20 Agustus 2013

RASA

Di suatu fajar, aku terpesona memandang cahaya rembulan yang sedang purnama. Sambil merasakan dinginnya udara pagi yang menyegarkan tubuhku. Kemudian, sayup-sayup terdengar suara seruling bambu yang ditiup oleh entah siapa. Merdu. Indah. Sangat mempesona. Maka sambil memegang telpon selulerku, aku merekam suasana itu lalu membagikannya ke dalam grup. Maka teman-teman yang lain pun turut berkomentar tentang indahnya panorama itu. Tentang bagusnya nada seruling bambu itu. Menakjubkan dapat saling berbagi keindahan dalam hidup ini.

Tetapi tiba-tiba aku sadar bahwa walaupun semua panorama serta irama yang indah dalam pengalaman hidupku dapat aku bagikan dengan mudah di jaman ini, ada sesuatu yang tetap tak mungkin kuberikan kepada mereka. Kepada kalian. Pengalaman rasa. Pengalaman dinginnya udara yang demikian menyegarkan sehingga membuat hati ini ingin bernyanyi. Pengalaman sejuknya angin yang membelai pipiku. Sesuatu yang harus dialami langsung. Sesuatu yang hanya bisa dinikmati sendiri. Dan mustahil dibagikan kepada siapa pun yang tidak berada denganku saat itu.

Dan memang demikianlah hidup ini. Kita yang tidak berada di lokasi yang sama hanya mampu melihat dan mendengar, tetapi tak bisa turut merasakan. Jadi, jika lokasi yang berbeda saja tak mungkin dapat kita rasakan bersama, apalagi hati yang berbeda dalam individu yang berbeda. Sebab kita masing-masing punya pemahaman yang berlainan walau mungkin berada di tempat dan waktu yang bersamaan. Demikianlah aku memandang kepada beberapa orang yang melintas di jalan ini tetapi tak sekali pun memandang pada rembulan yang sedang purnama jauh di ufuk sana. Dan tak berhenti sejenak untuk mendengarkan nada seruling yang demikian indah dan terasa menyayat hati itu. Suara yang bagai sembilu bagiku mungkin bahkan tak terasakan oleh mereka.

Namun jelas itu bukan sebuah kesalahan. Sebab setiap orang memiliki perasaannya sendiri-sendiri. Setiap orang punya pilihan atas apa yang ingin dinikmatinya. Walau kadang ketidak-pedulian pada keindahan yang ada di sekeliling kita mungkin terasa mengusik hati kita, selalu ada kemungkinan lain yang membuat orang melalaikan situasi lingkungannya dan hidup hanya bersama dirinya sendiri. Kita tak pernah tahu apa sedang dipikirkan seseorang. Kita tak mungkin tahu apa yang sedang dirasakan seseorang. Adakah dia sedang gembira atau sedih? Adakah hidupnya mulus saja ataukah ada masalah yang teramat besar melilit hidupnya. Setiap orang bisa tersenyum walau dengan hati yang pedih...

Tetapi, kita semua bisa memiliki kesadaran bahwa hidup ini selalu menakjubkan jika saja kita mau membuka diri. Memandang, mendengar dan merasakan bukan hanya apa yang kita ingini tetapi semua yang ada diluar diri kita juga. Bahkan walau pun kita mungkin tidak menginginkannya. Sebab keindahan alam tak bisa ditiadakan bahkan walau pun kita menolaknya begitu saja. Dia ada dan tetap ada. Tinggal tergantung pada kita, apakah kita mau atau tidak menerima dan menikmati apa yang ada, apa yang dengan rela dan telah diberikan kepada kita. Keindahan alam selalu membagikan dirinya kepada siapa saja dengan rela dan tanpa pamrih. Bagi kita. Bagi kita semua.

Demikianlah, setiap hari fajar tiba dengan satu kepastian: bagaimana pun hidupmu, selalu ada harapan yang akan menyingsing. Selalu ada keindahan yang akan kita alami. Saat udara cerah. Saat mendung dan hujan. Bahkan saat badai menerpa. Hati kita selalu dapat menikmati apa yang hanya bisa kita rasakan sendiri. Dan walau sering kita tidak mengenal alam yang penuh dengan rahasia ini, percayalah bahwa dia sungguh mengenal kita. Sangat mengenal kita. Manusia yang hidup dan melangkah bersamanya dalam waktu yang terus bergulir. Terus menerus bergulir. Hiduplah bersamanya. Kenalilah dia. Nikmatilah dia. Dan takjublah sesekali sambil melupakan dirimu sendiri. Sebab percayalah, alam ini sungguh mengagumkan. Teramat mengagumkan.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...