Hidup
sesungguhnya sebuah musik indah yang diciptakan oleh Tuhan kepada
alam semesta yang menakjubkan ini. Dan kita, masing-masing dengan
perbedaan yang unik, membuat satu harmoni yang selaras dengan
kehendak-Nya. Tanpa perbedaan itu, yang ada hanya suara monoton tanpa
makna dan hambar. Maka siapa pun yang ingin membuat satu keseragaman
haruslah ditolak walau pun menurut mereka, itulah kehendak Tuhan.
Sebab jika memang itu adalah kehendak Tuhan, mengapakah Dia harus
menciptakan beragam pemikiran, beragam perasaan, beragam suku,
bangsa, agama, kepercayaan, ras dan mahluk? Padahal kita percaya akan
ke-Maha-Kuasa-an Tuhan? Jadi jangan takut tetapi percayalah bahwa
jika kita merasa bahwa ada perbedaan antara kita dengan yang lain,
itu bukan suatu kutukan. Tetapi anugerah. Syukurilah itu.
Maka tak seorang pun dapat memastikan
apalagi memaksakan kebenarannya sendiri. Tak seorang pun berhak dan
sebab itu merasa wajib menuntut mereka yang berbeda untuk mengikuti
kebenaran yang menurutnya sungguh benar. Menuntut keseragaman seakan
menciptakan sebuah musik kehidupan baru yang monoton dan sama sekali
tak sejalan dengan keberadaan semua mahluk di dunia ini. Sebab
bukankah, tanpa aneka nada, tanpa aneka suara, tanpa aneka alat,
sebuah musik yang indah takkan tercipta? Dan apa yang indah hanya
dapat terjadi dari aneka perbedaan dan ketidak-samaan di antara kita.
Dan sesungguhnya, bukan keseragaman yang harus kita perjuangkan
melainkan hak masing-masing mahluk untuk berbeda. Untuk itulah kita
ada di dunia ini. Untuk itulah kita diciptakan.
Ketidak-adilan terjadi bukan karena
perbedaan. Ketidak-adilan terjadi karena mereka yang memaksakan
kehendak dan kesenangannya sendiri. Mereka yang merasa lebih pantas
atau lebih layak dibandingkan dengan sesama yang lain. Ya,
ketidak-adilan terjadi ketika manusia kehilangan tanggung-jawab
kepada sesama dan hanya mau hidup dalam lingkup dirinya. Hanya mau
hidup dalam lingkup kepercayaannya. Ketidak-adilan terjadi karena
manusia tidak mau peduli lagi dengan perbedaan, bukan karena
perbedaan itu sendiri. Mereka yang hanya memperjuangkan kekayaan,
kekuatan dan kekuasaan bukan demi untuk sesama tetapi dan terutama
untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Dibutuhkan kesadaran baru
dalam melihat sesama kita. Bukan sebagai beban meliankan sebagai
rahmat. Sebagai anugerah untuk lebih mencintai perbedaan demi
terciptanya musik kehidupan yang indah. Dan jika itu kita sadari,
kita akan menciptakan sebuah musik kehidupan yang menakjubkan.
Sungguh menakjubkan.
Demikianlah hidup kita singkat dalam
kurun sejarah yang hanya Tuhan mengetahui ujungnya. Jangan sia-siakan
hidup yang singkat ini dengan saling membenturkan diri karena soal
keyakinan, karena soal pemikiran dan kesenangan kita saja. Kita tak
sendirian di dunia ini. Kita atau kelompok atau suku atau ras atau
bangsa atau bahkan kepercayaan kita bukanlah pemilik kehidupan. Maka
sungguh sia untuk memperjuangkan keyakinan demikian di antara
keberagaman yang telah diciptakan Tuhan sendiri. Marilah merenungkan
indahnya perbedaan itu. Terang akan kita sadari keberadaannya karena
adanya gelap. Dan toh, tak seorang pun mampu mengusir dan meniadakan
kegelapan malam selain berharap bahwa pagi akan segera tiba kembali.
Karena baik terang maupun gelap adalah ciptaan Tuhan semata. Jadi
jika demikian adanya, mengapa kita enggan menerima perbedaan diantara
kita sendiri? Mengapa kita merasa wajib menyamakan kebenaran kita
kepada sesama yang berbeda keyakinan? Mengapa?
Bukankah justru kita semestinya
bersyukur karena adanya perbedaan itu? Sifat-sifat baik akan muncul
karena adanya sifat-sifat yang buruk. Perbuatan yang cemerlang akan
hadir karena adanya perbuatan yang tercela. Dan bukannya dengan
semangat untuk mengenyahkan yang buruk kita hidup tetapi dengan makin
memperteguh semangat kebaikan itu. Dengan demikian, hidup kita kan
menjadi bermakna kepada Sang Pencipta. Musik kehidupan kita akan
beralun dengan indah karena nada-nadanya saling melengkapi dalam
perbedaan masing-masing. Dengan saling menerima ketidak-samaan itu,
kita mempertegas kebesaran Tuhan. Bahwa karena kehendak-Nya kita
berbeda karena itu perbedaan harus kita syukuri. Sebab itulah
anugerah-Nya yang terbesar kepada kita. Anugerah yang terbesar bagi
kita. Semua.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar