27 April 2013

BUNDA MARIA


Malam. Gerimis dan kegelapan meliputi sekeliling. Kami berjalan dengan pelan dan tenang. Sambil masing-masing memegang sebatang lilin putih yang menyala. Cahaya terasa samar dan redup dalam gelapnya udara di tempat yang jauh terpencil dari pusat keramaian. Prosesi doa rosario ini dilakukan dalam bulan Maria di stasi DKB I, sebuah stasi yang terletak kurang lebih 70 km dari kota Kendari. Jauh dari hiruk pikuk, di sudut pedalaman yang terpencil, sebuah stasi yang sederhana namun dalam kesederhanaanlah kita semua dapat menemukan kedamaian diri.

Hidup tidaklah sederhana. Memang. Tetapi dalam ketidak-sederhanaannya, kita selalu dapat berupaya untuk tidak membuatnya semakin rumit dengan segala ambisi, hasrat dan keinginan kita semata. Kepasrahan menerima apa saja yang dapat kita raih, kerelaan untuk menghadapi apa saja yang mungkin kita hadapi, kesederhanaan dalam kehidupan yang semakin pelik ini selayaknya dapat kita temukan pada Maria, Bunda Yesus. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” kata Maria kepada malaikat Gabriel yang diutus kepadanya untuk memberitakan rencana kelahiran Yesus (Luk1:38). Kesederhanaan ditengah kerumitan segala peristiwa yang terjadi saat Maria kemudian hamil dan menghadapi masyarakat sebelum bersuamikan Yusuf.

Maka dalam kegelapan malam, dengan diterangi lilin-lilin yang menyala di tangan, dan dingin yang memeluk tubuh, kami mencari dan menemukan sebuah harapan bahwa, tak ada yang mustahil selama kita semua tetap yakin dan percaya kepada iman kita. Masa lalu telah lewat. Masa depan masih menjadi suatu rahasia. Tetapi kini dan saat ini, kami semua tetap dapat menikmati kedamaian hati dan sesungguhnya itu sudah cukup dalam melewati kehidupan kita sehari-hari. Jangan takut, tetapi percayalah maka semuanya dapat terjadi sesuai dengan harapan kita selama harapan itu sejalan dengan kehendak-Nya.

Salam Maria penuh rahmat, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.”

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...