Malam yang
dingin. Dan hening. Tak ada suara mengusik. Hanya kesepian memenuhi
jiwa. Dan pikiran yang mengembara jauh ke ujung tanpa batas. Sehari
setelah tahun baru, sehari setelah kota meluapkan kegembiraan maupun
kesedihannya, kini tenggelam dalam keletihan seusai pesta yang
meriah. Tersisa hanya kesenyapan. Apakah yang kita pikirkan kini?
Apakah yang kita rasakan saat ini? Resapkan segenap mimpi dan harapan
dalam jiwa yang mendamba. Dalam jiwa yang sadar betapa tak
terbatasnya hasrat menguasai hidup.
Setiap orang punya kesedihan dan
kesenangannya sendiri. Setiap orang punya kehidupan yang dijalaninya
sendiri. Dan kita tak perlu merasa risau karenanya. Sebab hidup ini
bagai jentera yang menggulung benang-benang waktu yang kita miliki.
Dan kita masing-masing punya kewajiban untuk menjaga agar benang itu
tidak kusut. Dan agar waktu yang kita jalani dapat kita sadari dengan
penuh. Maka kita harus memilinnya dengan tanggung-jawab. Dan tetap
fokus pada harapan yang kita dambakan.
Sebab apakah yang harus kita syukuri
selain bahwa kita tetap ada dan sadar pada keberadaan kita? Apakah
yang layak kita pahami selain daripada waktu yang masih kita punyai
dan bahwa hidup masih terus berlanjut? Dalam terang dan gelap, dalam
suka dan duka, dalam apapun yang sedang kita alami dan kita pikirkan,
kita masih dapat menghirup udara dengan bebas. Tidakkah itu sudah
cukup bagi kita untuk tetap bersyukur atas segala karunia yang telah
kita miliki sekarang dan saat ini? Banyak atau sedikit hanya nilai
yang sangat relatip bagi kita masing-masing. Jentera kehidupan ini
harus tetap dipilin dengan penuh tanggung-jawab agar benang-benang
waktu kita tidak kusut. Agar kita dapat tetap menikmati dunia ini.
Malam yang dingin. Dan hening. Kulihat
bintang-bintang gemerlap di langit. Bintik-bintik cahaya di lautan
kegelapan. Menakjubkan. Tidakkah itu menunjukkan kepada kita bahwa
selalu ada daya tahan dalam kegelapan apapun juga? Tidakkah itu
berarti bahwa justru dalam kegelapan yang paling kelam barulah akan
nampak kecemerlangan bintang-bintang itu? Sesungguhnya bukan
kegelapan yang patut kita sesali, tetapi betapa terkadang kita gagal
untuk menikmati indahnya kegelapan itu. Demikian pula, bukan
kegagalan dan kekecewaan yang membuat benang-benang hidup kita
menjadi kusut, tetapi karena kita sering tidak mampu untuk menyadari
bahwa setiap kegagalan mengandung keindahannya sendiri. Bahwa
kegagalan tidak pantas membuat kita kecewa berkepanjangan, tetapi
justru harus membuat kita belajar dan memperbaiki kekusutan itu
hingga jentera hidup kita tetap dapat berputar dan kembali rapi
sebagaimana mestinya.
Gelap tak selamanya menakutkan.
Kegagagan tak seharusnya membuat kita putus asa dan kehilangan
semangat. Sebab harapan selalu ada. Dan semangat selalu kiita miliki.
Jika mau dan sadar bahwa tak ada jalan yang lurus terus menerus. Tak
ada terang yang bercahaya sepanjang waktu. Siang dan malam silih
berganti. Hujan dan panas datang dan pergi. Demikian pula kesedihan
dan kekecewaan kita. Justru dari kegagalan itulah kita dapat belajar
apa yang salah. Justru dalam kegelapan hidup inilah kita mampu untuk
melihat titik-titik cahaya yang dalam cahaya benderang tak mampu kita
nikmati.
Demikianlah hidup ini. Kita belajar
menikmati keindahannya, baik dalam kebahagiaan maupun dalam
kesedihan. Jentera kehidupan kita harus tetap berputar hingga
benang-benang waktu yang kita miliki habis. Dan saat itulah, dengan
bahagia, kita dapat melihat betapa rapinya benang yang kita jalin
dalam lentera kehidupan ini. Walau ada saatnya, pilinan di tengahnya
tidak rapi atau malah sedikit kusut. Tetapi toh, kita menyelesaikan
pilinan itu dengan baik. Dengan indah. Dan rapi. Secara keseluruhan.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar