07 Januari 2013

HUJAN


Kala matahari terbenam, pendatang itu memukul gong perunggu besar untuk mengabari saat sembahyang malam telah tiba. Sekawanan anjing di kuil itu menggonggong, sebagaimana kebiasaan anjing-anjing menggonggong saat gong dibunyikan” (Monsoon CountryPira Sudham)

“Aku percaya kepada Tuhan tetapi tidak kepada agama” katanya tegas. “Tuhan itu penting tetapi agama tidak. Maka aku beriman kepada Tuhan Sang Pencipta kehidupan. Bukan Tuhan milik kelompok atau agama tertentu. Siapakah kita yang dapat mengatakan bahwa ‘Tuhan itu hanya milik kami bukaan milik mereka?’. Jika demikian hal-nya, Tuhan itu bukanlah Tuhan yang kuimani. Bukan!” Suaranya bergetar saat berkata demikian. Sementara itu, diluar, hujan menderas dan suaranya tenggelam dalam deru angin yang berhembus kencang.

Wajahnya yang tua masih menyisakan raut ketampanan masa mudanya. Matanya berbinar-binar. Tangannya yang mulai berkeriput memegang erat tangkai kursi rotan yang sedang didudukinya. “Entah mengapa, di negeri ini atau bahkan di dunia ini, sangat teramat sulit dan tidak dipercaya bahwa kita dapat mengimani Tuhan tanpa perlu meyakini sesuatu agama. Sesungguhnya mengaku beragama itu jauh, ya jauh lebih mudah daripada beriman kepada Tuhan. Sebab beragama seakan menjadi sebuah kebanggan yang nyata sedang beriman adalah sebuah perjalanan sunyi dalam hati seseorang. Dengan beragama kita dapat berbangga ria sambil bersama kelompok kita – kelompok yang mengaku beragama sama – sehingga terkadang dengan angkuh ingin memaksakan agama kita. Padahal apakah dengan beragama itu kita sungguh-sungguh beriman kepada Pencipta Kehidupan ini? Dan tidakkah jika kita sungguh percaya kepada Sang Pencipta, bahwa Dia-lah yang telah menjadikan sesluruh isi dunia, berarti bahwa mereka yang lain dari kita pun sesungguhnya adalah ciptaan yang sama. Sebab itu apa hak kita untuk memaksakan kehendak, sering bahkan tega untuk menghabisi mereka yang berbeda dari kita hanya karena kita tak ingin ada yang lain dari keyakinan kita? Apa hak kita untuk menjadi Tuhan sendiri? Berimankah itu? Sungguh, aku tidak percaya kepada mereka itu. Dan karena itu, aku tidak percaya kepada agama. Tidak.”

Angin berhembus kencang. Udara dingin menggigit tubuh. Hujan turun dengan deras. Alam seakan ingin meluapkan segala kerisauan-nya kepada bumi. Dan hatiku merasa sepi. Sepi menikam jauh ke dalam hati. Siapakah aku? Siapakah diri ini? Siapakah? Tanpa suara aku memandang ke genangan air yang memenuhi halaman rumah tua itu. Dan meresapkan segala suasana itu ke dalam jiwaku. Hujan kian deras......

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...