Hidup ini seperti
mimpi. Dan waktu, seperti angin yang berhembus. Terasa tetapi tak
nyata. Berapakah usia kita sekarang? Tiga puluh? Empat puluh? Lima
puluh? Atau enam puluh tahun? Atau bahkan lebih? Coba renungkan apa
makna waktu yang telah kita lewati? Kadang kita menyadari betapa
tubuh ini mulai melemah. Dan langkah kaki kita tidak lagi segesit
dulu. Tetapi sejujurnya, kita tidak merasa perubahan yang berarti
dalam pikiran kita. Tubuh kita menua tetapi pikiran kita tidak.
Mungkin kita telah menjalani banyak pengalaman, banyak petualangan,
banyak peristiwa namun jarang kita menyadari betapa semua itu menjadi
sejarah yang berarti dalam kenangan kita.
Hidup ini seperti mimpi. Dan ketika
kita berada di masa ini, ketika kita sedang membaca tulisan ini,
apakah kita pernah merenungkan panjang jalan yang telah kita susuri
dan merasakan betapa waktu yang telah lewat sungguh punya arti yang
penting bagi kita? Ataukah kita hanya memjalani hidup sama seperti
hari-hari lalu, semua sama dan semua tetap, sambil menolak untuk
mengubah atau melupakan bahwa kesempatan untuk berubah selalu ada
setiap saat? Kita merasa senang dalam ketenangan dan bahkan sering
tidak menyadari bahwa dunia di luar kita telah berubah, telah banyak
berubah dan sungguh berbeda dengan saat usia kita masih kanak-kanak,
saat kita masih remaja bahkan beberapa waktu sebelumnya.
Memang, terkadang menyedihkan mengenang
betapa banyak waktu yang telah lewat dengan sia-sia, dan kita
ternyata tidak melakukan apa yang sepantasnya kita lakukan untuk
mengisi hidup ini. Tetapi toh, apa yang telah lewat takkan dapat kita
ulangi. Apa yang telah silam takkan mungkin kita kembalikan. Karena
nyatanya, kita hidup sekarang, hari ini, dan sebab itu kesadaran kita
hanya untuk saat ini. Tidakkah itu yang sering kita alami? Dan walau
kita sesekali merasa gamang terhadap waktu, kita jauh lebih menyukai
untuk melupakan dan hidup seperti apa adanya sekarang. Maka esok akan
datang sama seperti hari ini segera usai. Waktu seolah angin yang
berhembus, terasa namun tak terlihat. Demikian pula dengan usia.
Hidup memang seperti mimpi saja.
Sekarang, saat ini, kita semua hidup
dengan kenangan, tetapi tak semua kenangan dapat kita ingat. Atau
dapat kita tuturkan. Pada akhirnya, memang, kita hidup dengan dan
bersama hari ini. Bergelut dengan kenyataan sekarang. Dan, walau
terkadang kita tahu bahwa ada hal-hal yang tidak benar, ada hal-hal
yang tidak seharusnya kita lakukan, kita telah kehilangan keberanian
dan semangat untuk mengubah diri. Hidup pun kita jalani apa adanya.
Sebagaimana adanya, bukan sebagaimana mestinya. Sebab kemestian pun,
bagi kita, selalu meragukan. Kita tidak tahu. Kita tidak sadar. Kita
menikmati hari-hari kita sendiri dalam lingkaran kenyamanan kita.
Sendiri.
Tetapi salahkah itu? Entahlah. Aku tak
tahu. Sebab itu tergantung pada kehidupan masing-masing dari kita.
Kehidupan yang hanya bisa dijalani sendiri. Dialami sendiri. Dan
dirasakan sendiri. Sebab itu, apa yang baik bagiku, belum tentu baik
bagimu. Dan apa yang benar bagi kita, belum tentu benar bagi mereka.
Kebenaran hanya ada dalam diri masing-masing orang dan selama kita
hidup di dunia yang tidak kekal ini, selama kita masing-masing
memiliki pikiran dan perasaan sendiri, kita harus menyadari bahwa tak
seorang pun bisa memonopoli kebenaran itu. Kita bukan Tuhan. Dan kita
tidak dapat bertindak seakan kita adalah penguasa kehidupan ini.
Hidup ini seperti mimpi. Sesaat saja
dia ada tetapi kelak akhirnya kita akan menghadapi suatu kenyataan
yang abadi. Sebuah kebenaran yang mutlak. Pada saat itulah, kita
masing-masing akan menemukan apa itu kebenaran yang sesungguhnya.
Maka kita bisa salah. Bisa juga benar. Biarlah masa depan yang
memastikannya. Masa depan yang kelak akan menghakimi kita.
Masing-masing. Sendirian. Mari menjalani kehidupan ini dengan penuh
kesadaran bahwa kita ada. Mari menerima hidup ini dengan tanpa ragu
untuk mengubah diri kita sendiri. Kepastian hanya ada dalam diri
kita. Sungguh, hanya pada kita saja: kau, aku dan dia. Tidak pernah
jamak. Tidak mungkin massal.
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar