07 April 2013

GELOMBANG


Wanita itu berdiri sambil memegang pagar kapal. Matanya menatap ke gelombang laut yang mengalun tenang. Sementara langit nampak cerah dan sedikit berawan. Kapal melaju dengan cepat dan di sekeliling hanya nampak laut membiru seakan tanpa ujung. Seakan tanpa akhir. Ada keheningan yang menenangkan hati. Angin berhembus dengan kencang menerpa wajah dan beberapa orang lainnya sedang berkumpul di atas dek sambil mengobrol entah apa. Sungguh, waktu di atas kapal sering terasa berjalan dengan lambat. Amat lambat.

Sebuah pelayaran kadang menjadi kesempatan untuk merenungi hidup yang telah kita lintasi. Dan merasakan betapa semua yang telah terjadi berlangsung bagai gelombang, naik turun, tetapi tetap melaju ke depan. Dan lihatlah pada wajah-wajah yang ada di sekeliling kita. Wajah yang asing tetapi juga akrab. Asing karena kita mungkin belum pernah mengenali mereka. Akrab karena di atas kapal ini, kita sadar bahwa kita menyatu nasib dalam melewati perjalanan yang sama. Seiring dan sejalan. Sementara gelombang membawa lamunan kita jauh dari tempat kita berada sekarang, secara fisik kita selalu bersama.

Wanita itu menatap lurus ke depan. Entah apa yang ditatapnya. Pada laut biru yang seakan tanpa bataskah? Pada langit biru yang seakan tanpa ujungkah? Ataukah dia sesungguhnya tidak menatap apa-apa karena lamunannya telah melayang jauh ke sudut-sudut bumi yang tak kita kenali? Entah. Sama seperti pikiran kita masing-masing terasing jauh satu sama lain walau secara fisik kita saling berdekatan, sesungguhnya selalu ada kabut tebal yang membentengi setiap insan. Kabut yang mungkin tak tembus pandang. Sebab kita hidup dalam kesadaran kita masing-masing. Sebab kita mempunyai pemikiran atas pengalaman yang berbeda. Tetapi di geladak kapal ini, menemukan bahwa ada yang terasa akrab. Ada yang terasa demikian menyentuh kalbu.

Betapa terbatasnya kita. Baik dalam waktu maupun dalam tempat. Betapa kecilnya area yang kita butuhkan untuk hidup dan berkembang. Tetapi dilain sisi, betapa luasnya angan dan pemikiran kita yang sanggup melayang jauh ke sudut-sudut yang bahkan tidak kita kenali sebelumnya tetapi ingin kita datangi. Kebahagiaan dalam lamunan adalah, tak ada batas yang membentengi kita. Dan kita hanya perlu merasakan dan melarutkan diri dalam gelombang yang bergerak. Terus bergerak seakan tanpa akhir. Begitu pula kita yang menyadari betapa keterbatasan waktu dan ruang samasekali tidaklah menghambat perjalanan imajinasi kita sendiri. Dalam pikiran, ruang dan waktu hanya sekedar sesuatu yang seakan tak terasakan. Cukup dialami.

Wanita itu. Diri ini. Kami. Kita. Semua memiliki sisi-sisi yang tak tertebak. Semua ada dalam satu kapal yang sama tetapi tidak dalam satu pikiran yang sama. Semua menikmati alun gelombang yang sama tetapi tidak akan sama dalam memahami makna gelombang itu. Kita ada dan kita bersama dengan pikiran masing-masing yang setiap saat mencari diri kita sendiri. Dekat tetapi jauh. Akrab tetapi juga asing. Dan gelombang terus membawa kapal ini melaju ke depan. Meninggalkan buih-buih putih di belakang kami semua. Dan jauh, jauh di depan, hamparan horison langit bersua dengan laut. Tak berbatas. Menyatu. Membaur.

Pada akhirnya kita semua memiliki satu tujuan. Dan menyadari bahwa pada akhirnya semua manusia akan menuju ke batas yang sama. Saat itu, entah kapan, kita masing-masing akan menyadari betapa kita ini hanya insan-insan yang sebelumnya mencari lalu akan menemukan suatu kebenaran sejati. Sebuah kebenaran sejati bahwa nasib kita pasti akan saling bertaut di pelabuhan yang sama. Saat kapal yang membawa kita sekarang telah membuang sauhnya. Saat sebuah daratan telah muncul dari balik cakrawala yang tadinya nampak seakan tak punya batas. Semuanya ternyata memiliki batas. Semuanya memiliki waktunya. Semuanya akan tiba di pelabuhan yang sama. Dan kulihat wanita itu mengibaskan rambutnya. Dia, entah mengapa, lalu tertawa sendiri. Kapal terus melaju. Waktu terus berjalan. Dan kita semua berdiam diri.....

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...