23 Januari 2008

NYANYIAN SEBUAH KOOR

Alangkah indahnya nyanyian kalian, demikianlah kata seseorang saat selesai mengikuti misa syukur dengan koor yang indah. Alangkah indahnya nyanyian kalian. Tahukah dia, berapa lama koor itu berlatih untuk memadu suara? Berapa banyak keringat dan waktu telah tersita demi sebuah lagu saja. Beragam suara yang, jika berlagu sendiri akan kedengaran fals, telah ditata menjadi suatu harmoni keindahan yang menyentuh hati. Hanya untuk sebuah momen. Hanya untuk sebuah kesempatan saja.

Tidakkah hidup pun sama dengan apa yang telah ditampilkan koor itu? Sesosok insan, jika hanya berdiri sendiri saja, mungkin akan menghasilkan suara yang sumbang. Tetapi betapa indahnya bila insan-insan itu disatukan. Dalam keberagaman yang disatukanlah akan muncul keindahan yang tak terucapkan. Hanya kesatuan dalam keberagamanlah akan kita temukan indahnya hidup ini.

Tetapi sadarlah aku betapa sulitnya upaya untuk menyatukan keberagaman itu. Sama seperti menyatukan suara yang amat beragam dalam kelompok koor, kita pun harus berlatih terus menerus. Harus siap mengurbankan waktu, diri dan materi demi terciptanya keharmonisan kehidupan. Kita harus melepaskan diri dari kepentingan pribadi untuk mencapai suatu keharmonisan kehidupan.

Kian tertutup kita atas kelemahan yang kita miliki, kian sulit pula untuk menyatukan diri dalam kehidupan ini. Sebab, ketertutupan itu akan membuat diri kita menjadi amat sulit untuk memahami apa yang menjadi masalah orang lain. Kita dapat menjadi angkuh agar kelemahan kita tidak terbuka. Kita menarik diri dari segala keindahan hidup sambil menyendiri di sudut, menikmati diri kita sendiri. Maka benarlah, seseorang yang menerima talenta paling sedikit, justru akan menelantarkan talenta itu. Tidak mudah memang untuk menerima kenyataan yang pahit akan segala kelemahan kita. Tidak mudah.

Alangkah indahnya koor kalian, kata seseorang dengan tulus. Bukankah itu indah jika kita semua mampu menyadari betapa kebersamaan yang telah dipupuk dengan susah payah pada akhirnya akan menumbuhkan kekaguman orang lain. Dan mungkin dapat memberi teladan bagi semua orang agar mengikuti jalan yang telah kita ambil. Jadilah pelita yang bercahaya bukan di bawah gantang tetapi di atas kaki dian agar cahaya kita dapat menerangi semua orang. Untuk dibutuhkan upaya keras. Diperlukan pengurbanan. Dan penyangkalan diri. Serta kerelaan untuk memanggul salib kita masing-masing tanpa mengeluh dan menutup diri terhadap orang lain.

Maka aku berharap agar kita semua dapat menciptakan suatu koor kehidupan yang mampu mengidungkan lagu-lagu indah. Lagu-lagu tentang kebersamaan dalam perbedaan. Lagu-lagu pujian kepada Sang Pencipta kita semua. Sebab memang hanya satu Tuhan. Hanya ada satu Tuhan di dalam dunia yang satu pula. Dan kitalah yang akan menentukan, apakah harmoni pujian kepadaNya dapat dilambungkan dengan indah agar Dia dapat menerima segala permohonan dan harapan kita semua. Hanya kitalah yang menentukannya.

A. Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...