06 Agustus 2013

YANG MEMBUAT HIDUP INDAH

Dia lahir dengan kebencian. Sebagai putra yang tak dikehendaki, tetapi gagal untuk disingkirkan, dia tumbuh bersama perasaan yang tanpa kasih sayang dan perhatian. Ibunya yang pemarah karena tekanan depresi akibat perasaan gagal dalam hidup. Ayah yang bukan ayah kandungnya memperlakukannya dengan buruk dan terkadang memperlihatkan sikap yang menganggapnya hanya sebagai sampah yang tak berguna. Dan bersama dalam keluarga yang penuh percekcokan serta ketidak-harmonisan. Dia lahir dengan kebencian serta dendam atas situasi dan kondisi yang mengelilinginya.

Menjalani masa kanak-kanan yang seharusnya indah dan penuh keceriaan, dia tenggelam dalam kegamangan pada apapun yang dihadapinya. Hidup tanpa perawatan yang wajar, tanpa kasih sayang, tersisih dari keluarga dan sendirian menerima kenyataan yang terkadang tak dipahaminya namun tak seorang pun dapat memberi penjelasan kepadanya. Mengapa? Untuk apa? Bagaimana? Dia hanya tahu, bahwa dia tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang sangat sendirian dan sangat kesepian. Kesepian dan sakit hati. Serta dendam menghadapi kenyataan yang ada.

Hidup dengan luka yang menganga. Hidup dengan keinginan untuk membalas segala kepahitan ini. Dia tahu, bahwa ini adalah kenyataan hidupnya. Dia tak pernah menginginkan keberadaannya tetapi sekarang dia telah ada, maka dia harus menerima apa saja yang saat ini dia miliki. Menerima walau penuh kekecewaan. Walau penuh perasaan yang pahit. Tetapi hidup tak harus berhenti. Sekali dia ada, maka dia tetap ada. Tak mungkin terhapuskan. Tak bisa dihilangkan. Mustahil. Dia telah hidup. Dan akan tetap hidup.

Maka setiap saat dia berjuang untuk menerima dan menghadapi perasaannya sendiri. Setamat sekolah menengah atas negeri, dia meninggalkan rumahnya. Meninggalkan ibu dan ayah tirinya. Dengan menyelinap ke atas sebuah kapal penumpang secara gelap, dia lari ke ibukota. Untuk mencari nasibnya sendiri. Untuk menemukan apa yang telah hilang dan mendapatkan apa yang pantas baginya. Hidup dengan bermodalkan nekad dan ambisi untuk membalas kepada dunia segala keperihan yang telah diberikan kepadanya. Hidup dan tetap hidup. Berjuang dan tetap berjuang. Tanpa perasaan putus asa. Dia menerima dan menghadapi hidupnya sendiri. Sendiri.

Dan dia berhasil. Memulai langkahnya dengan tinggal dan bekerja di sebuah pangkalan pembeli besi tua. Sebagai remaja dengan masa kanak-kanak yang hilang, dia bekerja dengan baik dan yang terutama, tulus sehingga mendapat kepercayaan dari sang pemilik usaha. Dan setelah beberapa tahun kemudian, setelah mendapat banyak pengalaman dalam bidang itu, dia kembali ke kotanya dan memulai usaha yang telah digelutinya bermodalkan semua penghasilan yang telah diperolehnya. Demikianlah, kini dia memiliki usaha yang dapat menghidupi dirinya, keluarganya dan bahkan beberapa anak asuhnya. Menakjubkan.

Tetapi yang luar biasa adalah ini: dia tahu untuk apa dia hidup. Dia tahu nilai dari kesendirian, kepahitan dan kekecewaan. Dia tahu membalas dendam dengan baik. Membalas dendam bukan dengan menambah kekecewaan, kepahitan atau kehancuran dalam hidupnya. Tetapi dengan mengubahnya menjadi berkat bagi dirinya dan sesama. Mengubah kebencian menjadi rahmat. Maka siapa bilang bahwa dendam itu buruk dapat bercermin pada kehidupannya. Siapa yang berpikir bahwa kepahitan itu tak mungkin tersembuhkan dapat mengambil teladan dari hidupnya. Sesuatu yang berawal buruk bisa dan harus berakhir baik. Sangat baik.

Dan percayalah, walau aku tahu bahwa sebagai pengusaha yang berhasil, dia tidak terlalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan di gereja, hidupnya sendiri telah menjadi contoh pewartaan yang baik. Bahwa sakit hati tidak harus berbuah pembalasan dengan kekerasan. Bahwa rasa benci tidak harus diselesaikan dengan kekejaman. Bahwa kepahitan dalam hidup ini tidak harus berujung dengan meninggalkan cinta kasih. Justru karena kesadaran betapa pentingnya memiliki kasih sayang, dia yang di awal hidupnya luput mnemilikinya, kini malah membagikannya dengan murah hati. Karena dia sadar betapa pentingnya itu. Dan betapa dibutuhkannya itu. Maka betapa indahnya hidup ini. Baginya. Dan bagi kita, inilah yang membuat hidup indah. Kisah sedih tidak selalu berakhir tragis. Tidak selalu.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...