07 Januari 2013

JENTERA


Malam yang dingin. Dan hening. Tak ada suara mengusik. Hanya kesepian memenuhi jiwa. Dan pikiran yang mengembara jauh ke ujung tanpa batas. Sehari setelah tahun baru, sehari setelah kota meluapkan kegembiraan maupun kesedihannya, kini tenggelam dalam keletihan seusai pesta yang meriah. Tersisa hanya kesenyapan. Apakah yang kita pikirkan kini? Apakah yang kita rasakan saat ini? Resapkan segenap mimpi dan harapan dalam jiwa yang mendamba. Dalam jiwa yang sadar betapa tak terbatasnya hasrat menguasai hidup.

Setiap orang punya kesedihan dan kesenangannya sendiri. Setiap orang punya kehidupan yang dijalaninya sendiri. Dan kita tak perlu merasa risau karenanya. Sebab hidup ini bagai jentera yang menggulung benang-benang waktu yang kita miliki. Dan kita masing-masing punya kewajiban untuk menjaga agar benang itu tidak kusut. Dan agar waktu yang kita jalani dapat kita sadari dengan penuh. Maka kita harus memilinnya dengan tanggung-jawab. Dan tetap fokus pada harapan yang kita dambakan.

Sebab apakah yang harus kita syukuri selain bahwa kita tetap ada dan sadar pada keberadaan kita? Apakah yang layak kita pahami selain daripada waktu yang masih kita punyai dan bahwa hidup masih terus berlanjut? Dalam terang dan gelap, dalam suka dan duka, dalam apapun yang sedang kita alami dan kita pikirkan, kita masih dapat menghirup udara dengan bebas. Tidakkah itu sudah cukup bagi kita untuk tetap bersyukur atas segala karunia yang telah kita miliki sekarang dan saat ini? Banyak atau sedikit hanya nilai yang sangat relatip bagi kita masing-masing. Jentera kehidupan ini harus tetap dipilin dengan penuh tanggung-jawab agar benang-benang waktu kita tidak kusut. Agar kita dapat tetap menikmati dunia ini.

Malam yang dingin. Dan hening. Kulihat bintang-bintang gemerlap di langit. Bintik-bintik cahaya di lautan kegelapan. Menakjubkan. Tidakkah itu menunjukkan kepada kita bahwa selalu ada daya tahan dalam kegelapan apapun juga? Tidakkah itu berarti bahwa justru dalam kegelapan yang paling kelam barulah akan nampak kecemerlangan bintang-bintang itu? Sesungguhnya bukan kegelapan yang patut kita sesali, tetapi betapa terkadang kita gagal untuk menikmati indahnya kegelapan itu. Demikian pula, bukan kegagalan dan kekecewaan yang membuat benang-benang hidup kita menjadi kusut, tetapi karena kita sering tidak mampu untuk menyadari bahwa setiap kegagalan mengandung keindahannya sendiri. Bahwa kegagalan tidak pantas membuat kita kecewa berkepanjangan, tetapi justru harus membuat kita belajar dan memperbaiki kekusutan itu hingga jentera hidup kita tetap dapat berputar dan kembali rapi sebagaimana mestinya.

Gelap tak selamanya menakutkan. Kegagagan tak seharusnya membuat kita putus asa dan kehilangan semangat. Sebab harapan selalu ada. Dan semangat selalu kiita miliki. Jika mau dan sadar bahwa tak ada jalan yang lurus terus menerus. Tak ada terang yang bercahaya sepanjang waktu. Siang dan malam silih berganti. Hujan dan panas datang dan pergi. Demikian pula kesedihan dan kekecewaan kita. Justru dari kegagalan itulah kita dapat belajar apa yang salah. Justru dalam kegelapan hidup inilah kita mampu untuk melihat titik-titik cahaya yang dalam cahaya benderang tak mampu kita nikmati.

Demikianlah hidup ini. Kita belajar menikmati keindahannya, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesedihan. Jentera kehidupan kita harus tetap berputar hingga benang-benang waktu yang kita miliki habis. Dan saat itulah, dengan bahagia, kita dapat melihat betapa rapinya benang yang kita jalin dalam lentera kehidupan ini. Walau ada saatnya, pilinan di tengahnya tidak rapi atau malah sedikit kusut. Tetapi toh, kita menyelesaikan pilinan itu dengan baik. Dengan indah. Dan rapi. Secara keseluruhan.

Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...