02 Januari 2008

BUDAYA

    Mau tahu budaya kita? Tengoklah ke jalan raya. Dengan seenaknya kendaraan ke luar jalur, berhenti tiba-tiba, memotong di depan kita sampai sampah-sampah yang melayang dari jendela mobil. Bahkan helm pun bisa tiba-tiba lepas dari kepala pengendara motor (untung bukan kepalanya sendiri). Tetapi bukan itu saja. Lampu Pengatur Lalu-lintas pun sering ngawur. Jalur sini padam, jalur sana tetap berfungsi hingga menimbulkan kebingungan. Pokoknya segalanya semerawut. Pengatur lalu-lintas akhirnya dibuat pasrah hingga dengan ringan mengatur hukum sesuai dengan kepentingannya sendiri. Lalu celakanya kita sendiri bukan saja tidak bertanggung jawab terhadap keselamatan diri dan orang lain tetapi malah, saat tersenggol atau tertabrak, dengan antusias 'ngamuk'. Tak ada disiplin diri. Hanya mau menang sendiri. Bila salah selalu ada kambing hitam atau minta didamaikan. Menyesakkan. Itulah budaya kita di jalan-jalan raya.

    Jenis kebudayaan ini pun merasuk ke mana-mana. Bahkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keluarga, lingkungan bahkan negara. "Semua bisa diatur" kata orang. Maka akhirnya kita terperosok ke dalam lubang hitam tanpa ujung pangkal lagi. Tak ada kemauan untuk memperbaiki diri tetapi malah terseret-seret dalam arus yang sama. Tak ada daya untuk menata kehidupan sendiri. Semua dilaksanakan demi Ego kita sendiri saja. Adakah harapan untuk mengubah ini semua? Entahlah. Semuanya tergantung pada kesadaran diri kita sendiri. Bukan pada orang lain. Jangan pernah mengharapkan perubahan orang lain sementara kita sendiri gagal untuk mengubah diri kita sendiri.

    "Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat 5:16) demikian sabda Yesus. Tuhan tidak mengatakan bahwa orang akan melihat pada kekuasaan, pada kekayaan atau pada kekuatan kita tetapi pada perbuatan kita. Apa yang kita perbuat adalah cermin diri kita sebagai anak-anak Bapa. Maka jika perbuatan kita tetap semerawut, sungguh menyedihkan. Setiap saat Kristus kembali tersalib oleh karena perbuatan kita. Maka, haruskah sejarah berulang kembali? Mari kita jawab bersama-sama. Kita semua. Semoga di dalam masa-masa yang sulit ini kita mampu menyadari keberadaan kita sebagai garam dan terang dunia yang tidak tersembunyi karena kita enggan untuk mengubah diri kita.

A. Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...