Sesungguhnya
hidup bukan hanya permainan kata. Walau sering kita senang berumah
dengan kata dan kata. Hidup adalah sebuah pengalaman yang langsung
kita alami dan kita hadapi. Setiap hari. Setiap saat. Tetapi
pengalaman itu memang harus kita tulis. Dengan kata. Dengan kalimat
yang kadang panjang kadang singkat. Tergantung pada suasana hati. Tak
perlu kita merasa sedih. Maupun gembira berlebihan. Apa yang sedang
kita hadapi, apa yang lagi kita alami sekarang, hanya selintas
peristiwa yang akan segera berlalu. Akan segera usai. Kita hanya
perlu menunggu. Kita hanya dapat menanti.
Kata orang,
dalamnya laut dapat diukur namun dalamnya hati siapa tahu? Tetapi
kita masing-masing, dalam kesadaran kita, paham bahwa setiap
pengalaman akan membawa hidup kita menuju ke pemahaman yang baru.
Yang berbeda. Yang lain. Dan tak pernah sama. Maka bila kita bertanya
pada diri sendiri tentang makna kehadiran kita, akan kita temui dia
di sudut hati kita masing-masing. Bagaimana pandangan kita tentang
peristiwa yang telah dan sedang terjadi. Bagaimana tanggapan kita
terhadap situasi dan kondisi yang telah dan sedang berlangsung.
Sesungguhnya
jarang ada dua individu dalam suatu situasi yang sama memiliki
pendapat yang sama pula. Sepaham bagaimana pun kita, selalu ada
nuansa yang berbeda. Selalu ada kontradiksi dalam hati setiap
manusia. Dan itu tidaklah salah. Dan tidak perlu dipersalahkan. Hati
kita memiliki kebebasannya masing-masing. Pemikiran kita memiliki
pola yang tersendiri dan tak usah dipaksanakan untuk sama. Bahkan
mirip sekalipun. Sebab memang demikianlah hidup ini ada. Dan
berwujud. Ia milik kita masing-masing. Pribadi demi pribadi.
Jadi setiap
kata yang kita tulis, setiap kalimat yang kita goreskan, membuat
tanda yang mencerminkan keberadaan kita di dunia ini. Bahwa kita
eksis. Bahwa kita nyata. Demikianlah hidup kita miliki. Maka hidup
pun memiliki kita. Bukan sebagaimana harusnya. Tetapi sebagaimana
adanya. Pengalaman-pengalaman membuat kita sadar bahwa ada hal yang
tak bisa kita kuasai. Tak bisa kita paksakan. Sekeras dan segigih
apapun kita. Yang dapat kita lakukan hanya mencoba untuk memahami.
Bukan saja memahami peristiwa yang telah atau sedang berlangsung,
tetapi juga memahami diri kita sendiri dan tidak melupakan mereka
yang berada di luar kita. Dan di titik dimana ketidak-sabaran mencoba
untuk menguasai hati kita, kita selalu harus menanti. Sabar menanti.
Kita bukanlah
batu tanpa rasa. Kita bukanlah angka dalam statistik. Walau mungkin
ada yang memandang kita hanya sebagai nama tanpa makna. Hanya nama
tanda bahwa kita ada. Kita bukan juga kata yang hanya dapat dibaca
dalam kata tertulis di atas kertas. Tetapi selalu ada rahasia dalam
hati. Selalu ada gelora dalam rasa. Selalu ada kemelut dalam pikiran.
Hidup kita tidak abadi, memang. Tetapi kita pun menyadari bahwa kelak
akan tiba masanya kita akan menemui yang abadi. Dan melebur ke
dalamnya. Bersamanya. Sebelum itu, kita hanya dapat menanti. Dengan
sabar. Dengan tekun. Dengan mengalami dan menjalani. Dengan kata yang
kita tuliskan sebagai bukti keberadaan kita yang fana ini. Kita
adalah kita masing-masing. Mungkin serupa tetapi selalu berbeda. Tak
sama. Tak pernah sama.
Tonny
Sutedja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar