04 Maret 2013

SI DOGGIE


Suatu ketika, ada seekor anjing jantan yang hadir di kompleks kami. Entah dari mana asalnya. Entah apa namanya. Tetapi kami semua nampaknya sepakat untuk menamakannya Doggie. Warnanya hitam sedikit berbelang putih. Dan hanya dalam tempo beberapa waktu, beberapa dari antara kami yang tinggal di kompleks kami pun menyayanginya. Setiap hari, beberapa rumah menyiapkan tempat makanan di depan pintu mereka untuk anjing itu. Dan dalam beberapa kejadian, saat larut malam, Si Doggie itu menggonggong saat ada tamu yang tak diundang datang berkunjung. Memang, setiap malam Si Doggie senang berkeliling kompleks kami dan jika pagi tiba, dia tidur dengan tubuh menggulung di samping sebuah rumah di sudut paling ujung kompleks ini. Dan jika siang tiba, dia mulai berkeliling lagi sambil melihat-lihat siapa yang hari itu menyediakan makanan baginya.

Anjing itu nampaknya bekas peliharaan seseorang. Dia tidak galak kepada kami, bahkan kepada anak-anak pun dia sering bermain dan menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki-kaki mereka. Banyak di antara kami, para penghuni kompleks ini, menyayangi Si Doggie itu. Dengan setiap hari menyediakan makanan baginya. Dengan membiarkan dia berkeliaran bahkan masuk ke dalam rumah. Setiap orang mulai terbiasa dengan kehadirannya. Bahkan mungkin, ada orang-orang yang menunggu kehadirannya di rumah mereka. Tentu, termasuk saya juga. Begitulah, selama beberapa bulan Si Doggie menemani keseharian kami bahkan terkadang ada yang berpikir, Si Doggie ikut menjaga keamanan kami yang tinggal di kompleks itu. Jika ada orang-orang asing yang datang, apalagi di tengah larut malam, dia selalu menggonggong seakan mengabarkan kepada kami bahwa ada tamu asing yang sedang berkunjung.

Pada beberapa kesempatan, ketika kami sedang mengobrol bersama, ada yang berkata bahwa dia berpikir untuk menyediakan tempat tinggal khusus bagi SI Doggie. Tetapi ide itu tak pernah terlaksana. Hingga suatu hari Si Doggie mendadak lenyap. Sama seperti kehadirannya yang tiba-tiba, kepergiannya juga tak pernah diketahui. Ada yang berpikir bahwa mungkin Si Doggie ini ditangkap oleh para penculik anjing untuk dikemplang dan disantap. Ada pula yang berkata bahwa mungkin Si Doggie telah menemukan pasangannya dan mengikuti anjing betina itu. Apa pun juga, Si Doggie telah lenyap dan hingga hari ini tak pernah muncul kembali.

Dengan kehadirannya yang entah dari mana, dan kepergiannya yang demikian tiba-tiba, kami semua mendadak merasa kehilangan anjing jantan yang lucu dan ramah itu. Ada yang sangat menyesal karena tidak menjaganya dan membiarkannya berkeliaran begitu saja sehingga dengan mudah diculik oleh para pelaku yang tak bertanggung-jawab. Tetapi barangkali memang, kita sering gagal dalam menghargai dan menjaga apa yang kita punyai sampai saat dia lepas dari tangan kita. Kita hanya senang menikmati tetapi enggan untuk menjaga dan merawat milik kita itu. Namun, saya pikir, milik kita itu juga tentu memiliki kebebasan untuk dirinya, dia akan menjalani kebebasan itu sebagaimana kita menikmati kebebasan kita. Jadi jika dia menemukan sesuatu yang lebih menyenangkan dalam hidupnya, bukankah dia pun punya hak untuk mengikuti kebahagiaannya? Mana dari dua hal itu yang benar, tentu tergantung pada peristiwa apa yang dialami oleh Si Doggie itu sendiri. Dan pada akhirnya, kita tak akan pernah tahu kenyataan yang sebenarnya. Kita hanya mampu menduga-duga. Kita hanya bisa menebak kemungkinan yang telah terjadi. Tentu, karena kita bukanlah Si Doggie itu sendiri. Dialah yang menjalani hidupnya.

Demikianlah, peristiwa itu menggambarkan betapa seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak mudah. Atau kita dihadapkan kepada situasi yang tidak memungkinkan kita untuk memilih. Kecuali menjalani hidup ini apa adanya. Barangkali kita sesali ketidak-pedulian kita dalam memelihara Si Doggie, tetapi bagaimana dengan kebebasannya? Atau kita bersyukur karena kemungkinan yang terbaik baginya, tetapi bagaimana jika situasi sesungguhnya terbalik bagi Si Doggie? Kita tidak tahu kebenarannya. Dan mungkin kita tidak pernah akan tahu. Begitulah hidup ini. Jalani saja apa yang ada. Hadapi saja apa yang terjadi. Selanjutnya terserah pada jalannya waktu. Dan tentu saja, kita tetap bisa bersyukur. Bahwa dia pernah ada dalam hidup kita. Dia pernah hadir dalam pengalaman kita. Dan itu sudah cukup. Sudah cukup.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...