09 Agustus 2013

DI UJUNG HIDUP

Di ujung hidup, kita tahu, ada mati. Tetapi apa yang ada setelah mati? Apa memang ada kehidupan yang lain setelah kita mati? Ataukah tak ada apa-apa lagi karena kita ini memang mahluk yang hanya hidup sekali, setelah itu usai? Ataukah kita akan lahir kembali dalam wujud yang berbeda seperti yang diyakini sebagian dari kita? Kita tak tahu. Aku tak tahu. Bagaimana pun, keyakinan bukanlah kepastian. Dan kebenaran teramatlah semu.

Yang pasti hanya ini: kita hidup dan sekarang ada. Tetapi secara perlahan kita berubah. Kita menua bersama waktu. Larut di dalamnya untuk kemudian di suatu saat yang tak kita ketahui kapan-dimana dan bagaimana, kita akan lewat. Apakah setelah itu semuanya akan berakhir masih menjadi tanda tanya yang sangat misterius. Dan semuanya tergantung pada persepsi kita tentang apa yang kelak akan kita hadapi setelah hidup ini berlalu.

Tetapi alam kehidupan ini sangatlah indah. Sangatlah mempesona. Di balik segala baik dan buruk. Di balik semua penderitaan dan kesenangan yang kita arungi, hidup selalu siap untuk kita nikmati. Untuk kita alami. Dan dalami. Sebab kita dapat merasakan. Dapat memikirkan. Dapat merenungkan segala peristiwa yang telah dan sedang terjadi serta menebak apa yang akan terjadi. Dengan demikian, dapatkah kita katakan bahwa hidup ini membosankan? Ya, seandainya kita mau merenungkan segala pengalaman hidup kita, kita mampu untuk sadar bahwa selalu ada hal yang membuat kita berarti. Setiap hari. Setiap saat.

Pengalaman pahit. Pengalaman manis. Yang buruk. Yang indah. Semuanya sungguh nyata. Semuanya sungguh bagian dari hidup kita. Maka pantaskah kita mengatakan bahwa hidup ini tak berarti? Pantaskah kita ingin mengakhiri pengalaman itu dan meninggalkan waktu yang kita miliki dengan melupakan renungan bahwa sepahit-pahitnya dan sesakit-sakitnya pengalaman kita semuanya tidak punya manfaat apa-apa? Bukankah justru dari kesedihan itulah kita belajar untuk sadar bahwa kita sungguh ada. Kita sungguh nyata?

Maka apapun yang kita temui dalam perjalanan kita setiap saat sesungguhnya adalah bagian dari perenungan kita, bahwa banyak yang dapat pelajari, untuk kemudian mencari dan berusaha menemukan makna keberadaan kita sekarang. Bukan untuk disia-siakan. Bukan untuk ditinggalkan begitu saja. Kita harus berani menghadapi apa saja. Kita harus tahu mengapa dan bagaimana menerima sekaligus menemukan solusi dari segala permasalahan yang kita hadapi. Sebab hidup tanpa persoalan, tanpa kesedihan, tanpa kepahitan sesungguhnya bukanlah hidup. Mereka yang menginginkan hidup yang terus menerus berjalan mulus dan lurus pada akhirnya justru hanya akan menemukan kebosanan dan ketidak-berartiannya sendiri.

Selagi kaki kita masih menjejak di bumi, selagi jantung kita masih berdegup, selagi pikiran kita masih dapat menyadari keberadaan kita, selagi pandangan kita masih mampu melihat keindahan dan keburukan dunia, dan selagi kita masih dapat merasakan kesedihan dan kegembiraan, kita siap dan harus siap untuk belajar. Untuk mengetahui nilai kita. Untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa kita ada. Kita hanya noktah kecil di panjangnya waktu yang tak terukur. Kita hanya sebintik debu di keluasan semesta raya. Tetapi bagaimana pun, kita adalah tetap pusat alam semesta karena tanpa kita, tanpa adanya pikiran, perasaan dan pengalaman kita, sesungguhnya semuanya itu takkan ada. Takkan nyata. Kitalah yang hidup sekarang. Kitalah yang membuat segala sesuatu menjadi nyata.

Apa yang akan kita ketemukan setelah mati adalah tetap sebuah misteri besar yang hanya dapat kita jawab setelah kita mengalaminya sendiri. Tetapi apa yang ada sekarang, yang sedang kita alami, sedang kita jalani, merupakan bagian dari proses menuju ke titik itu. Janganlah menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup. Jangan melepaskan kesempatan untuk ada. Tetaplah semangat menjalani waktu keberadaan kita karena itulah sebuah kepastian. Sedang apa yang ada setelahnya hanya sebuah kemungkinan. Kemungkinan dengan tanda tanya. Kemungkinan yang tak bisa kita jawab selain dari mengalaminya secara pribadi. Secara langsung. Sebelum kita mencapai titik itu, hidup adalah hidup. Selalu. Selamanya.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...