07 Mei 2017

PENGERTIAN

Suatu malam yang dingin dan angin berhembus kencang. Aku sedang berbaring sambil membaca sebuah buku yang menarik hatiku, Asal dan tujuan manusia, karangan Dr. Franz Dähler dan Julius Chandra ketika dering telpon mengganggu ketenanganku. Maka aku bangkit dan mengangkat gagang telpon itu. Ternyata dari seorang temanku. Sebut saja namanya Y. Dia memintaku datang menemuinya malam itu juga. Saat malam dingin, gerimis merintik dan angin sedang kencang seperti saat itu? Jelas kutampik dengan enggan permintaannya itu. Aku enggan untuk berbasah-basah sebab saat itu aku menyangka bahwa dia hanya ingin bercanda saja. Maka kami pun lalu ngobrol kiri kanan. Sambil tertawa-tawa. Sambil melemparkan gosip dan bercerita tentang perbuatan konyol teman-teman kami. Tetapi menjelang dia memutuskan pembicaraan, dia kembali meminta bertemu secara pribadi. Saya kembali menolak dan berkata: “Ah, besok saja deh. Malam ini aku malas ke luar rumah.” Setelah itu aku pun kembali tenggelam dalam bacaan yang sungguh mengasyikkan hati.

            Keesokan harinya, saat fajar baru saja terbit, seorang temanku yang lain menelpon dan mengabarkan bahwa Y telah meninggal. Dia tewas karena mereguk racun serangga di dalam kamar mandi. Aku ingat, saat itu aku gemetar, terkejut dan tak sanggup memahami, apa yang menjadi alasan perbuatannya yang nekad itu. Mengapa? Ada apa? Dia meninggalkan seorang istri yang sedang hamil besar. Aku ingat tawanya di malam kemarin. Aku ingat suaranya yang kedengaran tenang dan tidak terasa kegelisahannya. Dan hingga saat ini, apa yang dipikirkannya malam itu masih menjadi rahasia yang amat mengusik hatiku. Dia meninggal sambil membawa banyak pertanyaan dalam hatiku. Pertanyaan yang tidak terjawab. Pertanyaan yang tidak mungkin terjawab lagi. Kematiannya telah menimbulkan trauma yang dalam dalam hidupku sendiri.

Siapakah manusia itu? Kita selalu ingin menebak bahkan selalu merasa tahu akan diri seseorang. Tetapi tidakkah bahwa yang kita tebak atau pengetahuan kita tentang seseorang hanyalah pemahaman subyektip kita saja? Kita tidak akan pernah mampu untuk memahami orang lain. Bahkan diri kita sendiri pun sering kali gagal kita kenal. Mengapa aku berpikir begini? Mengapa aku melakukan perbuatan itu? Terkadang sia-sia untuk mencari jawabannya. Kita tidak tahu. Dan tidak pernah akan mengetahuinya. Karena itu “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Manusia memang unik. Kita masing-masing hidup dalam gelembung diri kita sendiri. Dan karena itu, kita sering tertipu dengan penampakan luar. Kita sering kali menilai seseorang dengan cara pandang kita sendiri. Memahami seseorang tidaklah mudah. Bahkan bisa dibilang mustahil jika kita hanya melihatnya dari sudut diri kita saja. Kita sering tenggelam dalam hidup kita saja sehingga gagal untuk melihat hidup orang lain.

Demikianlah peristiwa yang kualami itu telah menyadarkanku betapa sulitnya untuk menilai dan merasakan isi hati seseorang. Walau dia orang yang terdekat dengan kita sekalipun. Bagiku sendiri, kematian karena bunuh diri merupakan lambang kekalahan kita atas kehidupan. Atau ketidakpahaman kita pada makna keberadaan hidup itu sendiri. Tetapi sebab sesungguhnya telah tenggelam, hilang bersama kematian itu. Sebab itu, mari kita berkaca diri dulu sebelum melemparkan suatu tuduhan kepada orang lain. Ingatlah ketika Yesus bersabda kepada para ahli-ahli taurat dan orang farisi yang membawa dan ingin merajam wanita yang kedapatan berzinah : Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Maka apakah kita merasa sedemikian suci sehingga mampu melemparkan batu pertama terhadap seseorang yang ingin kita hukum karena perbuatannya sendiri?

Maka bagi kita, yang dibutuhkan kini adalah saling pengertian terhadap makna perbuatan seseorang. Bukan hanya memandangnya dari sudut di mana kita berada tetapi juga dari sudut di mana orang itu berada. Kita sering hidup dalam lingkungan yang berbeda. Bahkan dalam situasi yang sama pun kita masing-masing memiliki sudut pandang tersendiri menghadapi gelombang peristiwa yang menimpa kita. Jangan terlalu mudah untuk menghakimi seseorang hanya karena apa yang telah dilakukannya tetapi pahamilah dulu apa yang dialami dan dirasakannya. Jika kita merasa sulit untuk itu, dan memang demikian adanya, maka kita mesti berusaha untuk mengerti dia. Dengan tidak menuduh. Dengan tidak memojokkan. Tetapi mengasihaninya karena Yesus pun bersabda kepada wanita itu: : "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."


Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...