Hidup ini kejam.
Terkadang amat kejam. Dan kita harus menerimanya. Terpaksa harus
menerimanya. Sebab memang begitulah hidup. Ada banyak pilihan yang
salah. Ada banyak harapan yang tak terwujud. Dan setiap harapan kita
hanya tinggal dalam impian. Dan tiap kali kita menghadapi situasi
yang tidak diinginkan, dapat mematahkan semangat kita. Tidak setiap
orang dapat menikmati hidupnya dalam ketenangan dan kebahagiaan.
Tidak setiap orang mampu untuk mewujudkan segala yang diinginkannya
dengan sempurna. Bahkan mungkin tak seorang pun akan mampu untuk
membahagiakan dirinya sendiri dalam pikiran yang diangankannya. Hidup
ini kejam. Siapa bilang tidak?
Tetapi Tuhan adalah cinta. Dan kita
yang diciptakan sebagai gambaran citra-Nya harus menjalani apapun
yang kita hadapi. Sekarang dan saat ini. Sebab itu, Dia telah
memberikan teladan kepada kita semua. Bahwa hidup memang sering tidak
menyenangkan. Ketidak-adilan. Kemunafikan. Kepentingan diri.
Kesewenang-wenangan. Bukankah Dia sendiri bahkan telah mengurbankan
diri-Nya dengan menerima kenyataan bahwa, walau pun berada dalam
kebenaran, Dia harus disalibkan? Bahkan harus mati ditiang salib-Nya.
Sementara tak satu pun yang datang menyelamatkan diri-Nya.
Ditinggalkan dalam sepi. Sendirian menghadapi penderitaan-Nya. Rasa
sakit dan pahit menerima segala kekecewaan, kepahitan dan kehancuran
martabat-Nya. Didera. Ditelanjangi. Disodorkan air cuka. Ditikam.
Hingga ajal tiba. Hingga maut datang. Tuhan adalah cinta.
Dan sesungguhnyalah, walau hidup ini
sering terasa menyakitkan, sering seakan tanpa harapan, sering bahkan
sama sekali tak menyediakan pilihan untuk keluar dari penderitaan
itu, ternyata bahwa selalu akan ada kekuatan yang membuat kita harus
bertahan hingga akhir tanpa membiarkan kebencian terhadap diri
sendiri dan kepada orang lain. Sebab mereka tak tahu apa yang
dilakukannya. Sebab mereka tak sadar bahwa segala perbuatan yang
ditimpakan kepada kita adalah suatu ketidak-adilan dan
kesewenang-wenangan. Padahal sering mereka meng-atas nama-kan semua
perbuatan itu sebagai kehendak Tuhan. Tetapi Tuhan jauh, ya jauh
lebih memahami hidup kita sendiri. Kebenaran adalah milik-Nya.
Kebenaran adalah hak-Nya. Bukan milik kita. Bukan hak kita. Tuhan
adalah cinta.
Maka kita, siapa pun kita, yang sedang
dan akan menghadapi pahitnya kenyataan, mesti menjalani hidup ini
dengan suatu tekad agar tidak mudah untuk menyerah. Bahkan agar tidak
pernah menyerah. Kita harus memperjuangkan hidup ini dengan penuh
daya dan semangat. Derita hanya ada dalam hidup di dunia ini. Derita
hanya akan kita terima bersama kenyataan sekarang dan saat ini.
Tetapi watu tidak hanya sekarang. Dan kenyataan tidak hanya saat ini.
Langkah demi langkah kita akan menuju ke hari esok. Sesuai waktu yang
diberikan-Nya kepada kita. Dan karena kita tidak pernah mengetahui
ujung perjalanan kita di dunia ini, kita harus menghadapi dan
menerima segala kenyataan ini. Sambil tetap berharap pada perubahan.
Sambil tetap memperjuangkan perubahan. Sebab Tuhan adalah cinta. Dan
setelah penderitaan-Nya, Dia bangkit dengan penuh kemuliaan. Dan
kelak, kita pun akan bangkit bersama kemuliaan-Nya.
Hidup ini kejam. Seringkali teramat
kejam. Tetapi siapa bilang bahwa hidup yang kita jalani haruslah
lurus, lancar dan segala sesuatu dapat berjalan sesuai dengan apa
yang kita inginkan? Siapa bilang bahwa kita harus selalu menerima
kegembiraan tanpa secuil pun rasa kecewa, duka dan bahkan pahit
menusuk selama kita hidup? Tidak kita, bahkan tidak juga Kristus
sendiri. Jadi mari menerima dan menghadapi hidup ini dengan penuh
kekuatan, kesabaran dan kesadaran bahwa segala sesuatu akan berubah
menjadi indah pada waktunya kelak. Bahwa segala sesuatu pasti akan
berujung pada kebahagiaan. Jika tabah menjalani hidup ini. Jika kita
teguh menghadapi hidup ini. Jika kita tetap setia kepada-Nya. Tuhan
itu cinta.
Dan kita pun adalah cinta. Sebagai
gambaran citra-Nya di dunia ciptaan-Nya ini. Kita berikan cinta
kepada dunia sama seperti teladan yang telah diberikan Tuhan sendiri
kepada dunia ini. Setiap saat, sekarang dan esok, kita harus
membagikan cinta kita kepada siapa pun karena segala sesuatu
diciptakan oleh-Nya. Bahkan Dia telah mengurbankan diri-Nya sendiri
bagi ciptaan-Nya sendiri. Jangan takut. Percayalah bahwa jauh di
dalam lautan kekejaman hidup selalu tersembunyi harapan bahwa segala
sesuatu dapat dan akan berubah. Bahwa cinta-Nya takkan pernah
sia-sia. Takkan sia-sia. Dunia ini hanya sementara, tetapi Dia kekal.
Dan Tuhan adalah cinta itu sendiri.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar