11 Januari 2008

NISAN

    Bolangi1. Gerimis mengiris parasku. Kupandangi jejeran makam di depanku. Ribuan nisan tegak dalam bisu. Di sini waktu membeku. Di sini kehidupan terhenti. Setabah bagaimana pun kita, kematian selalu menimbulkan banyak pertanyaan yang tak terjawab. Takkan pernah terjawab. Mengambang lepas di tengah lautan perasaan. Saat menghadapi kematian putranya yang amat dicintainya, dengan liris Eric Clapton mencipta dan menyanyikan 'Tears in Heaven'nya:

Would you know my name

If I saw you in heaven

Would it be the same

If I saw you in heaven

(Akankah kau tahu namaku

Bila kulihat kau di surga

Akankah segalanya sama

Bila kulihat kau di surga)

    Demikianlah kehidupan ini berjalan. Lepas dari rahim ibu, kita pun melata dalam waktu. Berjuang dalam golakan perasaan, pemikiran dan perbuatan. Bertahan untuk hidup. Mencoba untuk tidak terkalahkan. Tetapi waktu berjalan terus. Pada akhirnya, tertinggal hanya kenangan, kita akan lelap dalam bumi dengan tonggak nisan sebagai lambang keberadaan kita. Bahwa dulu kita pernah ada. Bahwa dulu kita pernah hidup.

    Maka dalam gerimis dengan mendung menyaput langit, aku duduk merenung. Dimanakah harapan yang dikandung oleh nama-nama itu dulu? Dimanakah kemarahan atau kebahagiaan mereka? Tidakkah pada akhirnya yang menetap hanya kebisuan? Segala upaya, segala ambisi, segala ide, segala semangat mereka kini hanya tertinggal dalam diam. Waktu pelan-pelan meninggalkan mereka. Tertiup bersama angin ….

    Di sini, di Bolangi, rumah jasadku yang akan datang. Di sini, di Bolangi, kelak tubuhku akan kembali menjadi tanah. Lalu terngianglah sabda Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh 11:25). Gerimis pun tak terasa mengiris lagi. Nisan tak lagi membisu. Sepi menjadi damai. Yesus telah bangkit dan bersamaNya, kita yang percaya padaNya, akan ikut bangkit pula. Segala harapan, segala pemikiran, segala ambisi, segala kesedihan dan kegembiraan akan lenyap dan menyatu dalam cahaya kemuliaan Kristus. Di dalam cahayaNya, kita akan berubah; tidak lagi sama walau tetap sama, tidak lagi sadar walau tetap menyadari. Hidup akan menjadi lain di dalam kesadaran baru yang bersinar terang. Cahaya damaiNya.

    Bolangi. Gerimis. Mendung. Nisan. Renungan. Adakah yang lebih indah daripada menyadari bahwa Kristus telah memberikan damai sejahteraNya pada kita. Bahwa Dia yang telah bangkit dari kematian akan membangkitkan kita pula bersamaNya? Bahwa kesedihan dan kedukaan kita hanya sementara saja? Ternyata hidup bukannya menunda kekalahan, seperti kata Chairil Anwar, tetapi sebaliknya hanya menunda kemenangan kita…

1Bolangi= suatu lokasi pekuburan umum di Makassar

A. Tonny Sutedja

Tidak ada komentar:

HIDUP

    Tetesan hujan Yang turun Membasahi tubuhku Menggigilkan Terasa bagai Lagu kehidupan Aku ada   Tetapi esok Kala per...