Di ujung
hidup, kita tahu, ada mati. Tetapi apa yang ada setelah mati? Apa
memang ada kehidupan yang lain setelah kita mati? Ataukah tak ada
apa-apa lagi karena kita ini memang mahluk yang hanya hidup sekali,
setelah itu usai? Ataukah kita akan lahir kembali dalam wujud yang
berbeda seperti yang diyakini sebagian dari kita? Kita tak tahu. Aku
tak tahu. Bagaimana pun, keyakinan bukanlah kepastian. Dan kebenaran
teramatlah semu.
Yang pasti
hanya ini: kita hidup dan sekarang ada. Tetapi secara perlahan kita
berubah. Kita menua bersama waktu. Larut di dalamnya untuk kemudian
di suatu saat yang tak kita ketahui kapan-dimana dan bagaimana, kita
akan lewat. Apakah setelah itu semuanya akan berakhir masih menjadi
tanda tanya yang sangat misterius. Dan semuanya tergantung pada
persepsi kita tentang apa yang kelak akan kita hadapi setelah hidup
ini berlalu.
Tetapi alam
kehidupan ini sangatlah indah. Sangatlah mempesona. Di balik segala
baik dan buruk. Di balik semua penderitaan dan kesenangan yang kita
arungi, hidup selalu siap untuk kita nikmati. Untuk kita alami. Dan
dalami. Sebab kita dapat merasakan. Dapat memikirkan. Dapat
merenungkan segala peristiwa yang telah dan sedang terjadi serta
menebak apa yang akan terjadi. Dengan demikian, dapatkah kita katakan
bahwa hidup ini membosankan? Ya, seandainya kita mau merenungkan
segala pengalaman hidup kita, kita mampu untuk sadar bahwa selalu ada
hal yang membuat kita berarti. Setiap hari. Setiap saat.
Pengalaman
pahit. Pengalaman manis. Yang buruk. Yang indah. Semuanya sungguh
nyata. Semuanya sungguh bagian dari hidup kita. Maka pantaskah kita
mengatakan bahwa hidup ini tak berarti? Pantaskah kita ingin
mengakhiri pengalaman itu dan meninggalkan waktu yang kita miliki
dengan melupakan renungan bahwa sepahit-pahitnya dan sesakit-sakitnya
pengalaman kita semuanya tidak punya manfaat apa-apa? Bukankah justru
dari kesedihan itulah kita belajar untuk sadar bahwa kita sungguh
ada. Kita sungguh nyata?
Maka apapun
yang kita temui dalam perjalanan kita setiap saat sesungguhnya adalah
bagian dari perenungan kita, bahwa banyak yang dapat pelajari, untuk
kemudian mencari dan berusaha menemukan makna keberadaan kita
sekarang. Bukan untuk disia-siakan. Bukan untuk ditinggalkan begitu
saja. Kita harus berani menghadapi apa saja. Kita harus tahu mengapa
dan bagaimana menerima sekaligus menemukan solusi dari segala
permasalahan yang kita hadapi. Sebab hidup tanpa persoalan, tanpa
kesedihan, tanpa kepahitan sesungguhnya bukanlah hidup. Mereka yang
menginginkan hidup yang terus menerus berjalan mulus dan lurus pada
akhirnya justru hanya akan menemukan kebosanan dan
ketidak-berartiannya sendiri.
Selagi kaki
kita masih menjejak di bumi, selagi jantung kita masih berdegup,
selagi pikiran kita masih dapat menyadari keberadaan kita, selagi
pandangan kita masih mampu melihat keindahan dan keburukan dunia, dan
selagi kita masih dapat merasakan kesedihan dan kegembiraan, kita
siap dan harus siap untuk belajar. Untuk mengetahui nilai kita. Untuk
menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa kita ada. Kita hanya
noktah kecil di panjangnya waktu yang tak terukur. Kita hanya
sebintik debu di keluasan semesta raya. Tetapi bagaimana pun, kita
adalah tetap pusat alam semesta karena tanpa kita, tanpa adanya
pikiran, perasaan dan pengalaman kita, sesungguhnya semuanya itu
takkan ada. Takkan nyata. Kitalah yang hidup sekarang. Kitalah yang
membuat segala sesuatu menjadi nyata.
Apa yang akan
kita ketemukan setelah mati adalah tetap sebuah misteri besar yang
hanya dapat kita jawab setelah kita mengalaminya sendiri. Tetapi apa
yang ada sekarang, yang sedang kita alami, sedang kita jalani,
merupakan bagian dari proses menuju ke titik itu. Janganlah
menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup. Jangan melepaskan kesempatan
untuk ada. Tetaplah semangat menjalani waktu keberadaan kita karena
itulah sebuah kepastian. Sedang apa yang ada setelahnya hanya sebuah
kemungkinan. Kemungkinan dengan tanda tanya. Kemungkinan yang tak
bisa kita jawab selain dari mengalaminya secara pribadi. Secara
langsung. Sebelum kita mencapai titik itu, hidup adalah hidup.
Selalu. Selamanya.
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar