“Aku bukan aku yang nyata”
(Country Strong)
I wonder if I could be your miracle
I wonder if I could spare you pain
( Miracle – Whitney
Houston)
Aku yang kalian lihat bukanlah aku yang
sebenarnya. Aku yang kalian lihat hanyalah aku yang telah dipoles
dengan citra yang kalian kehendaki. Aku yang selalu ingin tampil
dengan indah, anggun, tanpa masalah dan jika mungkin dapat memberikan
kenyamanan dan kegembiraan bagi kalian. Tetapi siapa yang tahu apa
yang tersembunyi di balik wajah yang menebarkan senyum ini? Siapa
yang paham apa yang ada di balik rupa yang seakan-akan tanpa masalah,
wajah yang rupawan, cantik atau tampan, yang setiap saat menebarkan
kebahagiaan bagi kalian? Hanya kesadaran akan diri sendiri yang dapat
memahami apa yang ada di balik topeng yang aku pakai saat-saat
menghadapi kalian. Bahwa tak seorang pun hidup hanya dalam
kesenangan, keindahan dan kebahagiaan. Selalu ada sisi gelap di balik
wajah yang aku tampilkan bagi orang lain. Selalu ada rahasia yang
tersembunyi dalam jiwa kita semua. Dan bagaimanapun, itulah hidup
yang sesungguhnya. Itulah hidup yang nyata.
Sebab itu, janganlah bersedih ketika
melihat mereka yang nampak seakan-akan hidup tanpa beban. Janganlah
merasa iri menyaksikan betapa mereka yang setiap saat kita temui
kelihatan seakan-akan hidup berkelimpahan, penuh tawa ria dan selalu
menebarkan senyum kepada siapa saja yang mereka temui. Kita tak tahu
dan tak mungkin tahu apa yang ada di balik wajah-wajah itu. Tetapi
jelas bahwa sebagian besar dari kita, atau bahkan mungkin kita semua,
hidup dengan topeng yang menyembunyikan kepahitan, kesedihan dan
ketidak-berdayaan kita. Kita mungkin mengalami sesuatu yang amat
memilukan hati kita, tetapi tidakkah kita semua ingin
menyembunyikannya dari orang lain? Bahkan dari mereka yang paling
dekat dan paling akrab dengan kita sekali pun? Bukankah itu adalah
kebenaran yang, jika kita mau jujur terhadap diri sendiri, adalah
sesuatu yang setiap saat kita jalani?
Sebab, jika kita mengalami sesuatu yang
menyedihkan, sesuatu yang sangat mengusik perasaan kita, kita tak
ingin orang lain ikut terbebani. Atau kita tak mau peristiwa atau
situasi tersebut mengganggu citra kita dalam pandangan orang lain.
Dengan demikian, kita memoles wajah kita setiap hari. Setiap saat.
Dan jika kita menjalani hidup yang demikian, mengapa kita berpikir
bahwa orang lain tidak menjalani hidup yang sama? Setiap manusia
punya masalahnya sendiri. Setiap manusia punya kegelapannya sendiri.
Sesuatu yang ditabirinya dengan topeng agar tak seorang pun
mengetahui hingga ikut larut dalam kesulitan kita. Maka inilah kita,
hidup dengan wajah-wajah yang dipoles, dengan memakai topeng
kebahagiaan, dengan mencoba menyembunyikan segala keresahan dan
kesepian kita. Ada apa dibalik tawa seseorang? Ada apa di balik
senyum lebar seseorang? Ada apa di balik wajah kita yang seakan tanpa
beban hidup sama sekali? Siapa tahu?
Memang, seringkali kenyataan hidup itu
sangat pahit. Memang, seringkali pilihan kita salah. Memang,
seringkali kita tak mampu untuk memahami dan mengubah kehidupan kita
sendiri. Tetapi percayalah, kalian tidak sendiri. Aku tidak. Kau
tidak. Mereka tidak. Kita semua sering harus dan terpaksa harus
memoles wajah-wajah kita agar nampak indah. Menebar senyum dan tawa
kemana-mana agar dapat menyenangkan orang lain. Agar dapat
membahagiakan orang lain. Sementara kita sendiri remuk. Remuk. Tanpa
keajaiban yang selalu kuharapkan. Tanpa keajaiban sama sekali.
Tetapi setiap
kehidupan, baik yang ada maupun yang pernah ada, merupakan sebuah
pelajaran bagi stiap orang. Maka aku ingin kalian belajar dariku. Aku
ingin kalian memahami setiap masalah yang sedang kalian hadapi. Bahwa
apa yang nampak selalu bukan kenyataan yang sesungguhnya. Bahwa pasti
ada rahasia tersembunyi di balik apa yang nampak indah, bahagia dan
seakan-akan tanpa beban. Kita selalu memiliki wajah-wajah yang
dipoles. Kita selalu memakai topeng untuk menjaga perasaan orang
lain. Kita selalu tak ingin orang lain terbebani dengan kesengsaraan
kita. Tetapi sebab itu, kita belajar menghadapinya. Dengan penuh
ketabahan. Dengan penuh semangat. Dengan berjuang menghadapinya.
Belajarlah dari pengalaman. Maka engkau akan memahami hidupmu
sendiri. Tak sesuatu yang indah bermakna indah. Memang demikian
adanya. Memang demikianlah kebenarannya hidup. Memang demikianlah.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar