Di suatu
fajar, aku terpesona memandang cahaya rembulan yang sedang purnama.
Sambil merasakan dinginnya udara pagi yang menyegarkan tubuhku.
Kemudian, sayup-sayup terdengar suara seruling bambu yang ditiup oleh
entah siapa. Merdu. Indah. Sangat mempesona. Maka sambil memegang
telpon selulerku, aku merekam suasana itu lalu membagikannya ke dalam
grup. Maka teman-teman yang lain pun turut berkomentar tentang
indahnya panorama itu. Tentang bagusnya nada seruling bambu itu.
Menakjubkan dapat saling berbagi keindahan dalam hidup ini.
Tetapi
tiba-tiba aku sadar bahwa walaupun semua panorama serta irama yang
indah dalam pengalaman hidupku dapat aku bagikan dengan mudah di
jaman ini, ada sesuatu yang tetap tak mungkin kuberikan kepada
mereka. Kepada kalian. Pengalaman rasa. Pengalaman dinginnya udara
yang demikian menyegarkan sehingga membuat hati ini ingin bernyanyi.
Pengalaman sejuknya angin yang membelai pipiku. Sesuatu yang harus
dialami langsung. Sesuatu yang hanya bisa dinikmati sendiri. Dan
mustahil dibagikan kepada siapa pun yang tidak berada denganku saat
itu.
Dan memang
demikianlah hidup ini. Kita yang tidak berada di lokasi yang sama
hanya mampu melihat dan mendengar, tetapi tak bisa turut merasakan.
Jadi, jika lokasi yang berbeda saja tak mungkin dapat kita rasakan
bersama, apalagi hati yang berbeda dalam individu yang berbeda. Sebab
kita masing-masing punya pemahaman yang berlainan walau mungkin
berada di tempat dan waktu yang bersamaan. Demikianlah aku memandang
kepada beberapa orang yang melintas di jalan ini tetapi tak sekali
pun memandang pada rembulan yang sedang purnama jauh di ufuk sana.
Dan tak berhenti sejenak untuk mendengarkan nada seruling yang
demikian indah dan terasa menyayat hati itu. Suara yang bagai sembilu
bagiku mungkin bahkan tak terasakan oleh mereka.
Namun jelas
itu bukan sebuah kesalahan. Sebab setiap orang memiliki perasaannya
sendiri-sendiri. Setiap orang punya pilihan atas apa yang ingin
dinikmatinya. Walau kadang ketidak-pedulian pada keindahan yang ada
di sekeliling kita mungkin terasa mengusik hati kita, selalu ada
kemungkinan lain yang membuat orang melalaikan situasi lingkungannya
dan hidup hanya bersama dirinya sendiri. Kita tak pernah tahu apa
sedang dipikirkan seseorang. Kita tak mungkin tahu apa yang sedang
dirasakan seseorang. Adakah dia sedang gembira atau sedih? Adakah
hidupnya mulus saja ataukah ada masalah yang teramat besar melilit
hidupnya. Setiap orang bisa tersenyum walau dengan hati yang pedih...
Tetapi, kita
semua bisa memiliki kesadaran bahwa hidup ini selalu menakjubkan jika
saja kita mau membuka diri. Memandang, mendengar dan merasakan bukan
hanya apa yang kita ingini tetapi semua yang ada diluar diri kita
juga. Bahkan walau pun kita mungkin tidak menginginkannya. Sebab
keindahan alam tak bisa ditiadakan bahkan walau pun kita menolaknya
begitu saja. Dia ada dan tetap ada. Tinggal tergantung pada kita,
apakah kita mau atau tidak menerima dan menikmati apa yang ada, apa
yang dengan rela dan telah diberikan kepada kita. Keindahan alam
selalu membagikan dirinya kepada siapa saja dengan rela dan tanpa
pamrih. Bagi kita. Bagi kita semua.
Demikianlah,
setiap hari fajar tiba dengan satu kepastian: bagaimana pun hidupmu,
selalu ada harapan yang akan menyingsing. Selalu ada keindahan yang
akan kita alami. Saat udara cerah. Saat mendung dan hujan. Bahkan
saat badai menerpa. Hati kita selalu dapat menikmati apa yang hanya
bisa kita rasakan sendiri. Dan walau sering kita tidak mengenal alam
yang penuh dengan rahasia ini, percayalah bahwa dia sungguh mengenal
kita. Sangat mengenal kita. Manusia yang hidup dan melangkah
bersamanya dalam waktu yang terus bergulir. Terus menerus bergulir.
Hiduplah bersamanya. Kenalilah dia. Nikmatilah dia. Dan takjublah
sesekali sambil melupakan dirimu sendiri. Sebab percayalah, alam ini
sungguh mengagumkan. Teramat mengagumkan.
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar