Pukul 4 dinihari.
Dari jendela kamarku, aku menatap keluar. Gerimis. Jalan lengang.
Pantulan lampu pada genangan air. Tak ada yang melintas. Hanya bunyi
tetesan air yang terdengar sayup. Kehidupan masih lelap dalam
tidurnya. Sambil menikmati udara yang sejuk, aku meresapkan
kesendirianku ini. Dengan rasa damai. Dengan penuh damai.
Sungguh, sesekali menikmati kesendirian
akan membuat kita larut dalam perenungan tentang keberadaan diri.
Tanpa suara, kita dapat mencari dan menemukan hati kita dengan lebih
jujur dan jernih. Dan memang, seringkali kata-kata takkan mampu
menaklukkan keheningan. Takkan pernah mampu. Setiap kali kita merasa
kehilangan diri, setiap kali kita merasa ditinggalkan dan tersisih
dari kehidupan, masukilah kesendirian. Dan nikmatilah tubuh dan
jiwamu. Hanya dengan demikian, kita akan dan dapat menemukan
keberadaan kita secara nyata. Bahwa kita ada. Bahwa kita hidup.
Disini dan sekarang.
Pukul 4 dinihari. Jalan yang lengang
merefleksikan kesepian kita. Dan saat kita menangkap suara gerimis,
kita pun menangkap perasaan kita. Sebagai tetesan air yang berputar
dalam siklus kehidupan ini. Dari bumi kembali ke bumi. Dari asal
kembali ke asal. Berputar bagai lingkaran tanpa ujung. Dan jiwa ini
kekal. Dan rasa ini nyata.
Maka siapapun kita, bagaimanapun kita,
percayalah, bahwa hanya dalam hening kita dapat menemukan makna diri
sendiri. Hanya dalam sepi kita akan menemukan kehidupan kita yang
murni. Dan jujur. Kita hanya bisa mengenal kehidupan ini jika berada
di dalam dan bersamanya. Dari luar, kita hanya mampu menebak dan
memperkirakan serta mungkin membuat kesimpulan yang belum tentu
benar. Belum pasti benar. Apa yang nampak dari luar seringkali hanya
topeng indah yang menyembunyikan duka dalam jiwa. Dan apa yang
kelihatan riang dalam keramaian mungkin saja menyembunyikan kesedihan
yang pahit dalam kesendirian. Sebab hanya mereka yang mengalami dapat
dan mampu mengenal diri sendiri. Bukan orang lain. Bahkan yang
terdekat dengan hidup kita pun takkan mampu. Takkan pernah mampu.
Pukul 4 dinihari. Germis. Suara tetesan
air. Jalan yang lengang. Cahaya lampu yang berpendaran. Tak seorang
pun lewat. Tak seorang pun nampak. Dan disini hanya ada diriku. Hanya
aku. Dalam kesendirian perasaan yang jelas dan nyata. Bahwa aku ada
karena merasakan. Bahwa aku ada karena merenungkan. Ada dan selalu
ada. Hingga entah kapan....
Tonny Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar