Sering kita
tidak menyadari betapa cepatnya waktu berjalan. Benih pohon yang kita
tanam mendadak sudah tumbuh menjadi pohon yang rimbun. Bayi yang
dulunya demikian kecil dan ringkih mendadak telah menjadi anak yang
lincah dan tak berhenti bergerak. Ya, sering kita tidak menyadari
betapa cepatnya waktu berjalan. Walau sesekali kita pernah merasakan
betapa lambatnya waktu saat kita menantikan sesuatu atau saat kita
sedang menunggu seseorang, itu hanya penggalan kecil dari perjalanan
kehidupan kita hingga saat ini. Dan tiba-tiba kita pun menua. Menua.
Kita dan
waktu. Dua sejoli yang berjalan beriring. Kita dan waktu. Menyatu
dalam kesadaran kita. Waktu ada karena kita ada. Tanpa kita, waktu
pun lenyap. Sebagaimana lenyapnya kesadaran kita. Maka siapa pun yang
ingin menguasai waktu haruslah menguasai kesadarannya sendiri. Dan
setiap orang memiliki waktunya sendiri. Setiap orang memiliki
kesadaran bahwa dia hidup dan hanya hidup dalam dan bersama waktunya
sendiri. Dan siapa saja yang berpikir bahwa dia kekurangan waktu
mesti menyadari bahwa dia pun kekurangan kesadaran dalam mengalami
dan menjalani hidupnya.
Kita
menjalani waktu sebagaimana kita menjalani perasaan dan pemikiran
kita. Bersama waktu kita ada. Bersama waktu kita nyata. Dan kelak,
saat kita kehilangan waktu, kita pun kehilangan semua yang kita
miliki. Dan saat itu, kita tahu bahwa, ada kemungkinan-kemungkinan
yang tak bisa kita bayangkan saat ini tentang apa yang akan kita
alami. Sebab, saat waktu lenyap, tinggal hanya harapan yang telah
kita pupuk dalam hidup bersamanya. Tetapi sebagaimana benih yang kita
tanamkan, kita baru akan menuai hasilnya saat waktu telah melewati
kita. Maka apakah kita akan tumbuh menjadi pohon yang rimbun atau
merangas dan tak berguna, semua tergantung pada apa yang telah kita
tanamkan saat kita masih bersama waktu. Selama kita masih memiliki
kesadaran akan keberadaan kita.
Rasakanlah
angin berhembus yang membelai kulitmu. Resapkanlah udara segar yang
memenuhi dadamu. Nikmatilah warna langit saat fajar menyingsing atau
di senja menjelang malam tiba. Kita semua hidup bersama waktu dengan
dunia yang indah dan mempesona di sekeliling kita. Kita semua dapat
menggapai semua keindahan dan menikmati semua perasaan yang membuai
batin kita. Dan jika mau, dalam diam, resapkanlah semua di dalam
hatimu sebagai kenangan indah selama kita masih memilki dan bersama
sang waktu. Kecemerlangan kehidupan hanya dapat kita raih selama kita
mau menyadari keberadaan kita bersamanya. Maka sungguh, bukan
keinginan, bukan segala ambisi atau nafsu yang membuat hidup ini
indah. Bukan itu. Segalanya dapat dan akan hilang pada akhirnya.
Tetapi kenangan pada dunia, keindahan pada alam, kesegaran pada
udara, keheningan dalam hidup. Itulah hal-hal yang sungguh indah jika
kita mau meresapkan dalam jiwa kita. Jika kita mau, karena kita semua
pasti bisa. Kita semua bisa.
Waktu dan
kita. Keberadaan kita. Kesadaran kita. Sungguh adalah nyala semangat
kehidupan yang utama. Dan bersamanya kita melihat semua keindahan
dunia dengan segala perbedaan yang demikian indah dan mempesona.
Dengan segala keragaman yang demikian unik satu sama lain sebagaimana
harmoni musik indah dalam orkestra hidup. Dengan beragam alat musik.
Dengan beragam suara dan nada. Dan waktu serta keberadaan kitalah
yang mampu membuat semua hal itu nyata. Yang mampu kita saksikan dan
rasakan. Dan dalam beragam insan yang kita temui dalam hidup inilah
kita dapat menyadari bahwa semua ada karena kita ada. Dan karena kita
ada dan telah ada, maka kita tak layak untuk ingin saling meniadakan
lagi. Kita butuh keramaian sama seperti kita butuh kesenyapan. Kita
ingin kegembiraan sama seperti saat kita sedang mengalami duka lara.
Hidup itu indah justru karena semua itu ada. Karena semua itu
berbeda. Karena kita ada. Karena masing-masing menjalani hidup dan
waktu masing-masing. Karena semua memiliki waktunya sendiri-sendiri
sehingga dapat menyatu dalam satu irama hidup kebersamaan yang saling
membutuhkan bahkan walau itu seakan-akan nampak bertentangan satu
sama lain. Sebab, suara gitar pasti berbeda dengan suara drum. Dan
suara piano tidaklah sama dengan suara flute. Tetapi bukankah semua
menyatu dalam orkestra yang membawakan lagu indah menakjubkan?
Sering kita
memang tak menyadari betapa cepatnya waktu berlalu. Dan kita pun
menua. Maka bersyukurlah mereka yang mampu menikmati semua keindahan
dunia ini tanpa keinginan dan ambisi untuk menguasai dan memilikinya.
Bersyukurlah mereka semua yang dapat memaklumi keberagaman dan
menerima perbedaan sebagai satu anugerah yang luar biasa sehingga
dapat menciptakan orkestra kehidupan sepanjang perjalanan waktu
masing-masing. Dan berbahagialah mereka yang dapat melewati waktunya
di kehidupan nyata ini bersama kesadaran bahwa dia ada karena kita
semua ada. Hidup memang berbeda tetapi tak perlu dipertentangkan.
Hidup memang berlainan tetapi karena itu menyatu dalam orkestra yang
sangat indah. Semua adalah berasal dari satu. Semuanya adalah karya
Sang Pencipta. Aku. Kau. Kita. Mereka. Alam semesta.
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar