15 Agustus 2013

SEBUAH PENANTIAN DALAM KATA

Sesungguhnya hidup bukan hanya permainan kata. Walau sering kita senang berumah dengan kata dan kata. Hidup adalah sebuah pengalaman yang langsung kita alami dan kita hadapi. Setiap hari. Setiap saat. Tetapi pengalaman itu memang harus kita tulis. Dengan kata. Dengan kalimat yang kadang panjang kadang singkat. Tergantung pada suasana hati. Tak perlu kita merasa sedih. Maupun gembira berlebihan. Apa yang sedang kita hadapi, apa yang lagi kita alami sekarang, hanya selintas peristiwa yang akan segera berlalu. Akan segera usai. Kita hanya perlu menunggu. Kita hanya dapat menanti.

Kata orang, dalamnya laut dapat diukur namun dalamnya hati siapa tahu? Tetapi kita masing-masing, dalam kesadaran kita, paham bahwa setiap pengalaman akan membawa hidup kita menuju ke pemahaman yang baru. Yang berbeda. Yang lain. Dan tak pernah sama. Maka bila kita bertanya pada diri sendiri tentang makna kehadiran kita, akan kita temui dia di sudut hati kita masing-masing. Bagaimana pandangan kita tentang peristiwa yang telah dan sedang terjadi. Bagaimana tanggapan kita terhadap situasi dan kondisi yang telah dan sedang berlangsung.

Sesungguhnya jarang ada dua individu dalam suatu situasi yang sama memiliki pendapat yang sama pula. Sepaham bagaimana pun kita, selalu ada nuansa yang berbeda. Selalu ada kontradiksi dalam hati setiap manusia. Dan itu tidaklah salah. Dan tidak perlu dipersalahkan. Hati kita memiliki kebebasannya masing-masing. Pemikiran kita memiliki pola yang tersendiri dan tak usah dipaksanakan untuk sama. Bahkan mirip sekalipun. Sebab memang demikianlah hidup ini ada. Dan berwujud. Ia milik kita masing-masing. Pribadi demi pribadi.

Jadi setiap kata yang kita tulis, setiap kalimat yang kita goreskan, membuat tanda yang mencerminkan keberadaan kita di dunia ini. Bahwa kita eksis. Bahwa kita nyata. Demikianlah hidup kita miliki. Maka hidup pun memiliki kita. Bukan sebagaimana harusnya. Tetapi sebagaimana adanya. Pengalaman-pengalaman membuat kita sadar bahwa ada hal yang tak bisa kita kuasai. Tak bisa kita paksakan. Sekeras dan segigih apapun kita. Yang dapat kita lakukan hanya mencoba untuk memahami. Bukan saja memahami peristiwa yang telah atau sedang berlangsung, tetapi juga memahami diri kita sendiri dan tidak melupakan mereka yang berada di luar kita. Dan di titik dimana ketidak-sabaran mencoba untuk menguasai hati kita, kita selalu harus menanti. Sabar menanti.

Kita bukanlah batu tanpa rasa. Kita bukanlah angka dalam statistik. Walau mungkin ada yang memandang kita hanya sebagai nama tanpa makna. Hanya nama tanda bahwa kita ada. Kita bukan juga kata yang hanya dapat dibaca dalam kata tertulis di atas kertas. Tetapi selalu ada rahasia dalam hati. Selalu ada gelora dalam rasa. Selalu ada kemelut dalam pikiran. Hidup kita tidak abadi, memang. Tetapi kita pun menyadari bahwa kelak akan tiba masanya kita akan menemui yang abadi. Dan melebur ke dalamnya. Bersamanya. Sebelum itu, kita hanya dapat menanti. Dengan sabar. Dengan tekun. Dengan mengalami dan menjalani. Dengan kata yang kita tuliskan sebagai bukti keberadaan kita yang fana ini. Kita adalah kita masing-masing. Mungkin serupa tetapi selalu berbeda. Tak sama. Tak pernah sama.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...