24 Maret 2013

HASIL


Kita harus belajar berpisah dengan kebahagiaan untuk bisa mencapai yang lebih tinggi dan lebih jauh. Kita harus berani mempertaruhkan kebahagiaan kita, supaya bisa mendapatkan kebahagiaan yang lebih tinggi dan lebih besar. ” (Renungan dan PerjuanganSutan Sjahrir)

Tak seorang pun yang dapat meraih kebahagiaan tanpa sebelumnya melalui pengurbanan. Tak seorang pun yang dapat menghasilkan buah keberhasilan tanpa melewati penderitaan dan upaya menyangkal dirinya sendiri. Tak ada keberhasilan yang serba cepat dan mendadak ada begitu saja. Mereka yang mengharapkan hasil tanpa susah payah dengan menghalalkan segala cara hanya akan membuahkan kegagalan dalam menjalani hidupnya sendiri. Paling tidak, usikan dalam kalbunya. Tetapi entah mengapa, saat ini, semuanya ingin dijalani dengan serba cepat dan serba mudah. Mungkin akibat terlalu banyaknya godaan dari dunia yang lebih memanjakan materi daripada ketentraman hati. Dunia yang lebih mengutamakan penampakan diri daripada kedamaian hati. Tetapi patutkah itu kita jalani?

Demikianlah aku berpikir saat membaca renungan indah dari Sutan Syahrir (5 Maret 1909 – 9 April 1966) yang dibukukan. Jaman telah berubah tetapi pemikiran seseorang akan abadi selama kita mampu untuk meresapkannya dalam hati. Dan ketika aku merenungkan situasi dan kondisi saat ini, sungguh pemikiran itu tetap relevan untuk kita sadari. Di saat korupsi merajalela, di saat seakan semua ingin mengambil jalan pintas untuk berbahagia tanpa mau berusaha tahap demi tahap meraihnya. Padahal, kebahagiaan yang lebih mulia harus diraih dengan mengurbankan kebahagian kecil diri kita saat ini. Dan hidup memang tidak semudah memencet remote control dan semuanya terjadi menurut keinginan kita. Tidak, tidak semudah itu.

Kebahagiaan adalah sebuah proses panjang. Sungguh butuh proses panjang, terkadang bahkan tak berujung. Sebab kita semua harus menyadari bahwa kita ada sekarang dan saat ini tidak mendadak begitu saja. Dari saat kelahiran kita, menjadi bayi yang mungil, masa kanak-kanak, masa remaja dan dewasa yang mampu menikmati segala kesenangan dunia, tidaklah serentak terjadi begitu saja. Panjang waktu yang telah kita lalui seharusnya menyadarkan kita betapa tak mudahnya hari-hari yang telah kita lalui. Tetapi bukankah, walau tidak mudah, setiap tahap mengandung kegembiraannya sendiri? Dan walau setiap proses seakan berjalan lamban tetapi toh pasti. Dan kelak, sebagaimana kelahiran, hidup ini pun pasti akan berakhir di ujung yang sama. Yang akan dialami setiap kehidupan? Jadi mengapa kita harus mempercepat proses itu seakan semuanya serba ada dan serba langsung? Mengapa?

Percayalah, hidup tidak ringkas. Pun tidak dapat diringkaskan. Maka siapa pun yang ingin mencapai keberhasilan dan kebahagiaan dengan serba cepat, langsung dan sekejap pada akhirnya akan menuai kegagalan. Paling tidak, kegagalan dalam menemukan ketentraman dan kedamaian dalam jiwanya sendiri. Mereka yang mengharapkan kebahagiaan dalam waktu secepat-cepatnya sesungguhnya telah gagal membangun hidupnya sendiri. Telah gagal berguna bagi sesama dan dunia ini. Sebab ada kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada hanya kebahagiaan sesaat sekarang ini. Maka tidak bisa tidak, memang, kita harus belajar meninggalkan kebahagiaan sesaat dan mempertaruhkan semua kebahagiaan kita sekarang demi menuai hasil yang jauh lebih bermakna bagi sesama. Bagi dunia. Bukan hanya demi kepentingan kita saja. Dan di ujungnya, percayalah, kita sendiri secara pribadi yang kelak akan menerima hasilnya dalam kebahagiaan Ilahi. Bersama Sang Pencipta. Tidak bisakah kita berlaku demikian?

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...