Suatu ketika, ada seekor anjing jantan
yang hadir di kompleks kami. Entah dari mana asalnya. Entah apa
namanya. Tetapi kami semua nampaknya sepakat untuk menamakannya
Doggie. Warnanya hitam sedikit berbelang putih. Dan hanya dalam tempo
beberapa waktu, beberapa dari antara kami yang tinggal di kompleks
kami pun menyayanginya. Setiap hari, beberapa rumah menyiapkan tempat
makanan di depan pintu mereka untuk anjing itu. Dan dalam beberapa
kejadian, saat larut malam, Si Doggie itu menggonggong saat ada tamu
yang tak diundang datang berkunjung. Memang, setiap malam Si Doggie
senang berkeliling kompleks kami dan jika pagi tiba, dia tidur dengan
tubuh menggulung di samping sebuah rumah di sudut paling ujung
kompleks ini. Dan jika siang tiba, dia mulai berkeliling lagi sambil
melihat-lihat siapa yang hari itu menyediakan makanan baginya.
Anjing itu nampaknya bekas peliharaan
seseorang. Dia tidak galak kepada kami, bahkan kepada anak-anak pun
dia sering bermain dan menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki-kaki
mereka. Banyak di antara kami, para penghuni kompleks ini, menyayangi
Si Doggie itu. Dengan setiap hari menyediakan makanan baginya. Dengan
membiarkan dia berkeliaran bahkan masuk ke dalam rumah. Setiap orang
mulai terbiasa dengan kehadirannya. Bahkan mungkin, ada orang-orang
yang menunggu kehadirannya di rumah mereka. Tentu, termasuk saya
juga. Begitulah, selama beberapa bulan Si Doggie menemani keseharian
kami bahkan terkadang ada yang berpikir, Si Doggie ikut menjaga
keamanan kami yang tinggal di kompleks itu. Jika ada orang-orang
asing yang datang, apalagi di tengah larut malam, dia selalu
menggonggong seakan mengabarkan kepada kami bahwa ada tamu asing yang
sedang berkunjung.
Pada beberapa kesempatan, ketika kami
sedang mengobrol bersama, ada yang berkata bahwa dia berpikir untuk
menyediakan tempat tinggal khusus bagi SI Doggie. Tetapi ide itu tak
pernah terlaksana. Hingga suatu hari Si Doggie mendadak lenyap. Sama
seperti kehadirannya yang tiba-tiba, kepergiannya juga tak pernah
diketahui. Ada yang berpikir bahwa mungkin Si Doggie ini ditangkap
oleh para penculik anjing untuk dikemplang dan disantap. Ada pula
yang berkata bahwa mungkin Si Doggie telah menemukan pasangannya dan
mengikuti anjing betina itu. Apa pun juga, Si Doggie telah lenyap dan
hingga hari ini tak pernah muncul kembali.
Dengan kehadirannya yang entah dari
mana, dan kepergiannya yang demikian tiba-tiba, kami semua mendadak
merasa kehilangan anjing jantan yang lucu dan ramah itu. Ada yang
sangat menyesal karena tidak menjaganya dan membiarkannya berkeliaran
begitu saja sehingga dengan mudah diculik oleh para pelaku yang tak
bertanggung-jawab. Tetapi barangkali memang, kita sering gagal dalam
menghargai dan menjaga apa yang kita punyai sampai saat dia lepas
dari tangan kita. Kita hanya senang menikmati tetapi enggan untuk
menjaga dan merawat milik kita itu. Namun, saya pikir, milik kita itu
juga tentu memiliki kebebasan untuk dirinya, dia akan menjalani
kebebasan itu sebagaimana kita menikmati kebebasan kita. Jadi jika
dia menemukan sesuatu yang lebih menyenangkan dalam hidupnya,
bukankah dia pun punya hak untuk mengikuti kebahagiaannya? Mana dari
dua hal itu yang benar, tentu tergantung pada peristiwa apa yang
dialami oleh Si Doggie itu sendiri. Dan pada akhirnya, kita tak akan
pernah tahu kenyataan yang sebenarnya. Kita hanya mampu menduga-duga.
Kita hanya bisa menebak kemungkinan yang telah terjadi. Tentu, karena
kita bukanlah Si Doggie itu sendiri. Dialah yang menjalani hidupnya.
Demikianlah, peristiwa itu
menggambarkan betapa seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan
yang tidak mudah. Atau kita dihadapkan kepada situasi yang tidak
memungkinkan kita untuk memilih. Kecuali menjalani hidup ini apa
adanya. Barangkali kita sesali ketidak-pedulian kita dalam memelihara
Si Doggie, tetapi bagaimana dengan kebebasannya? Atau kita bersyukur
karena kemungkinan yang terbaik baginya, tetapi bagaimana jika
situasi sesungguhnya terbalik bagi Si Doggie? Kita tidak tahu
kebenarannya. Dan mungkin kita tidak pernah akan tahu. Begitulah
hidup ini. Jalani saja apa yang ada. Hadapi saja apa yang terjadi.
Selanjutnya terserah pada jalannya waktu. Dan tentu saja, kita tetap
bisa bersyukur. Bahwa dia pernah ada dalam hidup kita. Dia pernah
hadir dalam pengalaman kita. Dan itu sudah cukup. Sudah cukup.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar