsinya masing-masing? Maka
perlukah kita merasa kecewa atau sakit hati karena
perbedaan-perbedaan itu?
Demikianlah,
walaupun kadang kita merasa terganggu oleh sikap dan perbuatan dari
mereka yang kita anggap mencuri prestasi kita, mungkin itu terjadi
karena kita menganggap bahwa sebuah prestasi adalah milik kita
sendiri. Milik orang per orang, bukannya hasil sebuah tim, sebuah
kepanitiaan secara menyeluruh. Maka bila kita dapat memahami bahwa
walau seakan-akan hanya orang-orang tertentu saja yang menikmati
hasil karya keseluruhan, sebuah prestasi sesungguhnya adalah hasil
karya semua yang terlibat maka kita pun dapat menerima bahwa mereka
yang tampil di acara-acara hasil karya kita sesungguhnya mewakili
kita semua. Bukan mewakili dirinya saja. Sebab memang harus ada yang
tampil ke depan. Harus ada yang dapat menampakkan kebanggan tim. Jika
tidak, apa gunanya prestasi itu?
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar