Suatu
siang, saat aku sedang berkendara, sebuah mobil melintas. Mobil yang
di tubuhnya terpampang nama sebuah perusahaan ternama, yang baru pagi
hari saya baca di koran lokal mengadakan aksi “Peduli Lingkungan”.
Tiba-tiba dari dalam mobil tersebut terlempar keluar hamburan kulit
rambutan dan tisu bekas. Aku terpaksa melambatkan kendaraanku agar
hamburan sampah itu tidak menerpa diriku. Beberapa kendaraan lain
kulihat melakukan hal yang sama. Aku memandang mobil itu, yang
nampaknya tidak peduli, terus melaju dengan cepat sambil tetap
menghamburkan sampahnya. Perasaanku gemas tetapi tak mampu berbuat
apa-apa.
Aku pun
mengingat kembali kalimat-kalimat berbunga yang tadi pagi kubaca,
dari seorang wakil perusahaan itu tentang manfaat kebersihan, tentang
etika untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Betapa mudahnya
kalimat-kalimat itu meluncur keluar dan di saat yang lain, ternyata
hanya menjadi sampah bagi para pengendara dan penumpang mobil milik
perusahaan yang sama. Tetapi inilah potret buram dari kondisi kita
saat ini. Kata-kata indah hanya tertinggal di mulut, lain yang
diucapkan lain yang dilakukan. Apa yang kita sering ucapkan
seringkali hanya pemanis agar kita dihargai dan dipuji oleh mereka
yang tidak melihat sendiri perbuatan kita yang sesungguhnya.
Kita
senang hidup dengan pencitraan belaka. Dalam banyak hal, etika yang
kita katakan semakin kehilangan arti bila dikaitkan dengan apa yang
kita lakukan setiap saat. Dan itu tidak hanya terkait dengan mereka
yang kita anggap tidak berpendidikan cukup. Mereka yang bahkan
memiliki banyak gelar di belakang namanya, mereka yang telah banyak
belajar dan banyak tahu, ternyata, jika kita kenal kata dan
perbuatannya, sebenarnya adalah mereka yang ternyata tidak mampu
untuk berpikir sendiri. Pengetahuan hanya untuk dihapalkan dan
hapalan itulah yang menjadi pernyataan namun tidak diamalkan dalam
laku sehari-hari.
Demikianlah,
kita hidup dalam dan bersama jebakan kesendirian dan kesepian, bukan
hanya karena kita memang seorang diri tetapi lebih kerap karena kita
hidup untuk diri sendiri saja dan tidak mau terlibat serta enggan
untuk bertanggung-jawab secara sosial kepada masyarakat. Kita
menganggap bahwa cukuplah pengetahuan itu sebagai bahan hapalan,
sebagai pemanis kalimat saat diwawancarai tanpa memahami dan
mendalami pengetahuan itu. Gelar didapat hanya dari hapalan semata,
bukan pemahaman. Ilmu untuk diketahui bukan untuk dipikirkan dan
dikembangkan. Betapa sia-sianya. Betapa tidak bermanfaatnya.
Aku
memandang mobil perusahaan yang meluncur cepat itu sambil
menggerundel dalam hati. Dan merenungkan betapa etika yang tadi pagi
kubaca di koran lokal itu tertinggal hanya pada kalimat yang indah
tetapi tidak bermakna apa-apa dalam tingkah laku sehari-hari. Aku
tidak tahu siapa pengendara maupun penumpang mobil itu, dan mungkin
saja bukan orang yang sama yang berbicara, yang kata-katanya kubaca,
tetapi jelas bahwa ada jurang lebar antara apa yang dicitrakan dengan
apa yang dilakukan atas nama yang sama. Menyedihkan sekaligus ironis.
Dan inilah potret kita. Inilah citra kita di hari-hari yang kian
kehilangan etika walau tetap menjadi pemanis citra bagi yang tidak
melihat secara langsung beda antara kata dan laku.
Mobil
itu kemudian lenyap dari penglihatanku. Meninggalkan siang yang
terik. Meninggalkan sampah yang berhamburan di atas aspal di tengah
jalan yang terkelupas di sana-sini. Meninggalkan etika hanya sebagai
teks indah di halaman satu koran lokal. Tanpa makna apa-apa. Tetapi
jelas bahwa aku kehilangan kepercayaan pada kata-kata yang indah itu.
Bahwa yang tertulis tinggal tertulis, tidak untuk dipahami. Tidak
untuk ditanamkan dalam hati dan pikiran serta kemudian dilaksanakan
dalam hidup kita sehari-hari. Setiap saat. Menyedihkan. Betapa kita
telah demikian banyak belajar, demikian banyak mengetahui pengetahuan
namun kita ternyata gagal untuk berpikir sendiri. Dan di ujungnya,
kita tertinggal dalam sepi, bukan karena kita sendirian, namun karena
kita lebih senang hidup tanpa tanggung jawab sosial dalam masyarakat.
Sungguhkah kita demikian adanya?
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar