05 Mei 2017

KEPEDULIAN

Mobil truk mengangkut pasir hampir setiap hari berseliweran di jalan yang sempit itu. Dan karena bak truk jarang ditutup, pasir pun berhamburan ke jalan itu. Pasir yang saat panas terik membuat polusi debu dan ketika hujan turun, jalanan menjadi becek dan sangat licin untuk dilewati? Tetapi adakah yang peduli dengan kondisi tersebut? Tampaknya tidak ada. Tidak pengguna jalan. Tidak sang pengusaha pengangkut tanah. Pun tidak pemerintah. Semua dibiarkan berjalan seperti apa adanya. Seakan semua normal saja. Seakan semua seharusnya memang begitu. Dan ketika ada pengendara yang terjatuh karena licinnya jalan itu saat hujan turun, kecelakaan itu akan dianggap sebuah musibah saja. Nasib malang sang pengenadara yang sedang sial karena tidak berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya.

Sampai suatu ketika, anak pengusaha tergelincir jatuh ketika sedang mengendarai sepeda motor di jalan itu. Dan luka parah karena melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Terjadilah perubahan, nampaknya. Truk pengangkut pasir mulai ditutupi terpal untuk mencegah agar tanah urukan tersebut tidak berjatuhan lagi ke atas jalan. Tidak lagi membahayakan pengendara yang melintas di atasnya. Tetapi sayangnya, hanya dua-tiga bulan hal tersebut dilaksanakan. Selewat waktu, dan setelah anak sang pengusaha itu pulih kembali, semua berjalan seperti biasa lagi. Mobil truk mengangkut pasir, tanpa penutup bak, dan membiarkan tanah yang dibawanya berceceran di atas jalan yang sempit itu. Dan membuat jalan itu berdebu saat panas tetapi licin berlumpur saat hujan.

Begitulah kepedulian kita satu sama lain di lingkungan sendiri. Kita hanya bereaksi saat musibah menimpa diri kita. Tetapi diam dan tidak peduli jika hanya menimpa mereka yang bukan kita. Walau pun kita sadar bahwa hal itu terjadi karena ulah dan perbuatan kita. Masing-masing dari kita hidup terpisah, menikmati diri kita tanpa mengingat dan memperdulikan orang lain. Sesama kita. Walau pun mungkin, kita sering tersentuh, atau merasa tersentuh jika mendengar atau membaca musibah di tempat lain dan rela untuk membantu mereka. Di lingkungan kita sendiri, kita jarang tersentuh, acuh tak acuh, bahkan sering tidak sadar akibat perbuatan kita selama itu tidak menimpa kita atau orang-orang dekat kita.

Demikian pula, setiap kali kita melihat beberapa orang yang sedang berkumpul di sebuah tempat. Mereka berkumpul secara dekat, tetapi masing-masing kelihatan sibuk dengan hand-phone-nya sendiri. Mungkin tersenyum. Mungkin tertawa. Tetapi jelas, bukan tertawa bersama teman di depannya tetapi dengan yang jauh entah dimana. Kita merasa lebih enak dan terbuka dengan mereka yang jauh berada dari kita, sementara yang dekat bahkan sering terasa hanya mengganggu kesenangan kita saja. Dan nampaknya, inilah persoalan di era tehnologi yang makin modern sekarang. Yang jauh terasa dekat, dan yang dekat kian menjauh.

Maka di era ini, kita bukan kehilangan kepedulian satu sama lain. Kita kehilangan jarak dekat. Kita lupa akan lingkungan sekitar kita sendiri, sementara kita sibuk dengan jarak yang jauh. Karena mungkin lebih mudah untuk bereaksi terhadap yang jauh daripada yang dekat, yang akan mempengaruhi hidup dan kepentingan kita sendiri. Dibutuhkan kesadaran untuk memahami keadaan ini. Untuk lebih memperhatikan lingkungan kita sendiri, daripada hanya menyibukkan diri kita dengan masalah yang sebenarnya tidak melibatkan kita secara pribadi.  Tetapi bisakah kita berlaku demikian? Setiap hari, jalan yang sempit ini berdebu ketika panas dan becek ketika hujan. Dan tak seorang pun peduli. Tak seorang pun. Kecuali saat dia sendiri yang mengalami musibah akibat kondisi tersebut. Ah.......


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...