07 Agustus 2013

LEBARAN

Lebaran itu indah. Dirindukan. Sekaligus menyenangkan dan mengenyangkan. Setiap lebaran, bagiku, selalu berarti saat untuk berkumpul dan bercengkerama kembali dengan keluarga yang selama setahun seakan-akan terlupakan. Saat untuk saling menyapa sekaligus untuk kembali menegaskan bahwa walau ada perbedaan, kita semua adalah satu. Dan tetap satu.

Maka dalam situasi dimana hampir setiap saat kita membaca tentang pertentangan antar agama, antar suku dan antar keyakinan, ternyata bahwa, seringkali yang menjadi berita utama hanyalah sebuah noktah kecil di area yang luas, amat luas. Bahkan seringkali tidak terasakan di dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar dari kita. Apa artinya perbedaan dalam hubungan antar kekerabatan? Antar manusia? Tidakkah setiap saat kita masih dapat tertawa lepas, berbincang hingga saling mengusili satu sama lain tanpa menyadari adanya perbedaan satu sama lain?

Ya, lebaran adalah saat untuk merefleksikan diri bahwa walau kita hidup dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda-beda, walau situasi yang kita hadapi setiap hari dan setiap saat berlain-lainan, kita semua tetap hanyalah manusia yang punya keterbatasan. Kita semua memiliki awal dan akhir. Kita hanyalah noktah debu di keluasan alam raya. Dan di suatu ujung nanti, kita akan menuju ke alam baru dimana yang ada hanyalah keabadian dan ketunggalan tanpa diperhitungkan siapa, apa dan bagaimana kita jalani hidup ini. Di ujung itulah, kita akan mempertanggung-jawabkan apa yang telah kita lakukan, bukan siapa dan bukan apa yang kita miliki.

Hidup dan mati adalah sebuah kepastian yang tak mungkin kita pertanyakan. Tetapi menjalani dan memutuskan apa yang harus kita jalani selama kita hidup itulah yang menjadi penentu makna keberadaan kita semua. Sebagai insan yang rapuh, walau sering kita merasa sekuat baja, kita harus menyadari keterbatasan diri kita. Keterbatasan kekuasaan-kekuatan dan kekayaan kita. Sebab manusia bukan hidup untuk itu. Tidak, bukan untuk itu. Tetapi demi dan terutama untuk saling mempertautkan diri, saling bermanfaat dan saling memahami kelemahan kita masing-masing.

Dan ketika saat ini lebaran tiba, inilah saatnya untuk membuang segala kebebalan kita dalam memandang kehidupan sebagai sekat-sekat yang pasti. Kau. Aku. Kami. Mereka. Semua hanya kata dalam dunia yang tak punya arti saat kelak kita semua menyatu di alam keabadian. Di hadapan Sang Pencipta hanya akan ada kita. Ya, kita semua. Maka saat lebaran, saat aku berkumpul bersama keluarga yang berbeda keyakinan, dan saling berseloroh tentang apa saja, menertawakan satu sama lain termasuk menertawakan diri sendiri, aku percaya bahwa sesungguhnya kita semua memiliki harapan untuk percaya bahwa di atas segala-galanya, perbedaan itu bukanlah sebuah kutukan melainkan sebuah anugerah yang harus kita terima, kita jalani dan kita manfaatkan demi memuliakan nama-Nya. Karena untuk itulah kita diciptakan. Untuk itulah kita ada. Untuk itulah.

Jadi pagi hari lebaran ini, mari kita bangun bukan dengan perasaan tertekan karena harus saling mengunjungi, tetapi dengan semangat bahwa hari ini tali persaudaraan disatukan kembali. Saling bersilaturahmi. Saling bercanda. Bahkan mungkin saling menikmati santapan yang enak dan mengenyangkan perut sekaligus jiwa kita. Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1434 H. Mohon maaf lahir dan batin kepada semuanya.


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...